Part 45

3.8K 195 4
                                    

Terlihat bunga-bunga yang tumbuh dengan rapi, dengan hamparan luas rerumputan. Sekilas dapat memanjakan mata sang pengamat. Sedikit mengarah ke belakang, terdapat gazebo yang berdiri kokoh yang diisi dengan delapan orang.

"Kita pulangnya besok loh, jangan lupa kalian." Adel sedikit menyesap minuman yang beberapa waktu lalu mereka pesan. Gito pun mengangguk, "Jangan sampai ada yang main lagi malam ini." Ia sedikit melirik ke arah Zee. Gito paham betul bagaimana sifat Zee. 

Yang di tatap pun hanya mendengus sebal. Ia juga tak berniat melakukan hal itu lagi. Itu hanya akan membuat dirinya lelah. Ah sudahlah.

"Udah, udah ih, jangan bahas itu lagi." Kini Kathrina yang bersuara. Kini obrolan mereka mengalir entah kemana. Pokoknya apapun yang mereka ingat, itu yang mereka ceritakan.

Kini hari sudah berganti malam, semuanya bersiap untuk kembali ke kamar masing-masing. "Udah ya, malam ini tidur cepet. Soalnya besok pagi kita langsung berangkat." Azizi dan Marsha pun mengancungkan jempolnya. Satu per satu dari mereka mulai memasuki kamar dan bersiap untuk tidur.

Di kamar Adel dan Ashel, "Cel," Adel menarik tangan Ashel dengan lembut. Menuntun gadisnya untuk duduk dan berbaring di kasur. Keduanya kini tidur saling berhadapan. "Kenapa Del?."

Adel mengelus pipi Ashel, yang di elus pun memejamkan matanya. "Nanti sampai rumah aku mau ngomong sama orang tua kita."

"Kamu yakin?." Adel mengangguk dengan mantap. "Lagipula aku kemarin keluarin di dalem Cel." Ah Ashel hampir saja melupakan hal itu. "Hm okedeh, aku dukung kamu." Kali ini Adel tersenyum dan memeluk Ashel. "Makasi sayang."

Ashel membalas pelukan Adel lalu keduanya masuk ke dalam mimpi masing-masing.

•••

"Barang udah semua kan?." Ashel pun kembali mengecek isi kopernya, begitu juga dengan yang lainnya. Setelahnya mereka mengangguk dan mulai memasukkan barang mereka ke dalam bagasi mobil.

"Yuk kita jalan sekarang, santai aja di jalannya." Semuanya mengangguk lalu mengambil tempat mereka masing-masing. Di sini Adel yang menyetir mobilnya. "Inget Del, ada gw sama Zee. Kalau capek bilang." Adel pun mengangguk serta mengangkat jempolnya.

Perlahan mobilnya mulai menjauhi area hotel.

45 menit perjalanan, Kathrina menepuk bahu Adel yang membuat Adel berdehem untuk merespon. "Kenapa Kath?." Adel sedikit melirik melalui kaca di depannya. "Cari pom bensin terdekat Del, gw kebelet."

"Oke," Adel pun sedikit mempercepat laju mobilnya guna menemukan pom bensin terdekat.

Akhirnya Adel menemukannya, lalu masuk kemudian menepikan mobilnya. "Oke, yang mau buang air silahkan. Kalau ada yang mau belanja juga boleh." Semuanya memutuskan untuk turun dari mobil. Adel, Ashel, Kathrina dan Christy memutuskan untuk pergi buat air dan sisanya pergi berbelanja.

Adel, Ashel, Kathrina dan Christy sudah selesai dengan kegiatannya dan menunggu di dekat mobil. Tak lama kemudian yang berbelanja pun datang dengan makanan yang cukup banyak.

"Wuih, diborong dagangan orang." Mereka yang datang pun nyengir dan menaruh belanjaan mereka.

"Yuk kita lanjut." Kini Gito yang mengambil alih setir kemudi. Sebelum meninggalkan pom, mereka memutuskan untuk mengisi ulang bahan bakar. Setelah selesai, mobil membelah jalanan guna menuju ke kediaman Ashel.

•••

Feni, terlihat duduk di taman depan rumah. Angin semilir menerpa kulitnya serta beberapa helai rambutnya. Dari dalam rumah, terlihat dua orang yang berjalan menghampirinya.

"Udah lama di sini Fen?." Feni menoleh ke arah belakang lalu menggeleng. "Baru aja kok Shan, kenapa?." Shani menggeleng. "Cuma nanya aja."

Hening kembali. Shani beserta Gracio mengambil tempat di sebelah Feni. Ikut memandangi beberapa bunga yang tumbuh di sana. Saat sebelum Feni membuka suaranya kembali.

"Shan, Gre, aku bisa minta tolong sama kalian nggak?." Shani mengalihkan perhatiannya sepenuhnya ke Feni. Ada apa ini?.

"Tolong bantuin cari informasi mengenai Jinan." Ah jadi orang itu masih mengganjal di pikiran Feni.

"Bisa kok, kamu ada rencana?." Feni mengangguk dengan mantap. Menatap mereka berdua dengan tekad yang bulat. "Iya bantuin gw ya!."

"Pasti!."





"Cari tempat berhenti dulu nggak sih. Aku juga pengen makan itu." Kathrina cemberut menunjuk makanan yang ada di kursi belakang. Temannya dengan santai makan di belakang. Ia memilih duduk di depan untuk menemani kekasihnya menyetir mobil.

"Yaudah kita cari tempat dulu." Gito mulai menengok kanan kiri, mencari tempat yang sedikit teduh.

"Nah di sana aja." Terdapat pohon yang cukup rindang serta tempat parkir yang luas.



"Bentar, di mobil kayaknya ada alas tikar." Setelah Gito memeriksanya, benar saja ia menemukannya dan langsung menggelarnya di bawah.

Mereka menikmati makanan dan minuman mereka di sana. Di terpa dengan angin yang menyejukkan hati.

"Ya kira-kira jam enam lebih kita udah sampai lah." Ujar Gito setelah melihat ke arah jam tangan. Kini sudah pukul 17. 43 WIB.



"Kita sudah dapet informasi selengkap lengkapnya, tapi..." Gracio menggantung ucapannya membuat Feni sedikit penasaran.

"Tapi apa Gre?."

"Perusahaan itu sedang di incar oleh seseorang juga." Ujarnya membuat hati Feni sedikit sakit. Namun tak apa, ia tak berharap jika perusahaan itu bisa kembali ke tangannya. Yang terpenting orang yang telah merebutnya merasakan penderitaannya kali ini.

"Tak apa Gre, aku sudah menduganya. Perusahaan itu tak akan bisa kembali ke tanganku. Paling tidak aku bisa membuat dia menderita kali ini." Gracio mengangguk dan mulai memberikan satu per satu informasinya.

"Oke, besok kita mulai rencananya. Dan anak-anak gak boleh tau." Ketiganya pun mengangguk. Lalu Shani pergi ke dapur berniat membuat minuman untuk mereka bertiga.

T A K D I R [DELSHEL] ENDTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon