Part 56

2.4K 158 4
                                    

"Om, tolongin aku om,"

Mungkin jika tatapan Adel bisa berteriak seperti itu. Ingin sekali Aldo menariknya dari tatapan menyeramkan itu.

Adel menunduk dan tak berani menatap seseorang yang berdiri di depannya. Dengan kedua tangannya yang berkacak pinggang, menambah kesan menyeramkan bagi Adel.

"Ampun mi, Adel kan cuma bercanda." Ucap Adel dengan memainkan ujung bajunya.

Aldo langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri keduanya. Menepuk bahu Adel lalu mengelusnya. "Udah Del gapapa, sini sama om. Kita jalanin rencananya." Aldo meraih tangan Adel yang mengajaknya ke ruang tengah. Semuanya sudah berkumpul di sana.

Feni pun mengikuti langkah kaki Adel dan juga Aldo. Tersenyum melihat tangan anaknya yang di genggam.

Ketiganya mendudukkan dirinya dengan Adel yang berada di tengah tengah Aldo dan Feni.

"Anak yang di apit oleh kedua orang tuanya." Gracio tertawa melihat respon Aldo yang menahan malu. Tidak cocok sama sekali orang seperti Aldo memiliki wajah yang memerah seperti itu.

•••





"Oke, sekarang identitas Adel di pakek sama Aldo dulu?." Semuanya mengangguk setuju dengan rencananya.

"Kita kan nggak tau sekarang dia tinggal di mana," Kini Gracio menatap ke Aldo. Ia pun mengangguk.

"Tenang aja, Ollan-temen saya-udah dapet lokasinya. Kemarin katanya mereka berdua sempet ke showroom mobilnya Ollan."

Kini mereka semua bangkit dan berjalan menuju kamar masing masing.

Mereka semua tengah mempersiapkan diri. Terlebih Aldo yang akan memakai identitas sebagai Adel-versi laki laki.

Lukas, sebagai pelacak sudah mendapatkan informasi terkini mengenai keberadaan Jinan dan juga Cindy. Dengan segera Aldo menancap gas ke lokasi tersebut.

•••




"Kamu emangnya mau masak apa nanti?." Netra Jinan pun mengikuti arah tangan Cindy. Dengan lihai mengambil dan memasukkannya ke dalam troli.

"Masak apa aja deh, kamu pasti suka pokoknya." Jinan hanya mengangguk dan terus mengikuti langkah kaki Cindy.

"Ih kamu ngapain beli yang itu, gaboleh. Nanti tensi kamu naik loh." Jinan merebut barang tersebut dan meletakkannya kembali ke tempat semula. Cindy cemberut.

"Demi kesehatan kamu sayang." Menikmati setiap langkah mereka, mengelilingi tempat itu guna mencari barang dan bahan yang mereka perlukan.

Bruk!

"Eh eh, sorry." Jinan tak sengaja menabrak troli seorang pria di depannya dengan troli miliknya. Orang itu pun menatap ke arah Jinan dan juga Cindy.

"Ah iya, gapapa kok. Salah saya juga naruhnya di tengah jalan." Pria itu menggeser trolinya agak mendekat ke dirinya. Memberikan jalan pada Jinan yang akan lewat dengan trolinya.

"Kok kayak Adel ya," Orang itu pun melihat ke arah dirinya sendiri. "Ada apa ya mbak, kok ngeliatin saya-nya gitu banget." Jinan tersentak dan segera memalingkan pandangannya.

"Maaf mas, mirip temen saya. Kalau gitu kami permisi." Jinan meraih tangan Cindy dan meninggalkan pria itu. Dengan cepat Jinan langsung menuju ke kasir dan membayar belanjaannya.

Berjalan cepat menuju mobil dan mereka berdua masuk ke dalamnya.

"Kamu mikirin apa yang aku pikirin kan?." Jinan pun mengangguk dan menatap ke arah Cindy. Tak bisa di pungkiri ada perasaan was was yang Jinan rasakan.

"Tapi kayaknya dia udah lupa sama kita berdua, atau mungkin itu bukan orangnya." Otak Jinan buntu lalu ia pun menggeleng.

"Tapi kalau iya Adel, kok laki banget ya?." Jinan mengedikkan bahunya tanda tak tahu.

Tak ingin diam berlama lama, Jinan menjalankan mobilnya menuju rumahnya.




"Yah lari. Tapi gapapa deh, yang penting udah sempet setor muka aja." Aldo, terbilang cukup berhasil untuk mengelabui mereka berdua. Terbukti dari langkah mereka yang sedikit tergesa gesa karenanya.

Aldo kemudian membayar dan langsung menancap gasnya menuju rumah Gracio. Guna memberi tau tentang perkembangannya.


T A K D I R [DELSHEL] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang