1. Hai, Kak Satya

5K 335 25
                                    

Jangan lupa tinggalin jejak supaya aku makin semangat nulis

Happy Reading!

•••

Keadaan Kelas saat ini terbilang cukup ramai karena semua orang membicarakan hasil ulangan harian yang baru saja dibagikan oleh Ketua Kelas. Ada yang bersorak senang karena mendapat nilai besar, ada yang biasa saja karena mendapat nilai pas-pasan, ada yang terlihat bodoamat dengan nilai yang didapatkan, prinsipnya sih yang penting mengerjakan untuk nilai tidak terlalu dipikirkan. Dan ada juga yang mengeluh kecewa karena mendapat nilai kecil.

Qaify masuk dalam opsi terakhir, bahunya merosot lesu saat menatap sebuah kertas hasil ulangan dan terpampang dengan jelas angka 5 sebagai nilai ulangannya. Meskipun ini ulangan harian tapi tetap saja gadis itu merasa kesal pada dirinya sendiri yang tidak bisa mengerjakan ulangan dengan baik, padahal Qaify sudah belajar dari semalam.

Melihat wajah Qaify yang tampak murung membuat seorang cowok beranjak dari duduknya, tanpa berlama-lama dia duduk di hadapan Qaify. Tangannya dengan cepat mengambil hasil ulangan temannya itu.

Ctak!

"Awh! Sialan lo, Ga. Sakit tahu!" Desis Qaify saat dengan tiba-tiba Arga menyentil dahinya.

"Lo bego sih. Padahal semalam udah gue kirim materi yang bakal jadi bahan ujian, pasti lo tidur gak belajar." Ujar Arga dengan gelengan kepala.

Qaify mendengus kesal, matanya mendelik kearah Arga. Ya, semalam Arga memang mengirimkan materi yang akan muncul di ulangan hari ini. Tapi tetap saja meskipun begitu Qaify tetap tidak mengerti apalagi harus menghafal rumus yang akan membuat kepalanya terasa panas.

"Gue gak bisa menampung materi sebanyak itu, Ga. Kapasitas otak gue emang segede sendok nyam-nyam." Timpal Qaify sontak membuat tawa Arga pecah.

"Gak usah banyak alasan, katanya mau jadi pintar. Soal ulangan yang terbilang mudah aja lo dapat 5." Ledek Arga.

Qaify kembali mendelik kearah Arga. "Mudah buat lo yang punya otak cemerlang. Susah buat gue yang ngapalin berapa kali pun tuh materi gak bakal masuk ke otak gue."

"Gimana di Komplek? Rumah bekas gue udah ada yang nempatin belum?" Tanya Arga mengalihkan topik pembicaraan. Berhubung guru pelajaran selanjutnya belum masuk, lebih baik Arga mengobrol saja dengan Qaify.

"Belum. Gue kesepian banget tahu gak ada lo." Jawab Qaify.

Sebelumnya Arga memang tetangga Qaify yang tinggal tepat di depan Rumah Qaify. Selain menjadi tetangga ternyata mereka juga menjadi teman satu sekolah bahkan satu kelas, itulah alasan yang membuat mereka bisa dekat.

Namun, sudah 2 minggu yang lalu Arga dan keluarganya memutuskan untuk pindah Rumah. Arga bilang sih karena Papanya membeli Rumah di Komplek lain.

"Bilang aja lo kangen sama gue." Timpal Arga.

"Dih, pede lo ketinggian. Lagian ngapain gue kangen sama lo? Kita masih bisa ketemu di sini. Asal lo tahu aja gue eneg liat muka lo mulu." Balas Qaify.

"Heh Agra! Lo nunggak uang kas udah 2 minggu. Bayar sekarang buruan!"

Perhatian keduanya teralihkan pada seorang gadis yang memegang buku daftar uang kas kelas. Dia adalah Nadia, bendahara Kelas yang setiap hari kerjaannya menagih uang kas, membuat siapa saja yang berhadapan dengannya akan merasa kesal.

"Heh Nadia omara! Nama gue Arga. Agra Agra lo pikir gue vampir di GGS apa?" Balas Arga tak terima.

Nadia mendengus kesal. "Nama gue juga bukan Nadia omara! Buruan lo bayar uang kas."

My Neighbor GirlWhere stories live. Discover now