Part 39

3.1K 198 5
                                    

Kini kertas tersebut sudah berisi tulisan Adel. Dibantu dengan Ashel dan juga Gito. Yap betul sekali, Gito turut andil dalam merekomendasikan apa saja yang perlu mereka beli.

"Huh, akhirnya sampek juga." Gito pun terkekeh melihat Christy yang kelelahan membawa sampah tersebut. "Tadi udah dilarang juga." Christy pun hanya cengengesan.

"Ya aku kasian ke kakak juga, hehe." Gito pun menggelengkan kepalanya. Mulai meletakkan sampah tersebut ke dalam kotak sampah. "Dah semua, yuk masuk." Christy mengangguk lalu melangkahkan kakinya masuk.

"Eh ada apa nih?." Heran Christy melihat Adel, Zee dan juga Ashel tengah berkumpul. "Eh ini kita lagi buat list belanjaan." Mulut Christy pun membentuk huruf O.

"Maaf aku ngga bisa bantuin ya, kak Chika sendirian di belakang." Semuanya pun mengangguk. Christy berlalu pergi, tak lupa ia juga mengambil 2 botol air untuk dirinya dan juga Chika.

"Sini gw bantuin juga." Gito menawarkan dirinya lalu bergabung di sana. "Wedehh, thanks Gits. Pengertian emang lu." Gito memutar bola matanya. Alay betul temannya satu ini.

"Oke udah, segitu cukup kali ya?." Ashel bertanya pada mereka.

"Cukup kok itu, lagian kita cuma ber-delapan kok." Sahut Gito. Mereka semua mengangguk.

Adel dan Zee mulai menggunakan jaket mereka. Di susul dengan Adel yang meraih kunci mobilnya Lalu mereka berdua pun pergi ke supermarket terdekat.

"Kathrina sama Marsha udah kelar belum Shel, tugas gw udah kelar soalnya di belakang." Ashel yang sedang merapikan box pun sedikit menoleh ke Gito. "Eh gw kurang tau juga Kak, coba lo cek deh ke belakang-."

"-Bentar lagi gw samperin." Gito pun mengangguk kemudian berjalan ke arah tempat cucian Kathrina dan Marsha.

"Udah belum Tin?." Kathrina pun menoleh dan tersenyum. "Udah kok, tinggal bilas piringnya aja." Jawabnya.

"Yaudah aku bawa alat pemanggangannya ke belakang ya." Mereka berdua pun mengangguk. Gito mulai mengangkat dan membawanya menuju ke belakang.

Terlihat Christy yang sedang merapikan anak rambut Chika. Menatap intens setiap lekukan wajah kakak cantik tersebut.

"Bucinnya.." Ujar Gito sembari meletakkan alat pemanggangannya. "Eh kak Gito, perlu bantuan lagi kah kak?." Tanya Christy lalu di jawab gelengan oleh Gito.

"Uda beres semua kok, tinggal piringnya aja." Kemudian Gito pun kembali masuk menemui Kathrina.

•••
















"Mau berpencar." Adel seketika menggeleng. "Gausah, kita pakek troli mana bisa." Zee pun mulai memimpin jalan, sementara Adel mendorong trolinya. Pertama, mereka mencari daging kemudian di masukkan ke troli. Berbagai jenis daging mereka beli karena tida tahu apa yang teman mereka sukai. Lalu bumbu dan penyedap rasa lainnya.

Troli yang awalnya kosong kini perlahan mulai penuh dengan barang belanjaannya. "Udah nih Zee, cukup." Zee pun mengangguk. Mereka hendak menuju ke kasir namun di tahan oleh Zee. "Kenapa?."

"Tunggu bentar Del." Zee pun pergi entah mencari apalagi. Beberapa saat menunggu akhirnya Zee datang kembali dengan sesuatu di tangannya.

"Anjir, lo beneran Zee?." Ia hanya mengangguk kemudian berjalan ke kasir. Setelah melakukan pembayaran, mereka mulai memasukkan barang belanjaan ke dalam mobil. Dibantu juga oleh pegawai supermarket-nya.

Sedangkan di hotel, mereka semua sudah selesai dengan pekerjaannya. Memutuskan untuk duduk santai di taman belakang. Tak lama kemudian, telepon Ashel pun berdering menandakan ada panggilan masuk.

"Iya hallo, kenapa Del?."

"Bantuin aku angkat belanjaannya, ajakin yang lainnya juga."

"Oke, tunggu bentar."

Panggilan pun di akhiri oleh Ashel. Ia langsung meminta atensi teman temannya.

"Guys, bantuin gw yuk ke depan ambil barang belanjaannya." Tanpa pikir panjang, mereka semua pun berjalan ke depan. Mengambil satu per satu belanjaannya. Dikarenakan jumlah mereka yang cukup banyak, dengan sekali angkut bahan tersebut sudah berada di taman belakang.

"Oh iya, arangnya mana?." Tanya Ashel. Gito pun berdiri dan mengambil arangnya yang ada di pojok sana. Karena dirinya lah yang meletakkan barang tersebut.

Arang mulai di taburkan di atas alat pemanggangan, kemudian di nyalakan. Menunggu hingga arah tersebut menjadi bara seutuhnya. Sembari menunggu, mereka kembali membagi tugas. Menyiapkan daging yang akan mereka panggang.

Arang yang tadinya berwarna hitam pun sudah berubah menjadi merah. Daging pun telah siap di baluri bumbu-bumbunya. Langsung saja daging itu mereka letakkan di atasnya. Karena alat pemanggang yg terbatas, jadi dilakukan bertahap.

Kini waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Tepat pada jam itu, mereka pun selesai dengan acara memanggangnya. Mereka membawa hasil panggangan dan nasinya di tengah taman. Duduk lesehan di alasi dengan karpet.

"Nih liat apa yang gw beli barusan."














































TBC










T A K D I R [DELSHEL] ENDWhere stories live. Discover now