36

1.4K 105 3
                                    

    Beberapa hari kemudian Dirga sudah terbangun dari komanya. Ia sekarang sedang bersama dengan Akza dan kini ia sedang makan dengan disuapi oleh Akza. Belum satu bulan mereka bertemu tapi karena Akza yang selalu berada di sampingnya mulai dari menyuapi nya makan, menemaninya, mengobrol, hingga selalu ada di sampinya membuat Dirga semakin tertarik dengan Akza.

Bukan karena mukanya mirip dengan Anza tapi memang perasaan dari dalam hati yang membuat nya lama kelamaan menyukai sosok Akza. Seperti sekarang Dirga menatap Akza yang sibuk meniup bubur yang masih panas untuknya.

"Nih." Akza menyodorkan bubur itu pada Dirga.

"Lo kenapa baik banget sama gue?" Tanya Dirga setelah menelan bubur itu.

"Sebagai ungkapan rasa bersalah gue."

"Cuma itu?" Akza tampak berfikir lalu mengangguk membuat Dirga sedikit kecewa.

"Lo pernah suka seseorang?" Akza tampak berfikir lagi lalu menggeleng.

"Gue ga pernah tertarik siapapun tapi gue pernah nyaman sama seseorang." Dirga yang penasaran langsung bertanya pada Akza.

"Siapa?"

"Cewe namanya Gia di sekolah lo, dia cewenya bikin gue bener bener nyaman sebelas perdua belas kaya mama gue. " Hal itu membuat Dirga menghela nafas

"Dia memang di anggep mama di kelas karena sikap keibuannya, btw Lo suka cewe atau sama kaya Anza?"

"Gue rasa gue masih suka cewe kenapa emang?"

"Gapapa." Dirga kembali menerima suapan Akza tapi dengan perasaan yang campur aduk.

"Suapan terakhir, habis itu minum obat biar cepet sembuh kalo lo ga sembuh sembuh gue semakin merasa bersalah, jadi lo harus sembuh secepatny- mhhpp." Akza membulatkan matanya saat tiba tiba saja Dirga mencium bibirnya.

"S-sorry." Ujar Dirga setelah melepas ciuman tersebut.

"G-gapapa, sekarang minum obatnya." Gugup Akza, ia tidak menyangka Dirga melakukan hal itu.

"Gue ga bisa minum obat."

"Terus yang kemaren."

"Gue buang."

"Paksain, kalo enggak ga sembuh sembuh."

"Tapi gue ga bisa."

"Kalau lewat bibir gue mau?" Dirga menyiritkan dahinya bingung. Akza langsung sama memasukkan obat itu ke dalam mulutnya lalu meneguk air tersebut dan langsung kembali mencium Dirga. Ia mendorong obat itu masuk ke dalam mulut Dirga hingga akhirnya obat itu masuk.

"Kalo lo suka atau cinta ke gue jangan di pendem gue bakal mencoba buat balik cinta ke lo." Ujar Akza.

"Cinta jangan di paksakan, gue ga mau maksa orang buat cinta ke gue."

"Mau gimanapun gue bakal tetep mencoba, asal lo sama gue terus."

"Hmm, makasih."

***

Di tepi danau terlihat seorang laki laki dengan menggunakan seragam sekolah khas sekolahnya duduk sambil melempar batu ke arah danau tersebut.

"Seharusnya kemaren gue Terima aja, bodo banget sih lo van." Ucapnya pada dirinya sendiri.

Saat Avan sedang meratapi nasibnya yang sangat naas itu ia melihat seseorang yang jauh darinya sedang bersama seorang perempuan terlihat seperti pasangan.

"Kak Reva? Itu siapa?" Avan melihat perempuan berambut panjang yang sedang membaca buku dengan earphone yang berada di satu telinganya dan satunya lagi berada di telinga Reva. Mereka terlihat seperti sedang piknik? Yah memang banyak orang piknik di sana.

Avan mengamati di mana perempuan tersebut membaca buku terlihat sangat feminim dan cantik menggunakan dres putih sedangkan Reva bersandar pada punggung perempuan sampai sampai perempuan tersebut membungkuk dan terus menyuruh Reva untuk tidak bersandar padanya.

"Arghhh!!!" Avan melempar batu sebanyak banyak nya ke arah danau melampiaskan kekesalannya ia memeluk lututnya dan menenggelamkam kepalanya di antara lipatan tangan yang berada di atas lututnya yang di tekuk.

"Yang lain juga kemana kenapa kita di tinggal berdua doang?" Tanya Reva menyadari ia hanya berdua dengan perempuan teman kampusnya itu.

"Ga tau mencar mereka mah, gue mending baca buku."

"Kutu buku lo."

"Biarin daripada lo suka seseorang tapi di tolak, sedih ga?"

"Banget."

"Nah kan udah gue duga, udah ah jangan gangguin gue!"

"Hmm."

Di sisi lain Avan kembali menatap danau dengan posisi masih memeluk lututnya.

Dari kejauhan Reva melihat remaja sedang duduk di tepi danau. Ia menggunakan seragam sekolah yang biasa di gunakan oleh Alian dan Anza.

"Gue ke sana dulu." Ujar Reva pada temannya itu.

"Avan?" Avan yang mendengar suara itu tidak menoleh ia tetap menatap ke arah danau. "

"Hey lihat kakak." Reva duduk di samping Avan lalu menarik dagunya agar menatap ke arah dirinya.

"Ishh apa sih ganggu!"

"Jelasin ke kakak kenapa kamu ke sini ga langsung pulang?"

"Peduli banget? Kenapa lo ga sama pacar lo aja sana, gausah sok sok an ngurusin gue, gue cowo ga bakal hamil meskipun lo perkosa, jadi lo gausah sok sok punya tanggung jawab ke gue."

"Dia temen kakak, jangan mikir macem macem dulu."

"Tapi cocok."

"Kamu cemburu?"

"Enggak, apaan sih!"

"Kakak cuma cinta sama kamu, sampai kapanpun paham?" Reva menarik dagu Avan lalu mencium bibir pink milik Avan.

"I love you." Avan tidak bisa menjawab apapun, mulutnya terlalu kaku untuk mengatakan isi hatinya saat ini.

"Ikut kakak, kakak mau ngambil barang barang kakak habis itu kakak anterin pulang tidak menerima penolakan."

"T-tapi kak temen gue nungguin di sana." Tunjuk Avan dengan jarinya.

"Kakak tadi bilang apa?" Reva mengangkat satu alisnya tanda bertanya membuat Avan menunduk takut.

"Kabarin temen kamu lewat chat." Reva lalu kembali menggengam tangan Avan, mengajaknya ke tempat ia dan teman temannya piknik tadi. Di sana sudah terkumpul semua teman temannya yang tentu mereka kaget dengan adanya bocah SMA yang di bawa oleh Reva.

"Siapa Va, Manis amat?" Goda teman laki lakinya yang memang memiliki julukan playboy.

"Mine." Ucap Reva dengan nada dingin.

"Mau kemana lo?" Tanya teman perempuan nya tadi melihat Reva mengambil semua barang barangnya.

"Nganterin pacar gue pulang, lo nanti bareng siapa aja terserah gue pergi dulu." Pamit Reva lalu pergi dengan menggandeng tangan Avan.

---

AlianzaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang