Bab delapan.

2.2K 64 9
                                    

🐊🐊🐊


Brianna menggerang saat cahaya terik menimpa matanya yang tertutup. Alisnya mengernyit selaras bibirnya yang terluka terbuka.

"Kau sudah bangun?"

Brianna membuka mata perlahan, wajahnya yang di beberapa tempat masih lebam membuatnya merintih keras. Perempuan yang masih memakai kemeja putih itu segera mengambil posisi duduk.

"Minumlah obatnya." Dengan cekatan Ling segera membantu Brianna duduk lalu menjulurkan segelas air putih juga obat pereda nyeri.

Brianna mengambilnya dan meminum obat itu. Helaan napasnya begitu panjang sesaat ia memberikan gelas itu pada Ling.

"Kau tidak apa-apa, kan? Perlukah kita ke dokter?" Ling bertanya penuh ke khawatiran.

Brianna mengeleng lemah. "Tidak perlu."

Mereka berdua kini berada di rumah istirahat. Ling memang membawa Brianna ke kamarnya setelah pertarungan tadi malam. Ling dan Brianna sama-sama terdiam sesaat, tiba-tiba ponsel Brianna berdering di meja kecil samping ranjang.

Ling mengambilnya dan membaca nama yang tertera di panggilan itu. "Bry, ayahmu telepon."

Brianna hanyan melirik lalu membuang muka ke samping. "Biarkan saja."

"Angkat saja, mungkin ini penting."

Brianna menggeleng lemah. "Dia hanya akan memarahiku, Ling."

Ling lantas terdiam. Tangannya melemah ke bawah sembari memegang benda tipis yang bergetar itu. Panggilan itu pun terputus tanpa ada jawaban. Sedang Brianna bergerak dan menurunkan kaki ke lantai kamar yang tak luas ini.

"Kau mau ke mana?"

Brianna berdiri sedikit merintih. "Kamar mandi."

Ling segera membantu Brianna dan menuntun perempuan itu menuju pintu dan membukanya.

"Aku bisa sendiri," lirih Brianna seraya melepas tangan sepupunya itu. "Bersikaplah biasa, Ling. Aku tidak sekarat," sambungnya lagi.

Ling berdecak sebal. "Tetap saja kau itu—"

Perkataan Ling terhenti saat ada E.5 yang ternyata sudah berdiri di depan mereka. Ling segera menunduk sopan pada pria tua namun terlihat berkharisma itu. Tubuhnya yang berotot ditutupi oleh setelan jas hitam yang selalu menjadi style-nya setiap hari. Pandangan Brianna pun menunduk sopan.

"Ini." E.5 memberikan sebuah salep pada Brianna. "Oleskan pada lukamu, salep ini bagus."

Ling mengangkat alisnya lalu melirik diam-diam pada E.5. Brianna pun menyugingkan senyum lalu mengambilnya. "Terima kasih."

Penampilan Brianna saat ini memang masih kacau, dua kancing kemejanya terlepas juga rambutnya acak-acakkan ditambah dengan beberapa luka yang di bagian mata juga bibir.

E.5 memasukkan tangannya ke dalam saku. Ia menatap lekat Brianna lalu berusara berat. "Cepatlah bersiap dan pergilah ke istana. Tuan Jos sudah menunggumu untuk berburu."

Brianna mengangguk.

Pengawal pribadi nyonya besar itu segera memalingkan tubuhnya dan berkata lagi, "Ada kemeja baru di kamar mandi, pakailah."

Scandal CassanovaWhere stories live. Discover now