Bab 9

210 5 1
                                    


Syafira yang terbangun lebih dulu pagi itu, dia melihat sosok disampingnya yang masih tertidur nyenyak sejak semalam. Syafira merasa tidak perlu membangunkan Abbas karena hari ini adalah weekend dan kemungkinan Abbas tidak ada kegiatan apapun.Menyadari bahwa saat ini mereka berdua sama- sama telanjang. Syafira mencari keberadaan pakaian yang mungkin bisa dia kenakan. Namun, entah bagaimana, kimono dan bajunya sangat jauh dari jangkauannya. Diapun beranjak dari kasur tanpa mengenakan apapun.

"eghh, Fira. Pakai bajumu" Mendengar suara serak tersebut, Syafira menoleh kebelakang dan menyadari bahwa Abbas sudah bangun

"ck, kenapa sih? toh semalam sudah melihat semua kan" dengan cuek meninggalkan lawan bicaranya menuju kamar mandi yang terletak di kamarnya.

"eegggg" Menggeram lirih, apakah Syafira tidak tau tata krama. ck, memang tidak pantas membicarakan tata krama setelah apa yang mereka berdua perbuat semalaman. Mencoba mengais celananya dan beranjak dari kamar untuk menuju ruang tengah untuk mengecek ponsel yang dia tinggalkan disana. Saat sudah sampai di sofa Abbas mengambil ponselnya dan tentu saja misscall dari Erika paling banyak menghiasi layar ponselnya. Terkadang dia merasa bahwa Erika terlalu kekanakan, memintanya untuk mengabari setiap saat. Tanpa basa- basi dia menelpon balik pacarnya

"Hai" Suara serak itu yang didengar pertama kali oleh Abbas

"Sory, semalam ada acara hingga larut dan aku lelah sekali" ya, dia tidak berbohong kan? 

"kau selalu begitu honey. Jangan lupa istirahat. Siang nanti aku akan ke apartemenmu ya?"
"Sore saja aku akan menemuimu ya. Aku masih ada janji temu dengan kolega siang ini"
"kapan aku akan di perioritaskan?" Menghembuskan nafas lelah, dia sadar bahwa pebincangan ini akan berjalan alot dan kembali membuat keduanya bertengkar.

"Please err. Nanti aku telpon lagi" Merasa cukup sudah menghubungi sang kekasih, dia memutuskan sambungannya

"Kenapa dengan Erika"
"Shit Fira, kenapa tidak ada suara sama sekali" Syafira yang melihat keterkejutan dari sang lawan bicara hanya isa mengedikkan bahu acuh dan meninggalkannya menuju dapur untuk menyeduh minuman dan membuat sedikit sajian hidangan untuk perutnya yang sudah keroncongan

"Sana, sepertinya kau butuh menyegarkan tubuh. Tenang, handuk baru khusus untukmu sudah kusediakan" sambil mengedipkan sebelah mata kepada sang lawan bicara. Abbas pun segera meninggalkan ruangan tersebut dan menuju ke kamar mandi. huh setidaknya air hangat bisa membawa kewarasannya dan membuatnya segar kembali. Entah bagaimana dia nanti saat bertemu dengan sang kekasih. Rasanya sangat tidak nyaman, tapi jujur saja yang semalam dia juga tidak terlalu menyesal dan menikmatinya. Karena sudah lama dia tidak pernah melakukannya dengan Erika. ck, jika ingat penyebabnya membuatnya sangat frustrasi. 

****

Saat keluar dari kamar Syafira, dia mencium bau semerbak nikmat yang dia yakini berasal dari kegiatan Syafira sedari tadi

"Sudah selesai? Aku membuat kopi untukmu dan sarapan. Duduklah"

Tanpa rasa sungkan, Abbaspun menduduki kursi didepan mentari saat ini dan menikmati kopi yang disediakan sang tuan rumah. Rasanya tidak mengecewakan, tentu saja apalagi mentari pemilik restoran.

