32

1.6K 133 12
                                    

    Satu bulan kemudian Akza mulai bisa mengerti keadaan sekitar bahkan sifatnya menjadi persis seperti sifat Anza karena memang sifat keduanya hampir mirip.

"Kamu masak apa sekarang?" Tanya Alian sambil memeluk Akza dari belakang lalu menaruh dagunya di pundak milik Akza.

"Eumm nasi goreng." Ucap Akza sambil memerkan nasi goreng yang ia beli tadi sore.

Yah ia tidak bisa memasak, ia hanya bisa memasak telur dan mie instan untuk yang lain ia tidak bisa jadi selama sebulan belakangan Akza membeli makanan lalu memanaskan nya kembali seolah olah ia sedang memasak.

Alian sedikit curiga karena Anza tidak pernah keluar untuk ke minimarket membeli bahan bahan makanan tapi makanan yang Anza hidangkan selalu lengkap. Tapi Alian berfikir mungkin Anza keluar tanpa sepengetahuan nya.

"Sini aku cobain." Ucap Alian mengambil sepiring nasi goreng itu untuk mencobanya apakah sama dengan yang Anza masak dulu saat mereka baru tinggal serumah karena Alian sangat rindu dengan rasa nasi goreng milik Anza.

Alian menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya dan saat mengunyah nya Alian merasakan bahwa Nasi goreng itu tidak seperti yang Anza buat tapi Alian tetap tersenyum ke arah Anza lalu mengelus puncak kepala Anza.

"Kamu ganti resep? Kok beda dari yang dulu?" Tanya Alian.

"I-iya, kenapa? Ga enak ya?"

"Enak kok tapi aku kangen sama rasa nasi goreng buatan kamu yang dulu." Ucap Alian.

"Kapan kapan aku buatkan lagi yang sama kaya dulu." Ucapnya sambil tersenyum.

Di pikiran Akza ia harus meminta tolong Anza untuk membuatkan nasi goreng nya jadi mungkin nanti ia akan pergi ke gedung itu untuk memeriksa keadaan Anza sekaligus meminta Anza untuk membuatkan nasi goreng tersebut.

***

Di tengah malam saat Alian tertidur Akza perlahan beranjak dari tidurnya untuk keluar dari apartemen. Ia memakai motor milik Anza untuk pergi ke gedung itu.

Di lain sisi Dirga hendak pulang dari cafe tempat nongkrong dengan teman temannya. Mereka keasikan mengobrol dan bermain game sampai lupa untuk pulang. Tapi syukurlah cafe itu buka dua puluh empat jam jadi mereka tak terlalu khawatir mengganggu cafe tersebut.

Di perjalanan pulang Dirga melihat motor yang di kendarai seseorang ya Ia seperti tak asing dengan motor tersebut. Ia mengingat lebih dalam lagi dan ia baru ingat itu adalah motor Anza dan yang mengendarainya pasti Anza tapi kenapa Anza keluar malam malam menggunakan motor dengan kecepatan tinggi menuju ujung kota?

Dirga langsung membuntuti Anza tapi tak terlalu dekat karena takut Anza akan menyadarinya. Perlahan mereka keluar dari kota dan menuju suatu tempat gelap dengan banyak di tumbuh pepohonan. Dirga menyiritkan dahinya saat menyadari Anza melajukan motornya menuju hutan.

Meski bingung Dirga tetap mengikuti Anza sampai akhirnya mereka sampai di suatu gedung terbengkalai. Anza melepas helm nya lalu berjalan menuju ke dalam gedung tersebut membuat Dirga menyiritkan dahinya lebih bingung lagi.

Perlahan Dirga mengendap endap mengikuti Anza dan terlihat Anza sedang berbicara dengan dua orang berjas. Tak lama kedua orang itu pergi dan Anza terlihat seperti sedang membuka pintu ruangan yang tak tahu di dalam ada apa.

Dirga kembali sedikit mendekat tapi tetap berlindung di balik tembok sambil mendengar samar samar suara di dalam ruangan tersebut.

