8▫️ Milik Syifa Namira

149 92 119
                                    

Zein masih betah di duduknya sambil menyeruput kopi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zein masih betah di duduknya sambil menyeruput kopi. Sampai ada chat dari temanya mengajaknya bertemu. Zein pun menyetujui, ia beranjak bangun lalu menghampiri ayahnya. Yaitu pemimpin pondok pesantren, Kiyai Yahya. Ia masih duduk di ruang tamu.

"Abi, pinjam mobil ya."

"Mau kemana?"

"Mau main sama teman, sudah janjian soalnya."

"Ya, hati-hati."

Zian mencium punggung telapak tangan ayahnya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

Zein bergegas menuju mobil putih lalu membuka pintu mobil, kemudian masuk. Zein pun segera menghidupkan mobil putihnya. Berjalan mundur, setelahnya berbelok lalu melaju melewati gerbang.

Sesampai di jalan raya besar. Zein membelokan mobil ke arah kanan. Setelah berbelok ia mendapati Syifa tengah berdiri di sisi jalan.

Syifa tampak gelisah di sana, ia terlihat menghidupkan handphone. Entah sepertinya baterai handphonenya habis.

Mobil putih berhenti tepat di depan Syifa, menghalangi pemandangan jalan. Syifa melangkah, berpindah tempat. Berharap ada ojek menghampirinya.

Akan tetapi mobil putih itu mengikuti tubuh nya. Ia berdiri kebingungan seraya melihat mobil putih di hadapannya. Jendela mobil perlahan turun kebawah, memperlihatkan Zein di dalam mobil.

"Syifa. Kamu belum pulang juga."

"Belum, A Zein. Masih nunggu ojek."

"Bagaimana, kalau saya antar saja?"

"Tidak usah A, saya nunggu ojek saja." Tolak Syifa, ia tahu diri untuk menumpang di mobil Kiyai dan bersama anaknya itu membutuhkan keberanian. Aura anak Kiai memang beda. Apalagi Zein laki-laki sedangkan Syifa perempuan.

Zein beranjak keluar dari mobil, menghampiri Syifa.

"Syifa tidak papa, biar saya antar. Kasian ibumu, ibumu sedang sakit kan?"

Sembari menunggu jawaban dari Syifa, Zein membukakan pintu mobil.

"Ayo. Syifa, kasian ibumu."
Bujuk Zein lagi.

Syifa masih berfikir. Di satu sisi ibunya membutuhkannya, di sisi lain tak pantas baginya jika Zein mengantarnya.

"Syifa?"
Sekali lagi Zein membujuk.

Dengan berat. Akhirnya Syifa masuk ke dalam mobil lalu Zein menutupkan pintu mobilnya kembali. Syifa semakin tak nyaman dan tak enak hati.

Zein kembali masuk ke dalam mobil. Syifa di sebelahnya terduduk kaku. Ia baru pertamakali duduk di kursi depan, bahkan bersama anak sang Kiai. Zein menoleh pada Syifa, ia melihat Syifa belum memakai sabuk pengaman.

Gadis yang Berbeda (On Going)Where stories live. Discover now