Bab Dua Puluh

1.7K 63 8
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN DENGAN
👇
VOTE
AND
KOMEN
.
.
.

🐊🐊🐊

Pertemuan kedua memang telah direncanakan oleh Susan dan Iswara. Jos yang tengah menikmati kopi hitamnya di ruang tamu, menatap Grace yang sudah tiba lima menit yang lalu.

Seperti biasa, Iswara menyambut dengan tangan terbuka dan senyum ramah. "Gimana, Grace. Kau suka kue buatanku?" Iswara bertanya riang.

Grace mengangguk, memegang separuh kue coklat yang sudah ia makan. "Sangat enak kok, Nyonya," bohongnya sebab lidah Grace terasa pahit sekarang.

Jos menatap wajah Grace yang mengernyit. Ia tahu bahwa kue Iswara tidak seenak itu sebab mamanya tak pandai membuat kue atau pun memasak.

"Ini buatanku sendiri, Grace. Syukurlah kau suka." Iswara masih mengembangkan senyum puasnya. Ia duduk merapat di sisi Grace.

"Mama tidak ingin mencobanya?" Jos menawarkan.

Iswara menggeleng. "Tidak, ini khusus Grace." Wanita bersanggul itu menatap calon mantunya, lagi. "Habiskan, Grace. Jangan sungkan."

Wanita bergaun peach itu tersenyum ragu. Rasanya, ia ingin muntah, tetapi sekuat tenaga Grace tahan dengan senyuman manis. Ia menggigit kue coklat itu lagi, mengunyah perlahan, penuh kecemasan lantas meluncur di kerongkongannya dengan rasa pahit luar biasa, sampai-sampai Grace meminum air putih begitu cepat. Sekali teguk hingga tandas.

"Wah, lihat Jos. Kue buatan mama pasti sangat enak. Grace bahkan makan dengan nikmat," kata Iswara sembari tertawa rendah.

Jos ikut tertawa. Ia sedikit kasihan melihat Grace yang kini mengusap tenggorakannya sembari tersenyum tipis. Wajahnya seperti ingin menangis sekarang, melihat itu Jos merasa kasihan. Ia pun berdiri, memasukkan kedua tangan ke dalam saku, lalu berkata, "Mau jalan-jalan?"

Grace menaikkan pandangan. "Emm, boleh."

Iswara mengatupkan kedua tangan di depan dada---mendengar ajakan Jos yang jarang sekali ia lakukan pada tamunya membuat netranya berbinar. "Ide bagus. Kau bisa mengajak Grace mengelilingi rumah ini, Jos."

Jos tersenyum manis begitu pun dengan Grace yang beranjak berdiri lalu mengaitkan helaian rambutnya ke belakang telinga. Syukurlah, ia tidak akan memakan kue pahit itu lagi, pikirnya.

"Ayo." Jos berjalan terlebih dulu yang diikuti oleh Grace.

Mereka berdua kini berada di sekitaran taman depan, Jos berdiri tegap dengan kemeja putih ketat yang mencetak dada bidang serta otot-otot lengannya. Sedang Grace tersenyum malu berada di sampingnya.

"Kau mau ke sana?" tunjuk Jos ke arah jalan setapak yang berbelok kiri.

Jalan itu adalah arah ke rumah istirahat para pengawalnya yang di sisinya seperti hutan sebab ada beberapa jenis pohon besar nan rindang yang tertanam.

Grace mengangguk antusias. "Tentu."

Jos ikut tersenyum mendengarnya. Ia sangat ramah, selalu menebar senyuman penuh pesona juga melekatkan aura dominan yang sempurna. Siapa yang akan menolak, pria seperti Jos adalah kesempurnaan bagi kaum hawa seperti Grace.

Scandal CassanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang