Bab 4

404 6 2
                                    

Rumah keluarga Adam yang biasanya tampak sangat nyaman riuh dengan canda tawa pemiliknya berubah menjadi hunian yang penuh dengan suara teriakan dan lemparan barang hingga menimbulkan suara pecahan dan tumbukan antara benda satu dan lainnya. Terdengar suara pekikan wanita dan suara tinggi laki- laki yang merupakan penghuni dari rumah tersebut. 

Syafira yang pulang dari sekolah setibanya di rumah hanya bisa menghela nafas lelah. Sudah tak terhitung berapa kali kejadian ini terjadi, mungkin jika diawal dulu kepanikanlah yang lebih mendominasinya. Namun, setelah selama ini rasanya kebas. Melihat tetangga yang dengan terang- terangan menguping pembicaraan dari pemilik rumah yang rasanya tak mungkin bisa terdengar. Hanya suara pecahan barang saja yang terdengar. Saat pertama kali hal tersebut terjadi, Syafira hanya bisa menangis, sedih, dan merasa tak berharga dan juga tidak berarti. Namun, rasanya dia lelah sekali hari ini.

Berjalan keluar dari pekarangan rumah dia menyusuri kompleks rumahnya, setelah cukup lama berjalan, dia memutuskan untuk mengistirahatkan dirinya di taman kompleks perumahannya. Duduk sendirian dibawah rindangnya pohon besar yang ada disana sambil merenungkan kehidupan. Terlihat dari kejauhan, ada seorang wanita sedang memilah barang rongsokannya dengan hidmad, sambil tersenyum bahagia dia bersenda gurau dengan putri kecilnya yang ada di sampingnya. 

Jika diperlihatkan lebih cermat, kondisi wanita tersebut tak begitu baik sepertinya. Entah apa yang dirasakan, namun Syafira merasa bahwa pasangan ibu dan anak tersebut membutuhkan makanan. Syafirapun bergegas menuju warung makan terdekat untuk membeli makan dan ke toko kelontong disampingnya untuk membeli jajan balita. 

Setelah dari warung makan, Syafira melangkah menuju objek yang menjadi sumber rasa penasarannya. Hingga tak terasa kakinya sudah sampai di depannya. Kedua orang tersebut sontak menatap ke atas kearahnya dan dengan begitu saja Syafira memberikan barang yang dibelinya tadi. 

"Terimakasih banyak ya dek"

Mata yang berbinar dan nada gembira yang dilontarkan oleh wanita tersebut kepanya entah bagaimana membawanya merasa sangat lega sekali. Sang wanita tersebut berkali- kali mengucapkan syukur dan terimakasih kepadanya. Menyampaikan kepada sang anak kecil disampingnya yang sekarang dipangkunya bahwa Syafira adalah gadis yang sangat baik dan mendoakan sang anak agar tumbuh menjadi sosok sepertinya. Syafira hanya bisa terpaku, tersenyum canggung, kemudian berpamitan untuk pergi.

Saat akan kembali ke tempat duduknya dibawah pohon beringin, Syafira melihat pedagang es potong diantara jajanan lainnya. Syafirapun mendekati bapak penjual es potong tersebut. Sesampainya dia diantara para pedagang tersebut, mereka ternyata membicarakan wanita dan balita yang tadi dia temui. Diantara banyaknya pembicaraan, dia dapat menyimpulkan bahwa sang wanita tersebut mengalami kekerasan oleh sang suami yang terkena PHK kemudian melampiaskan ketidakberdayaannya kepada sang istri, berjudi, dan menghabiskan semua harta yang mereka punya. Rasa sayang yang dimiki sang wanita itulah yang membuatnya bertahan dan berharap sang suami dapat kembali seperti sedia kala.

Namun, bahkan para pedagang tersebut sadar bahwa sulit untuk mengubah orang yang tidak mau merubah dirinya sendiri. Yah, Syafira setuju dengan hal tersebut. Namun, diantara banyaknya rasa kasihan yang mereka sampaikan. Mereka juga mengucap syukur atas kelahiran sang anak tersebut. Karena dengan adanya anak, setidaknya sang wanita memiliki motivasi lain untuk hidup dan mendapatkan teman untuk berbincang. Karena mereka semua tahu bahwa sang wanita tersebut selama ini sangat tertutup akan kehidupannya. Selain itu, dengan adanya sang anak, Suami dari wanita tersebut selalu mencoba untuk mengurangi rasa kesalnya dan tidak melakukan kekerasan saat ada anak tersebut. Memang sangat hebat informasi yang didapatkan oleh masyarakat hingga kehidupan pribadipun mereka sangat mengetahui dengan detail seperti kehidupannya sendiri.

Rasa tak nyaman menyerbunya, dia merasa seperti diceritakan kisahnya sendiri. Rasa sesak yang tiba- tiba dia rasakan menjadi sangat tak nyaman. Nafasnya memburu, dan tiba- tiba saja dia seperti melihat dirinya sendiri. Di depannya Sosok Syafira dewasa sedang dipukul oleh laki- laki. Semua barang dirumahnya rusak, bukan hanya barang di rumahnya namun badan Syafira juga mengalami cedera. Kepala yang berdarah, pelipis mengeluarkan darah akibat dibenturkan di tembok, dan bibir membiru. Namun, semua kegilaan sang laki- laki tersebut berhenti tatkala mendengar suara bayi dari ruang terdekat yang tak pernah dijamahnya saat melakukan pelampiasan. Seperti mesin yang dimatikan tombol on nya, begitu pula sang laki- laki di hadapannya yang menyudahi aksi penyiksaan kepadanya.

