4▫️Gegara Leon

160 94 121
                                    

Tek di duga, orang yang membuka pintu itu bukan lah ibu kiyai ataupun ustadzah Fitri

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tek di duga, orang yang membuka pintu itu bukan lah ibu kiyai ataupun ustadzah Fitri. Melainkan lelaki tampan yang membukakan nya.


Syifa merasa tak asing dengan wajah tampan itu, sepertinya ia pernah melihatnya. Akan tetapi ia tidak ingat di mana dan kapan ia melihatnya.

Ia pun langsung menundukkan kepalanya. Kejadian tadi sangat memalukan baginya.

"Maaf, teh fitri nya ada?"
Tanya Syifa.

"Ada lagi mandi in Amel. Kamu, nganterin hijabnya Teh Fitri kan?" Tebak lelaki itu.

"I-iya."
Jawab Syifa gugup.

"Mana, nanti saya berikan pada teh fitri."

Syifa memberikan hijab pada lelaki di hadapannya. Tak sadar kitab kecilnya ikut terbawa di berikan, karna ia memegang kitab nya di bawah hijab. Saat itu ia bener-bener tidak fokus, ia sangat merasa malu.

"Kalau begitu, saya permisi."
Pamit Syifa.

"Iya."

Syifa pun bergegas pergi.

Sesampai di lawang pintu kamar. Syifa masuk kamar dengan lemas lesu, ia masih merasa malu dan terus kepikiran kejadian tadi.

"Teh syif."

Di belakang Syifa, Nana baru pulang dari masjid menepuk pundak Syifa.

"Kenapa sih, lesu begitu mukanya?" Lanjut Nana setelah melihat Syifa.

"Tidak."
Jawab Syifa tak semangat, sembari duduk di lantai menyender ke dinding. Menghadap Karin yang sedang solat.

"Syif, kamu sudah mengantarkan hijabnya?"
Tanya Karin yang baru saja selesai solat.

"Sudah."

"Syifa, kamu ngambek ya. Karena aku tidak mengantar mu?"
Tebak Karin, ia melihat wajah Syifa yang cemberut.

"Tidak."

"Eh. Kamu sudah hapal belum nadzom alfiah?"
Tanya Karin lagi.

"Nadzom alfiah?"

Syifa baru ingat. Tadi saat memberikan hijab, ia kan membawa kitab. Kenapa sekarang tidak ada? ia benar benar tidak ingat, apa mungkin jatuh atau bagai mana? Sampai-sampai pulang tidak membawa kitab.

*****

Pukul empat sore. Semua santri Ibtida tiga sudah lengkap absen di kelas. Hampir banyak dari mereka sibuk menghafal.

Tak lama Zein masuk ke dalam kelas. Santri putri seketika heboh. Terkecuali Syifa yang duduk Istikomah di jajaran tiga dekat papan pembatas, ia sibuk dengan hafalannya.

"A Zein. Meni ganteng pisan."
(A Zein. Dia begitu sangat tampan)

Bisik santri yang duduk di depan Syifa. Membuat Syifa tidak fokus menghafal. Matanya yang terpejam, serentak terbuka, merasa penasaran. Ia putuskan untuk berhenti menghafal sejenak. Melihat ke depan penasaran.

Gadis yang Berbeda (On Going)Where stories live. Discover now