"Bagaimana? apakah sesuai dengan lidahmu?"
"ya, ini enak"
"terimakasih. Habiskan ya. Aku membuat cukup banyak untuk kita berdua"

Mereka berduapun menikmati sarapannya dengan tenang. Syafira tidak suka suasana yang sepi, dan diapun memulai perbincangan dengan Abbas

"Sepertinya aku lihat kau sering keluar kota minggu ini"
"ya, seperti yang kau katakan. Proyek tol di Palembang terjadi hambatan karena pembebasan lahan warga"
"Apakah hal seperti ini sering terjadi?"
"Tidak sering, namun beberpa kali terjadi. Karena ini kerjasama dengan pemerintah, tentu anggaran yang dikeluarkan tidak bisa langsung serentak, sedangkan proyek harus berjalan sesuai target dan masih ada yang belum mendapatkan ganti rugi. Yah, seperti itu." Sungguh Syafira tidak bisa jika harus menangani hal seperti ini. Bisa tua mendadak dia jika sering diberikan beban tugas yang berhubungan dengan nasib rakyat

"Bagaimana rasanya menjadi pemimpin perusahaan Bas?" Abbas yang mendengar pertanyaan tersebut tersenyum lucu
"Bukankah kau juga pemimpin perusahaan Fir?"
"ck, tentu berbeda, perusahaanmu sudah taraf besar. Bukan ingin merendahkan restoranku, ya restoranku cukup ramai dan cukup dikenal. Namun, tentu berbeda dengan Syah corp kan? kalian bukan hanya sekedar satu lini bisnis yang digeluti"
"yah, cukup kompleks" Syafira merasa perbincangan yang cukup berat ini dia cukupkan. Sebenarnya, dia sangat penasaran dengan hubungan erika dan Abbas

"Bagaimana dengan Erika? Bagaimana kalian bisa bertemu?" Mungkin karena suasana yang mendukung, Abbas yang biasanya tertutup, saat ini menjadi cukup terbuka dengan lawan bicaranya. Toh dia merasa bahwa Syafira sudah mengetahui kehidupan terkelamnya dimasa dulu. Apa yang harus dia sembunyikan?

"Dia seperti biasa, cukup posesif akhir- akhir ini. Dan perbincangan kami akan berakhir dengan pertengkaran"
"ehm, sepertinya kau juga tahu kan alasan dari Erika bersikap demikian" Tanpa memaksa sang lawan bicara untuk menjelaskan alasan pertengkaran dengan pasangannya, kemampuan Syafira untuk mengolah kata, cukup mengundang lawan bicaranya untuk terbuka

"Yah, seperti wanita kebanyakan, dia menuntut untuk menikah. Namun, bahkan sedari awal kita sudah sepakati bahwa hubungan ini akan berjalan seperti ini. Dia pun tahu bahwa keputusan menikah untukku sangat tidak nyaman"
"Apa alasanmu untuk tidak nyaman dengan pernikahan?" Mengerutkan alisnya, Abbaspun menjawab pertanyaan Syafira "Really Fir? Pertanyaan ini keluar darimu? Orang yang sama yang tidak ingin berkomitmen?" "ck, jika aku sudah jelas kan, tidak ada sosok yang bisa dijadikan panutan untukku bisa jadikan role model pernikahan ideal. Sedangkan kau? Kau bisa melihat pernikahan yang indah diantara kedua orangtuamu"

Meminum jus jeruk yang disediakan fira, Abbaspun menjawab pertanyaan yang menurutnya cukup lucu "Kau tentu tahu kan? bahwa meski mereka berdua sosok pasangan yang baik, serta orangtua yang sangat baik, namun mam thalia bukanlah mamaku, dan karena adanya aku kehidupan pernikahan mereka menjadi tidak hangat diawal kehadiranku. Dibesarkan dengan tidak baik oleh Ibu yang entah bagaimana nasibnya, hal itu tentu membawa memori tersendiri untukku. nah, untuk selanjutnya Fira, jika kau berencana untuk membuat anak, dan aku harap kau bisa menjaganya dengan baik."

"ehm"

Perbincangan mereka berduapun berakhir pada topik tersebut. Syafira sedikit banyak menangkap pesan tersembunyi dari yang disampaikan oleh Abbas. Ah, dia tentu tidak akan menjadi ibu yang pengecut bukan?


#######

terimakasih untuk like dan follow akunku yaa

No More!Where stories live. Discover now