18. Mochi Hilang

1.4K 193 45
                                    

Budayakan vote sebelum membaca

Sorry for typo, Happy Reading!

•••

Alnara mengembangkan senyumnya saat melihat kedatangan Satya, terlihat cowok itu berjalan santai mendekat ke arahnya. Dengan wajah yang selalu terlihat tampan dan penampilan casual membuat Alnara yakin pasti yang melihat akan dengan mudah terpikat. Dengan tangan yang memegang sebuah paper bag berisi jaket, Alnara beranjak dari duduknya.

"Lama ya?" Tanya Satya.

Alnara menggelengkan kepala. "Enggak kok, gue juga baru datang tadi. Ke Kelas dulu sebentar soalnya ada yang ketinggalan."

"Oh, ya. Ini jaket yang kemarin gue pinjam. Makasih banget, Satya. Langsung gue cuci kok." Alnara menyodorkan paper bag tersebut kepada Satya yang langsung diterima oleh cowok itu.

"Padahal gak perlu sekarang juga gapapa, Nar." Ujar Satya. "Lo mau langsung pulang?"

"Kayaknya iya deh gue mau langsung pulang. Papa minta buat pulang cepat, soalnya ada acara makan malam di Rumah Nenek. Lo sendiri gimana? Udah selesai kelas?" Timpal Alnara.

"Udah, mau gue anterin pulang?" Tawar Satya.

Alnara diam sejenak dengan sikap Satya yang sedari malam seolah peduli padanya. Entah apa maksud cowok itu, tapi Alnara merasa Satya ingin mendekatinya. Tetapi Alnara tidak ingin terlalu percaya diri akan hal ini.

"Boleh deh kalau lo tawarin. Semalam gue merasa aneh karena Papa gak marah sama lo. Kalau lo tahu, Bara hampir kena pukul Papa karena anterin gue malam-malam ke Rumah. Tapi sama lo kok enggak ya?" Aneh Alnara.

Satya tertawa pelan mendengar penuturan Alnara, sama seperti yang Bara ceritakan. Satya juga merasa aneh saat Papa Alnara bersikap baik kepadanya, Satya pun tak melihat adanya raut marah dari wajah pria paruh baya itu. Tidak seperti yang Alnara dan Bara ceritakan.

"Jelas dong. Wajah Bara emang kek orang gak bener, makanya Papa lo marah. Beda sama gue, istilahnya gue ini positif vibes lah." Balas Satya membuat Alnara tersenyum dengan anggukan kecil.

"Iya deh." Alnara menatap jam tangan miliknya. "Pulang sekarang, yuk."

"Ayo," balas Satya.

Keduanya lantas berjalan beriringan menuju Parkiran Kampus yang tak jauh dari tempat keduanya berdiri. Sepanjang jalan keduanya berbincang banyak hal seolah mereka adalah teman yang sudah kenal sejak lama. Satya mengulas senyum tipis saat melihat Alnara yang semangat menceritakan perihal film yang ditontonnya, dengan sedikit kesal gadis itu bercerita bahwa ending film tersebut tak sesuai dengan apa yang ia inginkan.

"Kesel tahu. Kek endingnya tuh nanggung banget." Kesal Alnara.

"Mungkin akan ada season 2 nya? Jadi dibuat gantung gitu endingnya." Balas Satya.

"Mungkin, cuma gue greget aja sih." Timpal Alnara.

Sesampainya di sana, Alnara menunggu Satya mengambil motornya. Tak butuh waktu lama Satya kini sudah berada di depannya sembari menyodorkan helm pada Alnara. Satya memang selalu membawa helm 2, untuk Sheila yang terkadang meminta jemput padanya.

Dengan senang hati Alnara mengambil helm tersebut lantas memakainya. Setelah selesai, gadis itu naik ke atas motor dengan menjadikan pundak Satya sebagai tumpuan. Dirasa sudah nyaman, Satya lantas melakukan motornya dengan kecepatan rata-rata, meninggalkan kawasan kampus dan membelah jalanan yang tampak ramai.

•••

Satya memarkirkan motornya di pekarangan rumah, melepas helm lantas menyimpannya. Pandangan cowok itu menoleh pada pintu rumah Qaify yang terbuka, terlihat gadis itu keluar dari dalam rumahnya.

My Neighbor GirlWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu