26

2.1K 108 0
                                    

    Sesampainya diruang OSIS yang menjadi ruang istirahat. Anza langsung masuk tanpa permisi dan terlihat disana sedang ada Alian, Tiffany, Grace, Gia, Rio, dan juga Geran.

"Eh Anza"

"Habis ini acaranya ngapain?" Tanya Anza.

"Pelepasan balon" Ujar Grace.

"Eh za, lo beneran gapapa nih? Serius?" Tanya Gia memastikan kembali.

"Gapapa kok" Ucap Anza.

"Sorry ya za semua ini gue yang ngatur konsepnya, jangan salahin Alian" Ucap Gia.

"Kurang panas, seharusnya lo buat lebih panas lagi biar mereka puas ngata ngatain gue!"

"Z-za l-lo di kata katain?"

"Lo pikir aja sendiri! Cuaca udah panas, gue di suguhi sama penampilan kalian berdua yang bahkan belum bilang dulu ke gue di tambah denger mereka ngata ngatain gue ga cocok sama Alian!" 

"Atau ini cara ngusir gue secara lo ga suka kan sama gue dari umur 6 tahun Oke gue pergi" Lanjut Anza lalu meninggalkan ruangan tersebut dengan perasaan campur aduk.

"Za!" Alian berlari menyusul Anza yang sudah berjalan cepat meninggalkan ruang OSIS.

Caca, Eil, Asa, Lara yang menguping pun kaget dengan perubahan sikap Anza dari pas masih di lapangan tadi dengan di ruang OSIS.

"Za! Anza tungguin gue!" Teriak Caca berusaha mengejar Anza.

"Ini kenapa?" Tanya Eil.

"Gue kayanya harus nyusul mereka" Ucap Tiffany lalu berlari menyusul Alian dan Anza.

"Plis jawab ini kenapa gue kepo" Ucap Asa.

"Karena penampikan terakhir tadi" Ujar Grace membuat Asa langsung mengerti.

"Padahal Anza pas bareng kita di lapangan tadi masih senyum senyum kaya ga ada masalah tapi pas nyampe sini gila kaget gue anjir" Ucap Asa.

Di sisi lain Alian berusaha mengejar Anza hingga akhirnya ia dapat mencengkal pergelangan tangan Anza.

"Maafin aku, semua salah ku yang nurut sama mereka. Kamu mau apa aku turutin yang penting jangan marah lagi oke?"

"Gue mau lo nguras air laut sampe habis bisa?" Alian termenung mendengar jawaban Anza.

"Sorry gue ga semudah itu lo bujuk kaya anak kecil" Ucap Anza mencoba melepaskan pergelangan tangannya dari Alian.

"Anza maafin gue, gue udah kecentilan sama Alian" Ujar Tiffany.

"Bukan itu yang gue permasalahin, masalahnya kenapa ga bilang" Ucap Anza yang akhirnya terlepas dari cengkalan tangan Alian.

Anza langsung beranjak pergi meninggalkan keduanya. Alian hendak menyusul tapi di tahan oleh Tiffany.

"Biarin Anza sendiri dulu ini juga salah kita terlalu ngeremehin Anza soal ngebujuk dan kita juga ga ngasih tau dia dari awal" Ujar Tiffany mencoba membuat Alian sedikit tenang.

***

Di apartemen Anza mengganti pakaiannya dengan hotpants dan kaos oversize. Ia kembali ke kamar awalnya. Anza menghabiskan waktunya hanya di kamar dengan bermain handphone.

Beberapa jam kemudian, terdengar suara pintu terbuka menandakan Alian pulang. Ia tidak melihat kehadiran Anza di lantai bawah. Alian langsung pergi ke atas hendak menemui Anza.

Saat Alian membuka pintu kamarnya, ia melihat Anza sedang terdiam sambil menangis.

"Anza" Alian langsung berlari ke arah Anza lalu berlutut di depan Anza sambil mengelap air mata yang jatuh dari mata indah Anza.

"Maaf" Ucap Alian sambil mengelus pipi Anza dengan lembut.

Anza menepis tangan Alian yang memegang tangannya dan tangan Alian yg mengelus pipi nya. "Jangan sentuh sentuh" Ucapnya.

"Sayang?"

"Aku udah ngejar kamu dari dulu, aku udah nolak siapapun yang deketin aku demi kamu, pas kamu mulai suka sama aku di situ aku seneng banget tapi ternyata kamu ga se setia itu kamu ga nolak mereka yang milih kamu buat tetep sama aku, kamu ga mikirin perasaan aku" Anza meluapkan kekesalannya sambil memukul mukul dada bidang Alian.

"Maaf aku ga bakal ngulangin hal yang sama, terserah kamu mau marah pun gapapa karena memang ini salah aku"

"Pokoknya kamu punya aku, aku ga mau kalau sampe kaya gini lagi, kamu harus izin, wajib izin, ga boleh seenaknya!"

"Iya sayang aku bakal izin ke kamu bahkan aku ga bakal ngulangi lagi. Sekarang kamu udah maafin aku kan?" Alian mengelus punggung tangan Anza yang ia genggam dengan halus.

Anza menatap Alian lalu perlahan mengangguk ragu. "Tapi inget ga boleh kaya gitu lagi kecuali sama aku" Alian tersenyum lalu mencium bibir Anza, melumatnya sedikit.

Alian menatap wajah memerah milik Anza dan wajah sayu nya membuat Alian ingin menerkam Anza sekarang juga.

"Kamu menarik hari ini" Ucap Alian mulai menidurkan Anza perlahan hingga kini posisi Anza terlentang dengan Alian yang mengukungnya.

"Let's play"

Dua orang itu kini sedang bercumbu di atas kasur dengan nafsu menguasai keduanya. Mereka yang menikmati setiap gerakan yang mereka lakukan di malam itu bahkan keringat mulai membasahi tubuh mereka.

***

AlianzaWhere stories live. Discover now