39

1.1K 97 7
                                    

    Tepat tiga hari sebelum kelulusan. Alian harus terjebak di rumahnya sendiri karena setelah acara kelulusan, Alian dan Tiffany akan menikah.

Dan di sinilah Alian, terdiam di balkon kamarnya sambil menatap langit malam yang penuh bintang. Sudah sejak tadi pagi ia meninggalkan Anza yang masih tertidur pulas tanpa memberi kabar sama sekali, ia hanya menulis surat bahwa ia pergi sebentar lalu akan kembali secepatnya.

Tinggal dua hari lagi dan ia belum menemukan solusi apapun. Ia merasa kesal pada dirinya sendiri karena tidak bisa memecahkan suatu masalah.

Saat Alian asik melamun. Ia mendengar suara pintu di ketuk.

"Alian ini papa, boleh papa masuk?"

"Masuk aja." Alian duduk di ujung kasur.

"Kamu belum makan dari pagi kan? Sekarang makan dulu, papa bawain kamu makanan." Ucap Divan menaruh nampan berisi makanan di meja sebelah kasur Alian.

"Lian ga laper."

"Sayang maafin papa ga bisa bantu kamu." Ucap Divan sambil menggenggam kedua tangan Anaknya itu.

"Apa daddy Bara dan papa Satria tau?" Divan menggeleng pelan. Ia dan Hino tidak memberi tahu mereka karena mereka tau bagaimana respon keduanya tentang hal tersebut.

"Kapan kapan Papa bakal bilang ke Satria dan Bara secara baik baik." Ucap Divan.

***

Di apartemen, Anza diam sambil menatap cincin yang berada di jari manisnya. Itu adalah cincin tunangan nya dengan Alian. Haruskah ia melepas cincin tersebut dan memulai hidup baru. Anza sangat sedih jika mengingat nya lagi.

Anza beranjak dari duduknya lalu pergi ke dapur untuk mengambil Air minum. Saat hendak menuang air ke dalam gelas tiba tiba perutnya terasa sangat sakit. Ia segera mengambil handphone nya yang berada di meja ruang tamu lalu menelepon Akza karena tak mungkin jika ia harus menelepon Alian.

"Halo za kenapa?"

"Tolongin gue akhhh... Perut gue... Sakit..."

"Lo mau lahiran? Dimana Alian?"

"Nanti gue jelasin... Pokoknya lo keapart dulu, tolongin gue..."

"Oke oke otw ke mobil, lo tenang dulu, tiga menit gue sampe."

Seperti yang di katakannya, tiga menit kemudian Akza sudah berada di apartemen Anza. Ia memasukkan pin lalu membuka pintu tersebut. Alangkah terkejutnya ia melihat Anza yang duduk di lantai sambil memegangi perutnya dengan keringat yang membasahi nya.

"Lo masih kuat jalan kan? Gue bantuin lo jalan." Anza mengangguk. Akza langsung menghampiri Anza dan membantu Anza berjalan hingga akhirnya mereka berada di mobil. Akza langsung melajukan mobilnya menuju rumah sakit dengan kecepatan tinggi.

***

Tengah malam tepatnya pukul 01.00, Alian belum juga tertidur. Ia khawatir memikirkan Anza di apartemen apalagi sekarang Anza sedang hamil tua.

Karena merasa sangat haus, ia memutuskan untuk pergi ke dapur untuk mengambil air minum.

Tapi saat ia melewati ruang kerja daddy nya. Ia mendengar suara benda di banting dengan sangat keras. Alian menyiritkan dahinya lalu mulai mendekati ruangan tersebut. Pintunya tertutup tapi tidak rapat.

Saat Alian hendak membukanya ia langsung mematung saat mendengar suara dan percakapan dari dalam.

"Kalau gitu kita cerai, anak anak semua ikut aku!"

"Oke kita cerai, tapi Alian harus ikut aku, dia penerus perusahaan nantinya."

"Gak!!! Nanti Alian selalu kamu kekang, kamu selalu egois ga pernah mikirin perasaan orang lain!"

"Kamu yang terlalu ribet, kamu selalu mempermasalahkan semuanya, bikin makin cape tau ga!!!"

"Sekarang aku mau tidur, besok semua bakal ku urus, kamu tinggal tanda tangan aja." Hino menghela nafas lalu Melangkahkan kakinya untuk pergi. Tapi sebelum itu, ia mengucapkan kalimat terakhir.

"Tapi Alian harus tetap menjalankan pernikannya." Ucap Hino sebelum akhirnya pergi meninggalkan Divan yang menangis dan menjatuhkan dirinya di sofa yang berada di ruangan tersebut.

Saat Hino membuka pintu, tepat di depannya, Alian sedang berdiri sambil menatap datar tanpa ekspresi.

"Papa memang lebih pantas mendapatkan yang lebih baik dari daddy." Ucap Alian lalu pergi meninggalkan daddy nya yang mematung di depan pintu.

Alian kembali ke kamarnya, rasa haus nya hilang karena mendengar percakapan kedua orang tuanya.

Alian membuka pintu kamar dan alangkah kagetnya ia melihat Helmi yang sedang duduk di pinggir kasur sambil menatap Alian.

"Gue tau kok, gue ke sini mau ngomongin semua tapi gue lihat lo udah denger."

"Hmm, lo tau mereka cerai?" Helmi mengangguk sambil tersenyum tulus.

"Lo lupa kamar gue di sebelah ruang kerja daddy? Gue denger mereka berantem dari tiga puluh menit yang lalu."

"Bisa cerita ke gue?" Helmi mengangguk lalu mulai menceritakan semuanya.

"Awalnya gue cuma denger samar samar kalo Papa pengen pernikahan kalian di batalkan, tapi kayanya daddy lagi cape lembur sampe malem tiba tiba denger papa ngomong kaya gitu langsung marah ke papa karna waktunya di ganggu, papa kayanya ga Terima, dia ngungkit-ngungkit daddy yang kerja terus ga berhenti padahal kalo berhenti bentar juga ga masalah, terus ada suara kaya tamparan kenceng banget gue yakin daddy nampar papa, di situ gue udah ga konsen dengerin mereka ngomong karna gue udah takut banget papa kenapa napa, dan untuk ke dua kalinya gue denger ada barang yang di lempar, pertama kaca yang ke dua kaya benda jatuh tapi di banting akhirnya gue denger mereka ngomong cerai, mungkin lo denger dari situ kan bang?" Alian menganggukkan kepalanya.

"Nah di situ gue langsung ke kamar lo tanpa noleh ke lo yang nguping mereka, gue baru ngelihat lo ada di depan pintu ruang kerja daddy pas gue lihat lo ga ada di kamar." Alian menganggukkan kepalanya paham. Ia menatap Helmi yang sedang tersenyum tapi di balik senyumnya, ia tau adiknya ini sedang tidak baik baik saja.

"Mereka ngomongin hak asuh, papa pengen kita bedua ikut dia tapi daddy pengen gue ikut dia." Jelas Alian karena Helmi tidak mungkin mendengar bagian itu.

"Gue ga mau egois, gue terserah kalo harus gantiin lo buat ikut daddy, gue udah ga ada semangat hidup lagi bang." Alian langsung memeluk adik satu satunya itu membuat Helmi langsung menangis di pelukan Alian.

"Gimana pun nanti, lo tetep adik gue." Ucap Alian membuat Helmi mengangguk pelan dalam pelukan abang nya itu.

---

AlianzaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora