9

2.9K 165 5
                                    

    Di sekolah, Anza berjalan dengan sedikit meloncat loncat menuju kelasnya. Di kedua telianya terpasang earphone itulah yang membuatnya meloncat loncat sambil bersenandung ria. Mood nya kembali ceria sekarang.

Saat sedang asik bersenandung tiba tiba saja Anza kehilangan keseimbangannya dan terpeleset lantai yang licin karena terdapat tumpahan air.

"Aaaaaaa!!!" Anza memejamkan matanya tapi ia merasa di tangkap oleh seseorang.

Anza perlahan membuka matanya melihat siapa malaikat yang menolongnya.

Ternyata itu adalah teman sekelasnya kemarin yang sudah menolongnya juga dan sekarang ia menolongnya lagi. Fiks Anza menganggap Dirga adalah malaikat penolong yang di kirim untuk menolong Anza.

"Di bilang kalo jalan hati hati" Ucap Dirga setelah Anza menegakkan badannya kembali.

"I-iya sorry, btw makasih ya" Ucap Anza sambil tersenyum manis.

"Hmm, lain kali hati hati" Ucap Dirga mengacak acak rambut Anza sebelum akhirnya ia pergi.

Anza merasa jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Anza memegangi jantungnya yang berdetak sangat kencang, ia juga menatap kepergian Dirga dengan senyuman di wajahnya.

Tanpa ia sadari seseorang telah melihat semua adegan itu. Ia merasa tidak suka apalagi saat Dirga mengacak acak rambut Anza.

"Bukan urusan gue" Ucapnya lalu kembali melangkahkan kakinya menuju kelas bahkan ia melewati Anza yang masih mematung.

"Eh Alian, tungguin" Ucap Anza mengejar Alian lalu menyamai langkah kaki Alian.

"Hehe ke kelas bareng" Ucap Anza.

"Seneng banget?" Tanya Alian menaikkan satu alisnya tanda bertanya.

"Banget!!!" Seru Anza.

Alian kembali melangkahkan kakinya menuju kelas, tidak peduli dengan apa yang Anza senangi.

Alian menghela nafas kasar. Entahlah ia kecewa saat Anza terlihat bahagia dan sepertinya Anza tidak terlalu memikirkan hal kemarin.

***

Jam istirahat berbunyi, Alian langsung pergi dari kelas menuju lapangan basket.

"Ada yang tau Alian kemana?" Tanya Arta.

"Ga tau" Jawab Anza sambil menggedik kan bahunya acuh.

"Lapangan basket kali kalo nggak ya ke ruang OSIS tapi feeling gue mengatakan dia ke lapangan basket" Ucap Geran.

"Yaudah gue pergi dulu" Ucap Arta lalu pergi meninggalkan mereka semua.

"Tuh cewe suka apa naksir sih sama Alian?"  tanya Geran bingung.

"Mereka pacaran" Ucap Anza. Seketika Caca, Gina, Grace, Asa, langsung mendekat ke arah Anza. Jika sudah seperti ini, jiwa jiwa gosip pun mulai bergejolak.

"Serius?" Tanya Gina tak percaya.

"Hmm, kemarin yang lo suruh gue ngikutin mereka. Pas di taman belakang gue denger samar samar kalo mereka udah lama ga ketemu terus habis itu si Alian meluk pinggang Arta" Jelas Anza.

"Oalah jadi gitu, tapi gue ga percaya sih Za, sorry banget nih ya. Soalnya se tau gue Alian itu ga pernah suka siapapun selama hidupnya" Jelas Caca.

"Tapi perlu di cari tau juga kenapa mereka sampe bilang kalau mereka lama ga ketemu" Sahut Grace.

"Za, ke kantin bareng gue mau ga?" Ucap seseorang tiba tiba yang ternyata adalah Dirga.

"Boleh, bareng yang lain ya?" Tanya Anza lalu di anggukkan oleh Dirga.

"Nanti sama Avan juga" Ucap Anza memastikan.

"Hmm boleh" Ucap Dirga menganggukkan kepalanya.

"Gue, Asa, Grace, sama Lara sendiri aja" Ucap Gina lalu di anggukkan oleh Anza.

"Yaudah yok guys kita ke kantin" Ajak Anza.

"Yok" Jawab mereka serempak.

"Ih ga ngajak!" Eil mengekerutkan bibirnya.

"Utututu gemes banget sih, ayo ikut" Ajak Geran.

"Gendong" Eil merentangkan tangannya minta di gendong. Geran pun langsung langsung menggendong Eil ala koala.

"What!!!" Kaget Caca sambil mengedip ngedip kan matanya berulang kali.

"Pacaran cie" Goda Anza sambil senyam senyum.

"Udah biasa, lo aja yang ga tau" Ucap Geran lalu berjalan mendahului mereka berdua.

"Ya biasa lah sahabat dari kecil, wajar aja" Ucap Caca.

"Tapi kok gue ga pernah di gituin sama Lian?" Tanya Anza lalu mengekerutkan bibirnya.

"Cengeng lo, Geran sama Alian itu beda, sama nya cuma satu"

"Apa?"

"Sama sama cowo hahahah ngakak anjir!" Caca tertawa sampai memukul Anza yang berasa di sebelahnya. Sedangkan Anza yang di pukul hanya bisa diam, pukulannya memanggilnya sedikit sakit tapi itu sudah biasa bahkan Geran, Eil, dan Alian juga sering menjadi sasaran pukul jika Caca tertawa.

Anza pergi begitu saja meninggalkan Caca yang sedang tertawa terbahak bahak. Menurut Anza itu sama sekali tidak lucu.

Saat berjalan menuju kantin mencoba mengikuti Geran dan Eil yang sudah mendahuluinya. Tiba tiba pandangannya tertuju pada lapangan basket yang berada di tengah tengah gedung sekolah.

Anza melihat Alian di beri minum dan juga di lap keringat nya oleh Arta yang berada di pinggir lapangan.

Anza merasa dadanya sangat sakit melihat itu.

"Za, kok diem? Ayok kita ke kantin" Ucap Dirga lalu merangkul tubuh Anza yang lebih pendek darinya.

Tiba tiba saja Alian mendongak ke atas di mana Anza sedang di rangkul oleh Dirga. 

"Kenapa lo?" Tanya Arta saat Alian terus melihat ke arah atas.

"Gapapa" Jawab nya lalu kembali meminum minumannya kembali. Sebenarnya itu bukan minuman dari Arta tapi Alian yang meminta Arta untuk membelikannya. Karena harga hanya sepuluh ribu sedangkan Alian memberinya seratus ribu, katanya kembaliannya ambil saja. jadilah Arta yang malas malasan langsung bersemangat.

"Gue lihat, Anza di rangkul sama cwo tadi kan?"

"Itu lo tau" Alian mendrible bola basketnya menuju ring lalu melemparkannya hingga bola basket tersebut masuk ke dalam ring.

"Gausah sok paling tersakiti, Anza jauh lebih sakit dari lo" Ucap Arta mampu membuat Alian berhenti dari bermain basketnya.

"Dia cinta ke lo tapi lo ga lihat itu, setidaknya kalau lo ga cinta sama dia, hargai dia sebagai temen lo, gitu gitu Anza dulu sahabat terbaik lo kan, lo juga selalu jagain dia dan berusaha ngambil hatinya buat ga cuek cuek banget ke lo tapi apa, pas lo udah berhasil ngambil hati dia lo cuekin dia gitu aja " Jelas Arta panjang lebar mampu membuat Alian terdiam memikirkan semua omongan Arta.

---

AlianzaWhere stories live. Discover now