28

2.2K 121 0
                                    

    Di saat sedang asik asiknya berjalan, Anza melihat sebuah toko baju yang menjual berbagai macam pakaian termasuk pakaian yang ia cari untuk Eil.

"Eil sini" Anza menarik tangan Eil untuk pergi ke toko itu tanpa ada yang menyadari kepergian mereka.

Saat mereka asik berjalan tiba tiba Caca yang tadi sibuk bersama Arta menyadari hilangnya Anza dan Eil. Ia mencari ke belakang pun tidak ada.

"Loh Anza sama Eil mana?" Tanya Caca. Barulah mereka semuanya menyadari bahwa tidak ada kedua makhluk itu di sekumpulan mereka.

"Bukannya tadi jalan bareng lo gimana sih" Ucap Geran yang panik karena tak menemukan kekasihnya di antara teman temannya. Begitupun dengan Alian.

"Lah mana gue tau, lo yang pacarnya harusnya mantengin dong" Caca balik menyalahkan Geran.

"Udah gausah ribut mending kita cari mereka berdua, lagian mereka bukan anak kecil lagi" Reva mencoba melerai perdebatan tersebut.

"Anza sempet mual mual bisa jadi Anza mual ke toilet di temenin Eil" Ujar Alian.

"Berarti kita ke toilet?" Tanya Caca lalu di anggukkan oleh Alian.

"Tapi bisa aja mereka mungkin ketinggalan di belakang karena terjadi sesuatu."

Saat mereka hendak berpencar munculah dia sosok yang sedang di cari cari dengan cengiran tanpa berasa bersalah.

"Hai, ngapain kok kaya nyariin sesuatu?" Tanya Anza.

"Astaga lo berdua kemana sih, untung Belum mencar buat nyari kalian"

"Lah? Oh kita mampir dulu tadi ke toko baju soalnya ada yang mau Eil beli, nih" Anza menunjukkan paper bag yang di bawa oleh Eil.

"Kenapa ga bilang hmm?" Tanya Geran hendak mengambil paper bag itu berniat membawakannya tapi tangan Geran di hemps olehnya.

"Jangan, biar aku aja" Ucap Eil membuat Geran menghela nafas kasar.

"Yok lanjut perjalanan kita masih panjang!" Seru Caca.

Mereka kembali berjalan jalan mengelilingi mall dengan Alian yang tak melepas pandangannya dari Anza takut kekasih nya itu mual kembali atau mungkin pusing dan lain sebagainya.

***

Di rumah Geran yang terlihat sepi hanya Ada Eil dan Geran di dalamnya. Mereka memutuskan untuk tidur bersama malam ini karena tidak ada siapapun di rumah mereka berdua. Mama Eil pun juga sedang keluar kota hanya satu hari untuk mengurus butik nya yang berasa di sana.

Seperti yang Anza rencanakan Eil mencoba kemeja yang sempat ia beli di mall tadi. Terlihat kemeja itu kebesaran di tubuh Eil yang mungil.

"Ih bagus, kasih tau Geran ah" Eil dengan perasaan senang keluar dari kamar mandi lalu menghampiri Geran yang sibuk dengan ponselnya.

"Geran menurut kamu bagus ga?" Tanya Eil dengan senyum mengembang di bibirnya.

"Bentar bentar aku masih ada urusan" Ucap Geran fokus mengetik pada layar ponsel nya.

Perlahan Eil berjalan ke belakang Geran mencoba mengintip apa yang di lakukan oleh Geran.

Eil tidak bisa melihat secara jelas ia hanya melihat Geran sedang bertukar pesan dengan suatu kontak yang bernama 'Gina'

Eil mengkerut kan bibirnya ia kembali ke posisi awal nya berasa di depan Geran. Eil melihat berapa seriusnya Geran bertukar pesan dengan Cewe tersebut.

"Yaudah aku mau tidur dulu"

"Tidur di mana?" Tanya Geran tanpa melepas pandangannya dari ponsel nya.

"Di kamar sebelah aja, kapan kapan aja aku nunjukinnya" Eil tersenyum kecut lalu pergi meninggalkan kamar Geran untuk tidur di kamar Fazan.

