Bab 16

204 4 0
                                    


Syafira kira, setelah dia keluar dari kamar setelah berberes maka yang ditemukannya adalah kedamaian. Namun, yang dia lihat adalah Reza Hamid yang saat ini sedang menintervensi apartementnya yang tidak begitu luas dengan seenaknya melakukan sesuatu dengan panci rebusannya. Menghela nafas, untuk menyiapkan mental sebelum menangani bocah tantrum di depannya.

"What are u doing?" 

"rebus mie" mendapatkan jawaban demikian, membuat syafira mengernyitkan dahi bingung. Reza Hamid adalah pecinta makanan sehat sejati, harram baginya untuk menyentuh peremian, barangkali ini akan menjadi pertama kalinya dia memakan mie. Syafirapun menengok kearah panci dan ya

"What are you doiing" sekarang nadanya sudah naik dan bergegas kearah reza untuk menyelamatkan mereka dan prioritas utama adalah pancinya. 

"Ini sudah matang dan hampir habis airnya Rezaa, astaga.. orang gak pernah masak mie sok- sokan makan mie"

"apasih fir, kan aku juga pengen makan gara- gara lihat itu mangkuk" sambil menunjuk mangkuk mie rebus bekas abbas makan tadi.

"oke, oke. kamu mau makan mie?"

"gak tau"

"bas, please lo udah tiga puluh, gak cocok ambekan kayak gini. Lo mau atau gak, kalo gak mending lo keluar dari apartement gue, karena gue mau ke restoran sekarang." Entah kenapa dia merasa sedikit bersalah sehingga Syafira ingin menawarkan makanan yang diinginkan oleh Abbas, tapi melihat sikapnya yang tak lebih seperti anak lima tahun membuatnya sangat sebal.

Abbas yang melihat syafira mulai ikut ngambek juga, dia otomatis harus merubah sikapnya

"ya, aku mau. bikinin yang sama. Aku mau nyoba apasih enaknya mie itu. hump" 

Tanpa melihat reaksi berlebihan Reza yang saat ini sedang menuju kearah sofanya dia segera memasakkan mie rebus untuk pertama kali kepada Reza. 

Setelah beberapa menit berlalu, mie pesanan Rezapun sudah dihidangkan. Berbeda dengan yang milik abbas tentu saja karena Syafira menambahkan banyak sayur dan tentu sayur serta kornet.

"Emang tadi kamu bikinnya gini?"

"gak, ini khusus untuk lo. Kalo yang tadi biasa aja"

"ya udah, aku makan" menahan senyuman yang akan keluar, karena disini Reza merasa sangat spesial. 

"Rasanya tidak buruk" ujar Reza setelah menandaskan mie rebusnya kurang dari sepuluh tujuh menit membuat syafira memutar matanya sangat amat jengah

"ya udah, ayo kita berangkat. aku mau nganterin kamu"

"gak usah, aku mau bawa mobil hari ini karena mau ke petani yang menjadi pemasok"

Melihat syafira yang sekarang sedang bersiap. Sebenarnya, dia ingin menemani Syafira untuk menemui petani tapi sepertinya pekerjaannya akan begitu sangat terkendala.

"ehm, gimana kalo ke petaninya besok aja. Mau ke bogor kan berarti?"

"kayaknya gak bisa deh, kalo besok udah hari jum'at dan itu kemungkinan orang akan pada ke puncak untuk mulai liburan, jadi mending hari ini aja"

"Tapi kamu gak sendirian kan Fir?"

"Mita lagi gak bisa karena dia ijin hari ini ada pertemuan sama keluarganya. Terus anak- anak lain harus bantu handle di resto karena mau ada acara anniversary nikahan. So, aku sendirian. Gakpapa kok, jadi buat pengalaman pertama aja sih"

"Fiir, please jangan mnegada- ada. No no, pokoknya besok aja. Macet dikit gapapa kita berangkat pagi kalo gitu. Ini udah siang fir, dan lo mau kendaraan sendirian kesana? sampe rumah mau jam berapa? Gak- gak. Apa gue minta pak Suryo buat nyupirin lo aja deh"

"ck, lebay amat sihh. gapapa, aman- aman. bogor sini berapa menit elah. Deket jugak"

"Syafa adaam" sumpah syafira tidak suka jika Reza sudah memanggilnya begitu, rasanya menyebalkan

"lo mau ditemenin pak suryo hari ini atau sama gue besok atau lo berangkat hari ini sendirian tapi gue aduin ke mama" 

"ck, fine fine. Besok sama lo okee" Dia sungguh malas jika berurusan dengan ibu Hamid, meski bukan ibu kandungnya, tapi soal merepet ke dia jangan ditanya, tiada habisnya.

"Nice, good gilr. Sekarang ayo kita berangkat, jangan sampe nanti lo lembur. Kesehatan lo penting"

"apasih" dan Syafira meninggalkan Reza yang sedang tersenyum melihat tingkahnya.

****

Siang ini ponsel Abbas berdering kembali setelah terakhir pagi tadi Abbas tidak menjawab telepon dari ID yang sama

"Halo"

"Aku udah di loby aku mau naik"

sebelum abbas mengeluarkan kata- kata telepon sudah dimatikan. Beberapa menit kemudian, ruangan terbuka  dan menampilkan sosok yang kemarin berseteru dengannya

"Kamu kemarin kemana aja?"

"aku capek er, please kita butuh waktu buat berfikir"

"Bas, disini tu aku berjuang lo untuk kita. tapi kamu selalu menghindar, aku udah berkali- kali yakinin kamu untuk maju, tapi kamu selalu menolakku, gimana sih, aku juga capek"

mendengar kalimat itu, Abbas pun mengernyit marah dan heran "Sayang.." Entah kenapa dipanggil seperti itu oleh abbas bukan menimbulkan efek senang, namun memberikan efek yang menakutkan.

"kamu tahu kan, kalo komitmen kita seperti apa sedari awal?" 

"hiks, tapi aku perempuan bas, aku butuh pengakuan"

"so, you can choose another person you want" tatapan mata abbas tak lepas dari sosok didepannya dan tatapan itu begitu mengintimidasi erika sangat.

"Jangan selalu membuat kalimat yang akan memojokkanku" menghempaskan Erika ke sofa, karena disini dia sudah lelah dengan keadaan mereka berduka

"Bukankah sudah kita sepakati dari awal erika, jika memang kau sudah tidak ingin bersamaku, silahkan kau keluar dari hubungan ini" kalimat yang dia ucapkan sambil memandang luar area kantornya.

Mendengar ucapan Abbas yang sedemikian rupa, membuat Erika sangat sakit, memandang dengan mata berkaca- kaca, sosok didepannya masih begitu dia inginkan. Dia menyadari dan tahu kemana arah hubungan ini, awalnya dia merasa tidak masalah namun, tekanan dari orangtuanyalah yang membuatnya begitu kacau

"apakah kau sudah tidak lagi menaruh perasaan kepadaku bas?" ucapnya lirik sambil terisak pilu

"Kau sungguh tahu jawabannya er" 

Semakin pilu mendengar ucapan abbas, dia yakin hingga saat ini perasaan mereka masih sama. Namun, apakah memang tidak ada masa depan yang jelas. 

#####

yah, begitulah dua pasangan itu saling berkutat dengan perasaan masing- masing

No More!Where stories live. Discover now