*****

Memutuskan membuka mata dan mencoba menghirup nafas sebanyak- banyaknya. Rasa tak nyaman menjalarinya, menetralkan nafasnya dan menyesuaikan pandangannya serta kesadarannya karena entah bagaimana beberapa hari ini dia terbangun akibat mimpi yang sangat amat menyebalkan dan juga menakutkan. Dia mengingat apa yang terjadi semalam dan melihat sekeliling kamarnya namun tak menemukan wujud seorang manusia dimanapun selain dirinya. Menghela nafas, diapun bangun beranjak mengambil kimono yang tercecer di kaki sofa dan memutuskan keluar dari kamarnya yang masih terlihat gelap.

Keluar dari kamar, dia melihat seorang laki- laki yang membelakanginya sedang menggunakan fasilitas dapurnya dengan sangat nyaman seperti milikya sendiri.

"Za, buat apa?"

Pria yang dipanggilpun sontak menoleh kaget dan hampir menyenggol wajan yang digunakan untuk memasak omlette pagi ini.

"Astaga, Fira. Jangan muncul tiba- tiba"

Syafira yang merasa tidak bersalahpun hanya mengedikkan bahu dan mendekati dan memeluk manja pinggang laki- laki tersebut.

"Aromanya enak banget"

Sang lelakipun hanya terkekeh dan menecup puncak kepala wanita yang sedang menggelendot disampingnya.

"wait ya, ini udah hampir selesai. Kamu duduk aja dulu disana"
"thankyou"
"no need thanks honey" mencium lebut bibir wanita disampingnya yang selalu menggoda dari awal perjumpaan mereka.

"here, your favorite omlette ever"
"thnkyou rezaa"

Lelaku yang dipanggil Reza tersebut hanya bisa tertawa ringan melihat sang wanita menikmati jerih payahnya pagi ini. Sepertinya hal itu sangat sebanding dengan melihat tawa canti di depannya. Mengamati wajah dan belahan dada wanita dihadapannya, rasanya dia ingin membawa wanita tersebut untuk kembali ke kamarnya dan melakukan hal yang mereka sukai.

"What?" Merasa diperhatikan, Syafira mencurigai niat buruk yang tampak dengan jelas terlihat pada tatapan Reza Hamid didepannya
"ck, nothing honey. Kau harus makan perlahan agar tidak belepotan" sambil menyeka saus di dekat bibir Syafira
"tatapanmu menyampaikan hal yang lain"
"hahaha, you know me so well Fira"
"ck, gila. Jangan macam- macam Reza. Mamamu sudah memperingatkanku untuk mengingatkanmu akan acara penting malam ini, bertemu calon pendampingmu"
"kenapa selalu merusak pagi indah ini dengan kata- kata itu sih fir. Kamu tahu dengan jelas, bahwa aku gak suka itu semua. I just need you"

Syafira yang mendengarnya hanya bisa memutar matanya malas. Mencoba menikmati makanan dihadapannya dengan baik karena dia sangat memiliki prinsip bahwa semua makanan harus habis, tak tersisa. Apalagi ini omlette buatan sang Reza Hamid yang entah ilmu dari mana omlette buatannya sangat amat menjadi favoritnya saat ini.

Dia melihat pintu yang tadi ditutup dengan agak kasar oleh Reza karena ucapannya. Entah bagaimana dia sangat tidak suka dengan fakta yang diungkapkan oleh Syafira. Syafira hanya menyampaikan amanah dari Keluarga Hamid, tentu saja dari sang Nyonya Karina Hamid, ibu Reza yang sudah merasa seperti ibunya sendiri. Padahal tidak pernah sekalipun Syafira merasa hal serupa. Namun, saat Reza membawanya bertemu orangtuanya pertama kali, mereka yang mengetahui latar belakangnya sepertinya merasa iba dan merasa beruntung ada wanita yang cocok menjadi putri mereka. Namun sayang anak yang dimaksud bukan untuk menjadi pasangan Reza dan hal itu membuat Syafira lega, namun mengacaukan rencana Reza. Sungguh malang sekali Reza, berniat memperkenalkan menjadi pasangan, namun hanya dijadikan abang.

Selang beberapa menit berlalu, Reza keluar dari kamar syafira menggunakan pakaian yang rapi dan sudah siap untuk menghadiri rapat untuk proyek apartement terbarunya. Mereka berdua saling menatap dan hanya Reza yang bergegas mendekati yang wanita yang masih menggunakan jubah tidur sangat menggoda dan mencium bibirnya sedikit kasar kemudian merengkuhnya dengan hangat.

"Aku pergi dulu ya. Have a nice day Fira"
"hm, you too" membalas pelukan Reza dengan erat
"jangan kenceng- kenceng nanti aku jadi malas berangkat"
"ck, alasan. udah sana"
"hahahaa, okeoke, bye fira"

Saat hampir  mencapai pintu, Syafira menimbang apakah harus Reza? 

"Za"
"hmm" berbalik cepat menghadap syafira dengan raut penasaran
"ah, kunci mobilmu sudah?"
"hahaa, aman honey. thankyou"

ya, kunci mobil hanya alasan Syafira saja. Sudah dipastikan bukan Reza orangnya. Dengan keluarga yang sangat menjunjung adat serta ideologi Reza, tentu Reza bukanlah calon yang potensial untuknya. Tak salah lagi, sekarang dia harus memantapkan niat dan mempelajari strategi membujuk Abbas agar mau mengikuti keinginannya yang sangat mudah itu.

####

hai gaes, I'm back

No More!Where stories live. Discover now