Dirga tak terlalu mendengar suara tersebut ia menyiritkan dahinya dan berusaha untuk lebih dekat lagi tapi tiba tiba Anza keluar membuatnya tak jadi untuk melangkah lebih dekat.

Anza membawa dua orang yang sangat Dirga kenali.

"Astaga." Ucap Dirga dengan suara pelan.

"Siapa Dia kenapa sangat mirip dengan Anza dan siapa Anza yang asli."

"Lo buatin nasi goreng sekarang, Alian kangen nasi goreng lo, gue ga bisa masak, biar besok gue tinggal panasin aja." Ucap Akza

"Enak banget lo jadiin gue babu, lagian lo cuma adek gue kan?"

"Gue ga pernah nganggep kita kembar dan lo tau Alian dan gue main deket jadi mungkin lo bakal tersingkir kan."

"Ngarep mulu lo, stres?"

"Udah cepet bikinin." Ucap Akza.

"Terus aku ngapain di ajak keluar juga?" Tanya Eil. Secara yang di suruh adalah Anza.

"Bantuin dia." Ucap Akza lalu setelah itu berjalan menggiring mereka menuju dapur.

Kesempatan itu di gunakan Oleh Dirga untuk masuk ke ruangan yang di pakai untuk mengurung Eil dan Anza. Ia baru sadar karena percakapan mereka bertiga tadi.

Dirga bersembunyi di toilet sambil menunggu Anza dan Eil kembali.

Setelah beberapa menit akhirnya Anza dan Eil kembali. Suara pintu kembali di tutup oleh orang tersebut.

"Ishh enak enak tidur di bangunin buat bikinin nasi goreng doang dasar jamet, gue doain Alian cepet sadar." Ucap Anza memberikan sumpah serapah kepada kembaran nya itu.

Dirga tiba tiba muncul dari dalam kamar mandi mengagetkan mereka berdua bahkan Eil hampir saja berteriak.

"Anjir, lo ngapain di sini! Gimana bisa masuk?jangan jangan lo sama kaya Avan sekongkol sama Akza? "

"Namanya Akza? Gue ga ada apa apa sama dia gue ga sengaja buntutin dia buat ke sini akhirnya gue nemuin kalian berdua sekarang kalian gapapa kan? Eil kalo lo tau semua orang taunya lo udah meninggal gara gara si dia buat keterangan palsu." Ujar Dirga.

"Terus gimana mereka sekarang?" Tanya Anza.

"Geran galau brutal, dia bahkan ga mau makan sekarang berat badanya turun drastis."

"Terus gimana cara kita bebas?"

"Gue punya rencana." Dirga membisikkan rencana nya pada kedua orang itu lalu mereka mengangguk setuju.

Dirga mengeluarkan ponselnya hendak membuka kamera tapi ponselnya tidak bisa hidup.

"Sialan gue kehabisan baterai." Ucap Dirga membuat Anza mendengus kesal.

"Ya bener aja, gue pengen cepet cepet keluar dari ruangan berdebu ini." Ucap Anza sambil memasang muka melas.

"Tenang kok gue ga semiskin itu." Dirga lalu mengeluarkan powerbank dan kabel dari sakunya membuat Anza dan Eil kembali tersenyum.

"Sial tinggal 10%." Rasanya ia ingin menonjok muka Dirga.

"Nah udah cepet merapat." Dirga langsung mengambil foto bersama Eil dan Anza lalu membuat grup yang berisikan Alian, Geran, Caca, dan Arta.

Caca: napa nih?

Lo semua wajib lihat ini!

/Dirga send pictures

Caca: E-eil masih hidup?

Hmm, Eil sama Anza di kurung dan yang bareng Alian selama ini bukan Anza tapi kembarannya.

Caca: sumpah gue ga ngerti, pokoknya sekarang kalian bertiga di mana?

Jangan sekarang nunggu besok

"Beres, sekarang ceritain semua kronologi nya sama gue dan kenapa kita ga tau lo punya kembaran." Ucap Dirga.

Anza menceritakan segalanya mulai dari kronologi hingga ia bertemu dengan Akza dan menceritakan segalanya.

---

AlianzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang