35. Ingkar

1.5K 179 55
                                    

Canda tawa serta suara-suara percakapan begitu jelas terdengar, ditengah ramainya suasana Kantin Qaify hanya seorang diri duduk di salah satu meja dengan kotak bekal makan berada di hadapannya.

Tidak ada teman, hanya ia seorang diri. Biasanya Qaify tak sendiri, jika diwaktu istirahat seperti ini ia selalu bersama Nadia dan Virgi ditambah teman-teman Virgi yang meramaikan meja mereka. Namun sekarang tidak, semuanya berubah begitu cepat.

Gadis itu menatap meja Arga, sudah lama sekali mereka tidak berinteraksi. Terakhir kali saat Qaify meminta Arga mengantarnya pulang, yap, saat hari pertama Satya menjadi tetangganya. Cowok itu terlihat selalu nempel dengan kekasihnya.

Kini pandangannya beradu dengan sepasang mata yang begitu lekat menatapnya. Ia Virgi, tatapan cowok itu seperti menyiratkan suatu hal. Namun, tak berselang lama Qaify langsung memutuskan kontak mata tersebut.

Qaify mengidikkan bahunya acuh. Toh, ia juga sudah sering merasa sendiri. Jadi ini bukan masalah besar baginya. Memang sudah seharusnya ia tidak terlalu berharap pada manusia. Benar apa kata Satya, manusia bukanlah tempat menaruh harap. Don't expect too much!

"Hai, Qaify. Gue boleh duduk di sini kan?" Tanya seorang gadis yang tentu saja Qaify kenal. Ia Marwah, teman sekelas Qaify.

Qaify mengangguk kecil karena tidak ada alasan juga untuk ia menolak. Oh ya, sebenarnya terhitung ada sekitar 7 orang yang tidak ikut dalam pembicaraan grup kelas disaat Sarah mengirim video itu. Salah satunya adalah Marwah. Tapi apa yang Qaify katakan tidak ada satupun yang membelanya memang benar, mereka yang tidak ikut menghina hanya bungkam tak bersuara.

"Boleh dong," balas Qaify.

"Sorry," ucap Marwah tiba-tiba.

Qaify mengernyit bingung. "Kenapa lo minta maaf?"

"Sorry karena gue gak bisa lakuin apa-apa saat mereka emm... Ngata-ngatain Mama lo. Waktu malam itu gue emang lagi gak ada kuota jadinya gue gak tahu kalau ternyata Sarah ngirim video itu ke grup. Gue tahu waktu di Kelas. Sebenarnya, Fy. Gue pengen nemenin lo dari kemarin-kemarin, tapi lo suka tiba-tiba ngilang. Waktu jamkos aja lo gak ada di Kelas," jelas Marwah.

"Mar, kenapa lo ninggalin gue sih?" Kesal seseorang yang langsung duduk di samping Marwah.

Ia adalah Hana, gadis tercantik di angkatan mereka. Selalu menjadi incaran para senior karena memang parasnya yang cantik dan anggun, jangan heran, karena Hana itu memang ada keturunan Jepang dari sang Papa.

"Cantik banget lo, Han. Gue yang cewek aja suka lihat wajah lo," puji Qaify.

"Makasih," ucap Hana dengan senyum manisnya.

"Dia mah cantik-cantik bloon," seru Marwah begitu santai.

"Hah? Kok gitu?" Tanya Qaify heran.

"Ya coba lo bayangin aja ya. Cewek secantik dia mau-mauan sama cowok tukang selingkuh, bahkan Hana pernah diselingkuhin sampai 3 kali tapi tetap mertahainin hubungan yang udah masuk ke level toxic abis. Bloon banget kan?" Jelas Marwah.

"Terus sekarang masih pacaran sama dia?" Tanya Qaify dengan nada tak percaya.

Hana jelas langsung menggelengkan kepalanya. "Gak lah, gue udah putus dari cowok itu."

"Itu karena gue yang sadarin lo, Han. Kata-kata pedas gue emang cocok buat nyadarin lo yang bulol tak tertolong," balas Marwah.

"Iya-iya, thanks. Eh, Fy. Gue minta maaf karena gak bela atau ada di samping lo saat kejadian itu. Sumpah gue juga shock banget, kek tiba-tiba aja gitu. Sarah keliatannya aja baik tapi ternyata-"

My Neighbor GirlWhere stories live. Discover now