Bab sembilan

1.9K 67 7
                                    

🐊🐊🐊

Jangan lupa tinggalkan jejak komen dan vote-nyaa..

Awas yang silent

Aku

Sunat

Mengancammm😎😎

.
.
.

Happy reading

***

Susunan umpatan yang akan Brianna keluarkan hanya tertahan di kerongkongannya saja. Setelah obrolan masalah kejantanan di mobil tadi membuat fokus Brianna terpecah belah. Bagaimana mungkin, pria itu berkata penuh percaya diri tentang bercinta dan ingin beradu soal kegiatan ranjang.

Gila, sungguh pria jalang yang gila, bantinnya.

Perempuan bersetelan jas hitam itu menggunakan earpiece yang diberikan Ling tadi, ia juga menggunakan seluruh tenaganya untuk memanjat dinding tinggi nan kokoh itu. Brianna melirik ke arah Jos yang tengah terlentang di kap mobil seraya memakai kacamata hitam sialannya itu. Sikap santainya yang tengah menyesap rokok membuat Brianna menggeleng muak.

"Pria jalang itu benar-benar keparat," gumamnya tak terima.

Meskipun begitu Brianna menjalankan perintah tuannya yang harus menculik bayi. Entah, apa Brianna sanggup menculik malaikat kecil tanpa dosa itu. Namun, kakinya sudah begitu pasti saat meloncat turun dari dinding. Ia pun sedikit menggerang tatkala menginjak beberapa batu kecil yang membuat kakinya sedikit terkilir.

"Langit! Cepat kemari!"

Mendengar seruan itu buru-buru Brianna menggerakkan tubuhnya dan bersembunyi di pohon besar. Ia menatap seorang wanita cantik yang sedang membawa trolly bayi. Ia menyipitkan mata tatkala ada salah satu pria kecil yang menghampiri wanita bergaun biru muda itu.

"Sialan," umpat Brianna yang merasa terpojok di situasi ini.

"Kau sudah masuk? Cepatlah kau harus secepat Ugo dalam hal ini."

Suara Jos terdengar di earpiece yang Brianna pakai. Ia berdecak sebal lalu menghela napas sembari memfokuskan pandangannya ke depan.

"Fokuslah, tidak akan seru kalau sampai ketahuan."

Brianna menggigit bibirnya begitu dalam. Lantas ia melepas earpiece karena suara Jos terlalu berisik. "Seru katanya? Kenapa dia tidak menculiknya sendiri," gerutunya.

Brianna tengah berpikir keras bagaimana caranya ia mendekati wanita dan anak laki-lakinya itu. Rumahnya begitu besar hingga Brianna tak mengerti tempat mana yang cocok untuk ia bersembunyi.

"Sialan, rasanya aku tidak bakat jadi mata-mata."

Tepat setelah mengatakan itu, Brianna melangkah lebih dekat lagi. Lagi-lagi naas, ia tidak tahu bahwa penjagaan di rumah ini juga sangat ketat.

"Siapa kamu?!"

Tubuhnya lantas tegang. Ia pun mengangkat kedua tangannya saat sebuah pistol mengarah padanya.

Scandal CassanovaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang