Part 69

1.8K 150 14
                                    

Jam pada ponsel Callie menunjukkan pukul lima pagi. Callie kini sudah terbangun karena ia ingin buang air kecil. Suasana di pagi hari di desa ini lumayan dingin. Memaksa Callie untuk tidak berlama lama di dalam kamar mandi.

Selesai dengan kegiatannya, Callie berlalu pergi ke dapur untuk mencari air minum. Menuangkan ke dalam sebuah gelas dan membawanya ke depan. Entah apa yang ada di pikiran Callie hingga ia memutuskan untuk keluar rumah pada subuh begini.

Callie mendudukkan dirinya di teras depan. Kedua bola matanya yang cantik itu menoleh ke arah samping, ke arah rumah seorang wanita yang ia lihat kemarin. Dari tampak luarnya memang terlihat seperti rumah kosong dan tidak terurus, makanya Callie sidikit terkejut jika rumah itu ada yang menempati.

Callie meneguk airnya secara perlahan, karena airnya terasa jauh lebih dingin dari biasanya. Callie juga melihat bahwa lampu di rumah itu masih menyala.

Kembali, Callie memicingkan matanya. Melihat ada seseorang yang mungkin seumuran dengan dirinya. Keluar dari dalam rumah dengan membawa tas belanjaan. Callie berasumsi bahwa orang itu akan pergi ke pasar.

Seorang gadis dengan menggunakan trening beserta jaket yang cukup tebal tertutup hingga batas lehernya. Meninggalkan rumah itu dengan pintu depan yang sedikit terbuka.

Callie meneguk habis air minumnya. Meletakkan gelasnya ke dalam lalu menutup pintu kamarnya. Ia berlalu keluar dan menghampiri rumah tersebut. Callie menengok kanan kiri saat sudah berada di depan rumah tersebut.

Callie melihat dari balik kaca jendela kalau di dalam sana sudah ada pergerakan. Dan seketika itu Callie panik karena orang itu berjalan mendekat ke arah pintu.

Terlihat wanita itu yang keluar dengan dasternya. Rambutnya yang tergerai sedikit berantakan. Wajahnya pucat dengan matanya yang sedikit sayu. Antara sakit atau baru saja bangun tidur.

Callie bersembunyi di balik tembok rumah itu. Mata Callie bergetar menatap nanar wanita tersebut.

"Mami?" lirih Callie dengan berlinang air mata.

°°°

Adel meregangkan semua anggota tubuhnya. Ia baru saja mendapati kesadarannya kembali. Tidurnya cukup nyenyak karena lelah akan perjalanan yang jauh kemarin.

Adel bangun pada jam enam lewat sepuluh menit. Adel pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukanya. Namun dahinya mengerut kala melihat pintu rumah bagian depan terbuka lebar.

Jantungnya langsung berdetak kencang tak karuan. Perasaan kemarin malam Adel mengunci pintu depan deh. Dibenaknya langsung terbesit untuk melihat Callie di dalam kamarnya. Adel tak ingin terjadi sesuatu kepada anaknya.

"Callie?" Adel semakin panik tak terkendali. Adel tak mendapati Callie di dalam kamarnya.

Niatnya untuk membasuh muka pun tak jadi. Ia berlari ke arah depan, menelisik ke segala arah mencari keberadaan anaknya. Tidak ada tanda tanda Callie berada di sekitarnya.

Adel berlari masuk kembali ke kamarnya. Meraih ponselnya untuk menghubungi Callie. Sial, ponsel milik Callie masih berada di dalam kamarnya.

Ingin rasanya Adel menangis sejadi jadinya. Ia sedang berada di desa orang, jadi ia tak memiliki ide atau kenalan untuk membantu.

Kecuali pak Gito.

Ya! Pak Gito!

Iya Adel bergegas pergi ke rumah pak Gito. Meminta pertolongan padanya.

"Kenapa bisa hilang pak?" tanya pak Gito yang ikut menjadi panik karena kedatangan Adel yang mengatakan anaknya hilang.

"Saya juga tidak tau pak, bangun tidur saya lihat pintu depan sudah terbuka lebar. Terus saya gak nemuin anak saya di dalem kamarnya." Adel mondar mandir tak jelas di dalam rumah pak Gito.

Ibu Dey juga terkena paparan kepanikan Adel. Istri pak Gito itu juga terlihat tidak tenang dan bahkan tak memberikan Adel segelas teh untuk menenangkan pikiran.

Kini pak Gito berpamitan kepada istrinya untuk pergi ke rumah Adel. Memeriksa kondisi rumahnya apakah ada terindikasi pencurian dan penculikan atau tidak.

Pak Gito menggeleng menandakan keadaan pintu rumah Adel yang baik baik saja. Tidak ada indikasi dibobol oleh maling. "Baik baik saja kok pak."

"Aduh, sekarang saya harus gimana ini pak? Hiks... Anak saya hilang!" Adel berlinang air mata dan pak Gito berusaha untuk menenangkan.

Gito melihat ke arah luar, menoleh ke arah samping ke rumah yang cukup terbengkalai itu. Mungkin saja Callie pergi ke sana karena di sana ada teman sebayanya.

"Pak, coba kita cek ke rumah itu. Siapa tau anak bapak pergi ke sana, karena di sana ada anak seumuran dengan dia." usul pak Gito.

"Apa benar pak? Tapi sepertinya rumah itu tidak ada anak yang seumuran Callie." ujar Adel kurang yakin.

"Tidak, mari kita kesana pak." Pak Gito lalu berjalan mendekati rumah tersebut. Diikuti oleh Adel di belakangnya. Melihat kondisi rumah membuat Adel sedikit kurang yakin.

Terlihat pintu rumah yang terbuka setengah. Dengan suara anak gadis yang sedang menangis di dalamnya. Buru buru mereka ingin memasuki rumah tersebut dan memastikan semuanya.

Namun tidak jadi karena ada suara teriakan seorang gadis di belakang mereka.

"TOLONG! TOLONG! ADA MALING!!"

T A K D I R [DELSHEL] ENDWhere stories live. Discover now