Part 61

2.3K 144 1
                                    

Setelah mengatur waktu dan banyaknya pertemuan pertemuan yang berujung gagal, hari ini akan menjadi hari terbaiknya Aldo. Karena lagi lagi Jinan mempercayakan Cindy kepada dirinya.

Ah Aldo jadi malu mendapat kepercayaan sedalam ini. Bisakah setelah ini kita tetap berteman?.

Mungkin tidak etis jika hal itu terjadi.

Kini Aldo tengah bersiap siap di dalam kamarnya. Sepuluh menit yang lalu, Jinan menghubunginya dan meminta dirinya untuk datang ke rumah mereka. Dengan senang hati Aldo mengiyakan hal tersebut.

Ngomong ngomong, Aldo sudah setuju dengan usulan Feni untuk membawa mereka ke ruang bawah tanah rumah ini. Untuk Aldo, hal itu tidaklah sulit. Selagi obatnya bekerja, apapun bisa terjadi. Hehe.

Sudah lupakan, sekarang Aldo sudah terlihat rapi dan tampan tentunya. Lihat saja Feni sampai tidak berkedip memandangi Aldo.

"Fen! Feni!"

Panggilan Ci Shani pun tidak ia gubris sama sekali.

Aldo tertawa dalam hati dan mulai mendekati Feni. Dengan keberadaan Aldo yang semakin mendekat, membuat Feni sadar dari lamunannya dan gelagapan.

"Iya, tau ganteng, tapi nggak usah kayak gitu juga kali Fen!"

Ci Shani sepertinya sudah muak dengan Feni—tingkah laku gesreknya.

Setelah membeberkan rencana Aldo-lebih tepatnya rencana Feni, dirinya kini mengendarai kendaraannya menuju rumah Jinan. Dua puluh menit di perjalanan tidak terasa bagi Aldo karena pikirannya yang di penuhi oleh Feni. Belum juga apa apa udah bucinnya ga ketulungan. 

Kemudian Aldo berjalan dan menekan bel sebanyak dua kali. Itu adalah kode khusus dari Jinan dan Cindy. Menekan bel dua kali artinya ada tamu teman dekat.

Aldo mendengar ada suara langkah kaki yang tergesa gesa mendekati pintu. Lalu pintu terbuka dan menampakkan Jinan dengan pakaian beserta jasnya yang sudah melekat di tubuhnya.

"Masuk Do,"

Aldo mulai melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah. Satu hal yang menjadi fokusnya adalah sofa. Benda empuk itu seakan memiliki magnet yang terhubung dengan pantat Aldo.

Namun, sebelum sempat ia mendaratkan bokongnya, suara dari Jinan mengintrupsi. "Seperti biasa ya Do, tadi Cindy bilang kepalanya pusing." Aldo mengangguk dan berdiri kembali.

"Udah di kasih obat?." Jinan mengangguk, "Udah,dia lagi tiduran di atas. Temenin gih."

Jinan berpamitan untuk berangkat kerja. Kebetulan juga Cindy sakit jadi ia memiliki alasan untuk Aldo tinggal di rumahnya. Supaya Cindy juga tak merasa bosan ditinggal sendiri.

Kini Aldo memutuskan untuk naik ke lantai atas. Memeriksa keadaan Cindy di kamarnya.

"Cindy?." Aldo mengetuk beberapa kali pintu kamarnya sembari memanggil nama si pemilik.

Namun Aldo tak mendapat jawaban apapun. Mungkin Cindy sudah terlelap karena efek obatnya.

Jadilah Aldo membuka perlahan pintunya dan menyembulkan kepalanya saja. Dan benar saja dugaannya, Cindy sudah terlelap dengan memeluk gulingnya.

Aldo kembali menutup pintu itu dan turun ke lantai satu. Kini rasa bosan mulai menyerang dirinya. Ia kehabisan akal untuk melakukan suatu hal di rumah orang.

"Feni,"

Satu kata itu berhasil menarik sudut bibir Aldo. Dengan cepat ia merogoh ponselnya di saku celana. Mencari nama itu di kontak WhatsApp-nya.

(Pinterest)

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Pinterest)

"Lagi nunggu momen yang tepat, hehe"

•  •  •


"Mami kenapa sih?." Adel terheran heran melihat kelakuan maminya yang senyum senyum sendiri. Kayak orang kelebihan gula aja.

Kebetulan mereka tengah berkumpul di ruang tengah. Menunggu korban pertama mereka datang. Agar memudahkan Aldo untuk bersandiwara ke depannya. Jadi Cindy mereka yang akan handle di rumah.

Feni menjawab pertanyaan anaknya dengan gelengan. Sangat tak mungkin jika Feni memberikan penyebab dirinya senyum senyum sendiri.

"Ih Aldo apaan sih, bikin salting tau nggak!"

Feni berteriak dalam hati dan memejamkan matanya. Mencoba untuk kembali mengontrol detak jantung nya.

T A K D I R [DELSHEL] ENDWhere stories live. Discover now