CHAPTER 19: Hukum Faladay

1.6K 167 12
                                    

Chapter 19 | Memperkuat Barang Bukti

•••

Jarum jam menunjukkan pukul 11 malam

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jarum jam menunjukkan pukul 11 malam. Chanesa berjalan santai menuju kamar milik sang bunda. Pukul 7 malam tadi, bunda berpamitan hendak menginap di rumah sakit tempat nenek Chanesa dirawat. Dan malam ini juga, Chanesa akan menjalankan aksinya.

Click!

Dibukanya pintu berwarna kecokelatan itu, wangi perfume khas wanita paruh baya itu langsung tercium di indra penciuman Chanesa. Gadis itu melangkahkan kaki masuk ke dalam kamar bundanya, tak lupa menutup kembali pintu tersebut rapat-rapat.

Matanya menelisik setiap sudut ruangan, mencari keberadaan benda elektronik yang tengah dicarinya sekarang. Hingga matanya terpaku pada sebuah benda, Ketemu! Chanesa segera menghampiri benda tersebut yang berada di atas meja kamar.

Laptop.

Satu-satunya benda yang menjadi tujuannya tiba kemari. Chanesa segera mengaktifkan laptop tersebut, lalu mengotak-atiknya mencari sesuatu yang tengah ia cari.

"Ck, di mana sih filenya?" ia berdecak, mengecek satu persatu file dalam laptop bunda dengan cekatan.

Meski tindakannya ini sangat tak sopan, Chanesa tidak menyesal telah melakukannya. Sebab dalam pikirannya, kebenaran lebih penting. Masa bodoh orang akan mengatainya anak yang durhaka atau tidak sopan, karena hanya dirinya sendiri yang mengetahui alasan mengapa ia melakukan tindakan ini.

Cukup lama Chanesa berkutat pada laptop di depannya, mengobrak-abrik seluruh file milik bunda. Hingga tiba di file kesekian, matanya berbinar.

"Okay, i find something special," senyuman terukir jelas di wajah mungil gadis itu.

Dengan segera ia menduplikatnya lalu memindahkan pada flashdisk yang sudah ia siapkan. Setelah proses berhasil, Chanesa mengecek kembali bahwa ia tak meninggalkan tanda sedikitpun atas aksi kurang ajarnya barusan. Dengan begitu, ia dapat melenggang pergi keluar kamar dengan santai sembari menggenggam flashdisk di tangannya seolah tidak terjadi apa-apa.

•••

"Saya mau lihat riwayat rekam medis pasien tahun lalu, atas nama Hilmi Dewangga Yadipta."

Petugas medis di depannya kini nampak berdiri kaku, ia tahu siapa gadis di hadapannya sekarang. Eyilie Hana Widjaya, anak bungsu pemilik rumah sakit ini.

"Maaf, Kak. Rekam Medis hanya boleh dilihat oleh pasien dan keluarga," jawabnya sedikit menunduk, meminta maaf.

Eyilie menghembus napas sambil sedikit meremat ponsel di genggamannya, "Tapi Papa suruh saya ke sini buat ambil sendiri."

Bukan Kelas UnggulanWhere stories live. Discover now