Bab 2

449 9 5
                                    

Dua minggu sebelumnya

Siang itu restoran Kalamanda ramai seperti biasanya. Buka pukul 10 pagi sampai 10 malam mengusung tema makanan berbeda negara setiap harinya, menjadi magnet sendiri untuk menarik minat karyawan ataupun mahasiswa yang ingin makan dan menikmati suasana yang nyaman di restoran tersebut.

Berjalan menuju ruangannya, sekilas melihat siaran televisi di ruang tengah lantai tiga tempat kantor kalamanda beroperasi, dia melihat berita yang ada di TV. Sejenak dia terpaku dengan apa yang disampaikan oleh sang pembawa acara. Bukan karena suara merdu dari sang pembawa berita yang menjadi fokusnya. Namun, isi berita siang itu begitu mengusiknya. Fokus dengan apa yang dia dengar, hingga tak mendengar suara asistennya yang ada di belakangnya.

"Siss, fokus amat"
"Hah. Ngagetin aja sih mita"

Sasmita Raharja sudah menjadi asistennya kurang lebih lima tahun, entah apa yang membuatnya mau bekerja dengannya yang kata orang penuh dengan perfeksionis dan pecinta kerja, karena semua orang tau bahwa sasmita adalah putri dari pemilik perusahaan farmasi yang semua orang tau betapa kayanya sasmita.

"Lah, Lo juga sih. Fokus amat sama berita gituan. Kata anak- anak itu udah trending seminggu ini. Tapi gue percaya elo gak akan tau nih berita"
"Ck, gosip aja mit. Btw buat persiapan acara pertemuan keluarga Kusuma minggu depan buat dekor udah lo koordinasi sama Si Bams kan?"
"Udah dong, gue tambah cinta aja sama si anak baru itu. Gercep banget kerjanya. Elo gak salah pilih orang emang fir"
"Syukur kalo gitu. Gus mau ke ruangan dulu. Ada meeting sama Pak Reza buat ngurus catering gathering kantornya dia kan? Udah konfirmasi perubahan jadwalnya kapan gak?"
"Oh iya, hampir lupa gue. Si bos Reza mau siang ini, pas jam makan siang. Elo gak keberatan kan? Gue rasa dan gue yakin si bos Reza bakal lamar lo sis"
"Alaah, pesen catering mitaa. Bukan mau membina rumah tangga. Udah ah, mau ngurus projek lain dulu. Jangan lupa juga siapin buat agendanya su Abbas sama kliennya ya. Dari pagi dia nerror gue mulu"
"Ah, rejeki banget gue hari ini bakal ketemu pangeran kaya yang ganteng. Okay sis. Bye"

***

Meski bisa menimpali ucapan dari Mita, sejujurnya saat ini fokusnya dia ada pada berita yang disiarkan di salah satu tv nasional. Dimana, membahas tentang bagaimana kesepiannya seorang nenek yang menunggu suaminya berperang dan tak kunjung kembali, hingga dia tua dia memutuskan untuk menunggu sang suami namun yang terjadi setelah penantian lama, dia dipertemukan kembali dengan sang suami namun sang suami sudah menikah kembali dan memiliki keluarga yang utuh dan memiliki orang lain disampingnya beserta anak dan cucunya. Namun, Ia saat ini masih seorang diri dan meratapi masa tuanya dengan kesepian, kesendirian, dan kekecewaan.

Tak sadar, dia menereskan air mata. Membayangkan betapa kecewanya sang nenek tersebut, dan memory masa lalu muncul begitu saja di benaknya

"Ma, ayo makan dulu. Fira udah masak makanan kesukaan mama"

Seperti biasa, setiap harinya setelah pulang kampus Safira menyempatkan diri untuk memasak makanan kesukaan mamanya. Setelah kepergian ayahnya, kesehatan sang mama semakin menurun. Berobat ke dokter sudah menjadi aktifitas mingguan untuk mamanya. Padahal, selama sang ayah masih hidup, mereka jarang bertemu. Seminggu sekali bahkan sang ayah mengunjungi mereka. Namun, sepertinya setelah perceraian keduanya, sang mama masih sangat mencintai sang suami. Hingga di akhir hayatnya sang mama sangat menyesali tidak bisa berada di sisi sang suami.

Setelah membuka pintu kamar sang mama, Safira mencoba membangunkan sang mama. Namun, setelah dia berusaha keras untuk membangunkannya tak ada tanda tanda kehidupan pada sang mama. Hal itu membuatnya panik dan keluar rumah untuk meminta bantuan kepada tetangga disekitar rumahnya. Karena sang ART yang membantunya setiap pagi sudah pulang.

Namun, setelah usahanya mencari bantuan, dan dokter terdekat yang datang kerumahnya, hal tersebut tak berubah. Sang mama meninggalkannya sendirian, setelah satu tahun kepergian sang ayah.

Ah, ternyata begitu kesepian dirinya. Sang ayah yang meninggal karena sakit yang harus diterima akibat dari percintaannya dengan sesama jenis dan sering berganti pasangan yang menyebabkan dia terkena HIV. Sedangkan sang ibu yang mencintai suaminya dan menerima apa adanya sang suami hingga depresi akibat ditinggalkan sang kekasih hati.

"Hah menyesakkan sekali"

Meski sudah berlangsung beberapa tahun lalu, rasa trauma itu masih membekas di hatinya. Ketakutan akan kesepian, kesendirian, kekecewaan masih tersimpan jelas dalam dirinya.

Entahlah kapan akan hilang perasaan tersebut. Meski sudab menghadiri beberapa kelas terapi, konsultasi dengan psikolog. Tak membuatnya lupa dan menghilangkan trauma yang dialaminya.

"Mungkin, memiliki anak menyenangkan"

#####
Terimakasih banyak atas dukungannyaa

No More!Where stories live. Discover now