6▫️ Dunia yang hilang

16 1 0
                                    

"Leon!"Pertama kali Syifa memanggil Leon dengan nama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Leon!"
Pertama kali Syifa memanggil Leon dengan nama. Ia merasa takut sendirian di sana. Di dalam atau di halaman mesjid tidak ada siapa-siapa. Ia khawatir Leon meninggalkan nya.

Syifa beranjak, segera memakai sepatu kemudian mencari Leon di sekitar mesjid dengan memanggil-manggil nya. Berharap Leon masih ada di sana.

Setalah tiga puluh detik berteriak memanggil dan mencari. Akhirnya Leon datang.

Syifa menghembuskan nafas lega, ia tidak merasa takut lagi karena sendirian. Namun kini wajah Leon yang masih basah sesudah cuci muka, membuat aura ketampanannya semakin terlihat. Syifa segera mengenyahkan tatapan nya itu.

"Ka-kau habis dari mana?"

Leon tak menanggapi, ia terus berjalan mendekati motornya lalu memakai helem.

"Cepat naik! mau di antar tidak."

"Iya sabar!"

Syifa semakin darah tinggi saja pada Leon. Setelah Syifa duduk di dekat punggung Leon. Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju pesantren.

***

Motor berhenti di depan mini market sembako yang masih buka. Syifa bergegas turun dari motor. Tanpa basa-basi Leon langsung melaju pergi dan Syifa pun masuk ke dalam mini market sembari memanggil Karin.

Karin sedang nonton TV bersama ce Hindun, mendengarnya. Karin pun langsung menghampiri Syifa.

"Syifa, kenapa kamu lama sekali. Ada apa lagi, hem?"

"Karin. Dia itu sangat menyebalkan."

"Kenapa? Bocor lagi bannya?"

"Bukan. Dia malah masuk ke mesjid hanya untuk tidur, padahal kan sedikit lagi sampai ke sini."

"Aku kira, masuk ke mesjid mau mendengar kan pengajian."

"Benar-benar menyebalkan sekali, tuh orang."
Ketus Syifa.

"Tapi Syif, ini sudah jam sembilan lebih. Bagaimana jika gerbangnya sudah di kunci."

Mendengar itu Syifa berdecak kesal

"Bismillah saja yuk, mudah-mudahan belum di kunci."

"Tapi Syif, takut. Ini sudah larut malam."

Syifa gelisah, ia menghembuskan nafas. Ia juga merasa takut sedang kan menuju pesantren harus berjalan cukup jauh.

"Ce, ce Hindun.." Syifa menghampiri ce Hindun yang sedang menonton tv. "... ce jajap be." Lanjut Syifa memohon.

"Ari nok Syifa teh ku naon, gening lami pisan. Tapi te nana ha di jalan na?"
(Syifa, kamu kenapa, kok lama sekali. Tapi tidak terjadi apa-apa kan?)

"Hente ce, ngan aya kendala bae sa kedik."
(Tidak ce, cuman ada sedikit kendala saja.)

"Ce, jajap atuh be, sien di jalan na."
(Ce, antar yuk, kita takut di jalan nya.)
Kini Karin yang memohon.

Gadis yang Berbeda (On Going)Where stories live. Discover now