6

3.3K 197 6
                                    

    Keesokan harinya tepat di hari minggu, seperti yang di katakan Divan, Anza, Satria, dan Bara sedang bersiap untuk pergi ke restoran yang telah mereka janjikan.

Sekarang sudah ada dua keluarga yang berkumpul di sana. Ada keluarga Hino dan keluarga Bara.

Mereka semua saling memandang satu sama lain tidak ada satupun yang membuka pembicaraan. Hingga akhirnya Hino menghelan nafas kasar.

"Oke jadi gimana?" Tanya Hino pada mereka yang hanya diam.

"Eum... Jadi to the point aja, kita mau nge jodohin kalian berdua" Ucap Divan.

"Kalian mau atau enggak itu terserah kalian" Lanjut Satria.

"Papa kok ga bilang dulu sih" Ucap Anza.

"Kan sekalian di sini sama Alian nya" Ucap Satria membuat Anza mengkerutkan bibirnya.

Ia kesal dengan papa nya karena tidak bilang terlebih dahulu kepadanya tapi di sisi lain ia juga senang karena ia di jodohkan dengan orang yang ia sukai. Tapi ia juga takut Alian akan menolaknya.

"Jadi gimana?" Tanya Divan. Terdapat sebuah harapan di raut wajah Divan.

"Nggak" Ucap Alian berdiri dari duduknya.

"Saya ingin fokus dengan sekolah saya, lagipula saya bisa memilih jodoh sendiri, maaf" Alian pergi begitu saja meninggalkan mereka semua yang di selimuti rasa bersalah ketika Alian mengatakan hal itu.

***

D rumah Anza hanya merenung di dalam kamar, ia masih mengingat perkataan Alian yang sedikit melukai hatinya.

"Bener, Alian ga cinta sama gue" Ucapnya dalam hati.

"Anza, turun ke bawah kita makan bersama, kamu belum makan kan dari tadi?" Ucap Satria sambil mengetuk pintu kamar Anza.

"Iya pah, papa tunggu di bawah aja" Ucap Anza lalu menghapus air matanya lalu berjalan ke arah cermin yanga ada di kamar nya.

"Oke Za fighting, jangan nyerah karena gitu doang" Ucap Anza pada dirinya sendiri.

***

Di sisi lain Alian sedang berkumpul dengan keluarga nya di meja makan, mereka menikmati makanan masing masing tanpa ada yang berbicara.

Hingga akhirnya mereka sudah menghabiskan makanan mereka. Hino meneguk air hingga tandas lalu menatap Alian dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Kenapa tadi kamu nolak perjodohan itu? Dan satu lagi daddy ga suka sama sikap kamu tadi" Ucap Hino.

"Lian pengen kuliah di luar negeri, kalau suatu hari nanti Lian mulai cinta sama Anza karena di jodohkan Lian ga mungkin tega ninggalin dia, dan itu bakal jadi beban buat Lian" Ucap Alian.

"Tapi itu masih lama, sekarang baru awal semester, lagipula kalian ga akan nikah, kalian cuma akan tunangan, urusan nikah bisa kapan kapan atau mungkin nunggu kamu selesai kuliah" Jelas Divan.

"Terserah mommy, Lian nurut"

"Yaudah papa bakal tetep jodohin kamu sama Anza karena Satria sama Bara cuma percaya ke kamu buat jagain anak mereka" Ucap Divan.

Alian menghela nafas kasar, ia tidak ingin di jodohkan seperti ini, bukannya setiap anak memiliki hak untuk memilih pasangan hidup mereka masing masing? Bahkan Helmi sang adik saja di bebaskan memilih pasangannya, ya mungkin karena dirinya masih kelas sembilan SMP jadi belum terlalu mengetahui apa itu cinta, tapi setidaknya ia tidak di jodohkan seperti Alian.

Alian pergi ke kamar nya lalu mengunci pintu tersebut, ia berjalan ke arah meja belajar untuk mengambil buku yang akan ia pelajari besok di sekolah. Karena tidak ada PR Alian memutuskan untuk membaca buku saja, membuka bab selanjutnya yang akan di bahas agar saat di terangkan ia sedikit mengerti dan tidak terlalu kesulitan.

***

Keesokan harinya Anza berangkat ke sekolah seperti biasa, tapi hari ini ia di antar oleh daddy nya karena motornya kehabisan bensin dan lupa di isi, Alhasil ia ikut daddy nya saja, toh arah sekolah dan perusahaan daddy nya searah.

"Udah sampe, sana turun" Ucap Bara yang sudah berhenti di depan sekolah Anza.

Anza tetap diam lalu mengarahkan kedua tangannya pada sang Daddy. Bara yang melihat itu menyiritkan dahinya bingung.

"Dad nanti kan Anza pulang sendiri nah ongkos nya tambahin dong, ga kasihan sama anaknya ini nanti kalo ongkosnya ga cukup?" Ucap Anza, bilang saja Anza ingin uang jajan lebih berhubung di antar oleh sang Daddy.

Bara menghela nafas kasar lalu merogoh sakunya mengambil dompet miliknya dan memberikan lima lembar uang seratus ribu.

"Wih makasih dad!" Seru Anza, ia hendak mencium pipi Bara seperti yang biasanya ia lakukan pada Satria tapi langsung di tahan oleh Bara.

"Lakuin itu ke papa kamu aja jangan ke daddy" Ucap nya membuat Anza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Anza langsung keluar dari mobil lalu berjalan ke dalam sekolah, hingga matanya tertuju pada Alian yang juga berjalan menuju kelas.

"Lian!" Panggil Anza lalu berlari menyusul Alian.

Mereka berjalan beriringan menuju kelas hingga akhir nya mereka sampai di dalam kelas. Alian langsung fokus dengan handphone nya sedangkan Anza fokus memandangi Alian sambil tersenyum.

"Oh iya, gue hari ini ga bawa motor, nebeng boleh ga?" Tanya Anza.

Anza melihat Alian menggunakan motor sport nya untuk pergi ke sekolah dan itu adalah kesempatan emas untuk mereka berdekatan.

"Gue pulang telat" ucap nya membuat Anza mengkerut kan bibirnya.

"Kalo lo ga cinta dan sayang sama gue gapapa, gue cuma mau kita temenan kaya dulu lagi emang susah ya" Lirih Anza.

"Gue bilang gue ga mau temenan sama lo, paham?"

"Cuma temenan, ga lebih, gue ga bakal minta apa apa dari lo yang penting lo kembali kaya lo yang dulu Lian"

"Waktu tidak bisa di ulang"

Anza yang mendengar itu hanya bisa menundukkan kepalanya, hatinya sakit, bahkan untuk menjadi seorang teman pun Alian tidak mau.

---

AlianzaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora