Part 66

1.9K 172 17
                                    

Tidak terasa sekarang kehamilan Ashel sudah memasuki bulang ke sembilan. Dengan begitu, Adel harus lebih ekstra lagi dalam menjaga dan mengawasi istrinya. 

Dan mereka juga memutuskan untuk tidak keluar rumah terlebih dahulu. Takut jika Ashel ksakitan pada saat mereka di luar. 

Keadaan rumah hari ini sepi, Shani dan Gracio sedang keluar bertemu dengan client nya. Sedangkan Feni ia juga keluar dengan Aldo. Mereka tak memberitahu kemana mereka akan pergi.

Sekarang Adel tengah berada di dalam kamarnya. Memasukkan barang barang yang sekiranya mereka butuhkan jika melahirkan. Sedangkan Ashel sedang duduk santai di ruang tengah sembari menonton televisi. 

"Sshhh"

Ashel mulai merasakan sakit di perutnya, ia sedikit merebahkan tubuhnya pada sandaran sofa dan meraih ponselnya. Rasanya ia tak kuat lagi untuk berteriak memanggil Adel. 

"Del, cepetan turun! Perut aku sakit banget." Mendengar dari suara telpon itu, Adel segera bergegas turun membawa barangnya. 

Mengajak Ashel untuk segera ke rumah sakit. Dalam perjalanan pun, Adel masih sempat untuk menghubungi kedua orang tua mereka. Karena ini adalah pertama kalinya dalam hidup mereka, jadi mereka tidak bisa bersikap tenang hingga mereka sampai di rumah sakit.

Adel dengan cepat turun dari mobil dan membuka pintu sebelah kiri. Membopong tubuh Ashel untuk di bawa masuk. Meletakkan di atas brangkar yang dibawakan oleh suster yang ada di sana.

Adel ikut masuk ke dalam ruangan, menemani istrinya yang mungkin akan melahirkan hari ini. Dan benar saja, Ashel sudah memasuki pembukaan kesekian dan akan melahirkan. 

Adel mengirim lokasi rumah sakit pada kedua orang tuanya. Lalu ia kembali menggenggam jari jemari Ashel. Memberikannya sedikit ketenangan. 

°°°
A

del menarik nafasnya dalam dalam lalu menghembuskannya. Ia meraih minuman yang sudah ia bawa ke dalam kamar untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering setelah bercerita.

"Jadi gitu Callie. Papi panik banget waktu itu. Untung aja kakek sama nenek kamu cepet sampai rumah sakit."

Callista Alifia, anak pertama dari pernikahan Adel dan Ashel. Usianya kini sudah menginjak 17 tahun.

Kini mereka berdua sedang berada di kamar Callie. Adel yang kebetulan melintas di depan kamar anaknya tak sengaja melihat masih ada cahaya yang menyala dari dalam.

Dengan inisiatif nya, Adel masuk ke kamar anaknya dan mendapati Callie yang duduk termenung.

Setelah ditanya, ternyata Callie tak bisa tidur. Alasannya karena ia rindu dengan sosok maminya. Karena ini tengah malam, tak mungkin juga bagi Adel untuk menuruti kemauan Callie untuk menemui ibunya, alhasil, Adel menceritakan pertemuan pertamanya hingga sampai Ashel mengandung callie.

Sesaat setelah Adel menceritakan semuanya, rasa rindu Callie kian membesar pada maminya. Bagaimana pun juga, callie sudah tidak melihat sosok maminya saat ia masih berumur 13 tahun.

Kala itu Callie tak mengerti akan apa yang terjadi pada kedua orang tuanya. Maminya juga berpamitan pada Callie untuk bekerja dan akan jarang untuk pulang ke rumah. Callie kecil hanya mengangguk saja.

Namun, seiring bertambahnya umur, Callie semakin paham dengan apa yang terjadi. Maminya tidak ada bekerja sama sekali. Tidak ada yang namanya pulang ke rumah lagi. Kedua orang tuanya sudah berpisah secara diam diam.









"Kamu mau kemana sayang?" Adel yang baru selesai mandi dikejutkan dengan istrinya yang membuka koper besar. Memasukkan semua baju yang ia miliki.

Ashel masih sibuk mengemasi barang barangnya. Bahkan ia enggan untuk menjawab pertanyaan suaminya.

"Hey sayang, ada apa?, kenapa kamu kayak gini?" Ashel hanya menatap sendu kedua mata Adel.

Ada perasaan tidak rela jika Ashel harus meninggalkan Adel saat ini juga. Tapi mau bagaimana lagi, semua ini untuk kebaikan Adel dan juga Callie.

Semua barang Ashel sudah masuk ke dalam koper. Ashel menutup rapat kopernya lalu menyeretnya keluar. Sontak Adel berusaha untuk menahan langkah Ashel.

"Sayang, Ada apa sih sebenarnya. Bilang kalau aku ada salah, tapi kamu jangan pergi kayak gini dong."

Belum sempat Ashel menjawab pertanyaan Adel, muncul Callie dari dalam kamarnya. Dengan wajah yang baru bangun tidur. Sepertinya anak itu terbangun karena mendengar suara Adel yang sedikit tinggi.

"Mami mau kemana?" Callie berjalan sambil mengucek matanya. Memeluk perut maminya lalu mendongak, menatap wajah cantik maminya.

"Mami mau pergi kerja sayang. Mami bakalan jarang pulang juga, jadi kamu baik baik berdua sama papi di rumah ya?"

Callie yang tak mengerti pun hanya mengangguk. Merentangkan kedua tangannya meminta peluk sekaligus gendong pada maminya.

"Ya ampun anak mami. Kamu cantik banget sayang, mami janji, mami akan pulang secepatnya ya." Lagi lagi Callie mengangguk.

Callie diminta untuk memasuki kamarnya, sedangkan Ashel melanjutkan langkahnya hingga ke lantai satu. Adel pun terus mengekor sampai ke pintu depan.

Mencoba keberuntungan sekali lagi, Adel menahan pergelangan tangan Ashel. Tentu saja hal itu menahan langkah Ashel. Namun Ashel enggan untuk berbalik badan.

Tetap berdiri dengan membelakangi Adel. Ashel mati matian untuk menahan air matanya yang akan luruh membasahi pipinya.

"Ashel, sebenarnya ini ada apa? Kenapa? Jangan buat aku mati penasaran Cel!"

"Kamu tega ninggalin aku sama beruang madu? Kalau dia kangen gimana? Kalau aku kangen aku harus kemana Cel?"

"Maaf," hanya kata itu yang dapat Ashel katakan.

Ashel tak bisa menjelaskan alasan yang sebenarnya mengapa ia pergi. Namun yang pasti, ini untuk kebaikan mereka bertiga. Walau Ashel yang harus menjadi korbannya.

"Aku nggak bisa kasih tau kamu banyak hal sayang. Tapi percayalah, aku sayang banget sama kamu dan anak kita. Tapi aku harus pergi."

"Tapi pergi kemana?"

"Nanti juga kamu tau sendiri Del. Jaga Callie baik baik, aku akan selalu aman kalau anakku baik baik saja. Dan satu lagi, semua ini terjadi karena ulah orang tua kita di masa lalu."

T A K D I R [DELSHEL] ENDWhere stories live. Discover now