Fazan sendiri sedang menginap di rumah temannya jadi Eil bisa menggunakan kamar itu untuk sementara. Fazan bukan tipe anak yang suka kamar berantakan. Kamarnya selalu rapi dan bersih jadi siapapun yang menginap di kamarnya bisa tidur dengan nyenyak.

Eil duduk di tepi ranjang sambil memainkan ujung kemejanya. Ia tertunduk dan menggigit bibir bawahnya karena hendak menangis. Tidak mungkin kan Geran berselingkuh karena dirinya yang tidak pernah memuaskan pacarnya itu.

Lama dengan pikiran yang bercabang akhirnya Eil tertidur tanpa mengganti pakaiannya dan lebih parahnya Eil hanya menggunakan dalaman tanpa celana.

Selesai dengan urusan yang Geran urus dengan Gina tentang urusan biaya yang di keluarkan untuk acara kemarin, Geran langsung berjalan menuju kamar Fazan untuk melihat keadaan Eil. Ia sempat menyesal sudah mengabaikan Eil bahkan sama sekali tidak menoleh ke arah Eil yang memintanya untuk menilai sesuatu.

Geran perlahan membuka pintu tersebut dan berapa terkejutnya ia melihat Eil tidur dengan posisi yang mungkin akan membuat badan sakit saat bangun nanti dan lebih parahnya Eil tidak memakai celana hanya berlapis Kemeja kebesaran yang Eil gunakan.

Perasaan Geran campur aduk anatara menyesal, kecewa, dan suka melihat penampilan Eil kali ini.

Ia berjalan menghampiri Eil yang tertidur dan perlahan memindahkan Eil agar mendapat posisi tidur yang tepat lalu menutup paha Eil yang terekspor dengan selimut. Ia tidak ingin lama lama melihat paha mulus Eil yang sangat menggoda.

"Argh kalau gue tadi lebih milih nanggepin Eil pasti sekarang kita lagi ngelakuin sesuatu" Sesal Geran pada dirinya sendiri.

***

Di apartemen Alian dan Anza, terdapat dua orang yang sedang menonton televisi dengan Anza yang bersandar pada dada bidang Alian. Anza juga menutupi dirinya dengan pakaian hangat karena malam ini benar benar dingin. Anza juga tidak tau apakah Eil kuat menggunakan kemeja putih tipis itu tanpa celana.

"Aku penasaran deh Eil berhasil ga ya" Ucap Anza tiba tiba sambil mengunyah snack nya.

"Di telen dulu baru ngomong. Aku ga tau kenapa ga coba nelepon?" Tanya Alian sambil mengusap rambut Anza.

"Ga ah nanti gangguin mereka lagi" Ucap Anza sedangkan Alian hanya mengangguk paham.

Hening beberapa saat, hanya ada suara TV yang menampilkan sebuah drama. Tiba tiba saat asik asik menonton drama. Anza menegakkan tubuhnya membuat Alian kebingungan.

Tiba tiba saja Anza memegang kedua tangan Alian membuat Alian sedikit bingung tapi sekaligus gemas melihat wajah Anza yang serius tapi menurutnya itu sangat lucu.

"Kalau misalnya ada orang lain yang lebih ganteng, cantik, imut, atau pun lucu dari aku, kamu tetep mau sama aku atau milih mereka?" Alian mengirimkan dahinya bingung kenapa tiba tiba Anza menanyakan hal seperti itu?

"Tentu aku bakal pilih kamu, cuma wajah kamu yang terungkir di sini" Alian meletakkan tangan Anza di dada nya.

"Tapi kalau misalnya ada orang mirip aku?"

"Ga ada yang bisa gantiin kamu bahkan semirip apapun dia sama kamu karena kalian tetap orang yang berbeda dan soal siapa yang singgah di hati aku kamu akan selalu menjadi pemenangnya" Anza tersenyum lalu memeluk Alian dengan erat. Usahanya selama ini tidak sia sia, meskipun sesekali ia di hantam dengan beberapa cobaan tapi Alian tetap meyakinkan nya bahwa ia hanya mencintai satu orang yaitu Anza Mahesa Ario.

---

AlianzaWhere stories live. Discover now