Part 35

3.5K 206 0
                                    

Suasana sejuk nan asri menjadi daya tarik tersendiri bagi sebagian besar orang. Menjadi salah satu tujuan mereka setelah panasnya dunia perkantoran yang membelenggu mereka. Kicauan burung yang terdengar berbeda, entah karena jarang mendengarnya ataupun memang seperti itu. Hamparan laut yang luas, terpampang jelas dari dalam hotel yang mereka tempati.

"Indah banget ya." Merasa setuju dengan ucapan tersebut, Adel pun menganggukkan kepalanya. Lalu berbalik badan, menuju kopernya yang masih tergeletak begitu saja. Terlihat koper Ashel yang sudah tersusun rapi di pojok sana. Menandakan Ashel sudah merapikan pakaiannya.

Perlahan Adel membuka kopernya, memasukkan semua pakaiannya ke dalam lemari. Tak lupa ia menyisakan baju dan juga celana untuk ia gunakan sekarang.

"Cel, ga ganti baju?." Ashel pun berbalik badan seraya melihat Adel yang sudah menggenggam bajunya. "Kamu duluan aja Del, aku hapus make-up bentar." Setelah Adel masuk ke dalam kamar mandi, Ashel lalu berjalan menuju meja rias yang ada di sana. Mendudukkan dirinya menghadap ke kaca yang lumayan besar.

Di raihnya milk cleanser yang ada di tas kecilnya. Mengambil dua lembar kapas untuk ia tuangkan cairan pembersih itu. Perlahan ia gosokkan ke bagian alisnya, kemudian mata lalu merata ke seluruh permukaan wajahnya.

"Aku udah nih Cel, sekalian mandi aku hehe." Adel terkekeh. Di karenakan perbedaan suhu yang lumayan besar, menyebabkan Adel melakukan mandi siang menjelang sore. "mandi juga gih, seger tau." Suruh Adel mendekati Ashel.

"Yaudah deh, enak juga kayaknya."

"Sana masuk, nanti aku siapin baju kamu." Ini adalah salah satu yang Ashel sukai dari Adel. Anaknya act of service banget.

Ashel pun berjalan menuju kamar mandi. Sedangkan Adel mulai membuka lemari dan mencari baju Ashel. Setelah itu, Adel letakan di meja kecil dekat dengan kamar mandi. Kini Adel mendudukkan dirinya, sedikit mengeringkan rambutnya yang masih tergerai.





Terdengar decitan pintu kamar mandi yang terbuka. Terlihat seorang yang mulai keluar dari dalam sana. Seseorang yang sedang duduk di atas kasur pun tersenyum. "Astaga kak Chika-nya aku wangi banget." Chika pun sedikit melayang dibuatnya. Bisa bisanya dirinya salting dengan dedek gemes.

Sepertinya mereka semua merasakan hawa panas yang menyerang. Walau tersedia AC, namun kurang afdol rasanya jika tidak di barengi mandi.

"Yaudah jangan ganti kak, biarin pakek itu dulu." Ucap Christy yang melihat Chika keluar mengenakan pakaian yang di sediakan pihak hotel. Chika mengangguk lalu berjalan menuju ranjang untuk melebur pelukannya pada Christy. "Kita bobo dulu ya, nanti palingan di ajak kumpul sama mereka." Lagi-lagi Chika mengangguk di dalam dekapan Christy. Membenamkan wajahnya di ceruk leher Christy. Aroma bayi yang sangat Chika senangi, dengan sedikit minyak telon yang masih bisa ia hirup.





"Sayang, kamu ga mau istirahat dulu?." Kathrina pun membuka pintu balkon kamarnya. Menghampiri sang kekasih yang tengah duduk santai sembari menikmati pemandangan pantai. "Eh." Kagetnya dan langsung mematikan rokoknya di asbak yang berada di sebelahnya.

"Kamu udah selesai mandi?." Bukannya menjawab pertanyaan kekasihnya, tapi ia malah melempar pertanyaan kembali. Kathrina hanya mengangguk dan mendudukkan dirinya di paha Gito. "Aku pengen tidur sama kamu." Senyum Gito langsung mengembang mendengar nada manja dari gadisnya itu.

Langsung saja Gito berdiri dengan menggendong Kathrina untuk masuk ke dalam, meletakkan Kathrina di atas ranjang. Kemudian Gito menutup kembali pintu balkon yang masih terbuka. Lalu membaringkan tubuhnya di sebelah Kathrina, memeluknya erat dan sedikit menepuk nepuk bokongnya agar segera terlelap.




Cuaca hari ini memang panas, tapi entah kenapa terasa semakin panas kala melihat Marsha yang berdiri di depan dirinya. Mata yang memicing tajam serta tangan yang terlipat di depan dada. Zee menelan ludahnya dengan susah payah, memikirkan apa yang akan di lakukan gadisnya pada dirinya.

Ia tak tau harus berbuat apa. Tatapan itu seakan membungkam mulut Zee yang sedikit terbuka. Marsha semakin mendekat me wajah Zee, begitu pula dengan Zee yang memundurkan wajahnya. Hingga dirinya di buat sedikit berbaring di atas ranjang.

"Maksudnya apa?." Tu udh Zee sedikit bergetar mendengar pertanyaan itu. Ia tahu betul kemana arah pembicaraan Marsha. Ia kembali mendudukkan dirinya, mencoba menetralkan jantungnya setelahnya berusaha menjelaskan.

"Itu sebelum aku ketemu sama kamu sayang, aku juga nggak tau kalau kamu sahabatan sama Ashel."

Bingo!

Perasaan lega sedikit Marsha rasakan ketika mendengar itu langsung dari mulut Zee buaya. Ia tak mau jika hubungan persahabatan dan percintaannya hancur secara bersamaan.

Zee mulai menarik lembut tangan Marsha, menuntunnya untuk duduk di pangkuan dirinya. Agar suasana hati Zee sedikit menghangat kala ia menjelaskan semuanya. Jujur Zee sudah tidak tertarik lagi pada Ashel, karena sejatinya ia sudah mendapatkan yang ia anggap melebihi Ashel itu sendiri. Zee mulai menjelaskan secara rinci apa yang ia lakukan sebelum bertemu dengan Marsha

Sembari salah satu tangannya mengelus lembut rambut Marsha yang tergerai. Menghirup wangi sampo yang menjadi hal favoritnya. Wajah samping yang terlihat begitu indah dan memanjakan mata siapapun yang melihatnya.

Tak lama, Zee merasakan tubuhnya yang semakin berat dengan tubuh Marsha yang menyender di dadanya. Zee sedikit melirik ke arah depan, matanya membulat ketika melihat keadaan Marsha.

"Heh, malah tidur loh anaknya." Salahkan Zee yang terlalu lembut mengusap kepala Marsha.









THANKS





TBC

T A K D I R [DELSHEL] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang