MS. 18

3.5K 184 5
                                    

Assalamualaikum man teman👋🥰

Wahai pembaca yang Budiman ... diharapkan jangan sider yaa🙁

Sumpah, aku tuh jadi gak mood tau kalo votenya jimplang gitu😔

Tapi karna sekarang aku lagi mood jadi aku publish hhe, baik 'kan? Wkwk😂❤️

So, minimal kasih vote kalian lah. Oke?

Terdengar suara tawa yang menggema di ruangan CEO Afa Company, untungnya tidak ada yang bisa mendengar apalagi sekarang sudah jam 21.00 pm. Marsha, gadis itu tertawa dengan mata yang fokus pada laptopnya.

Kenapa?

Beberapa jam yang lalu tepatnya jam 20.00 pm, Marsha kepikiran untuk membalas Karen perlahan. Namun, dia tidak akan langsung membuat Karen menemui ajalnya. Baginya itu terlalu mudah dan ringan bagi Karen. Jadi dia akan mempermainkan mentalnya.

Saat itu Marsha langsung menyuruh kepada Kayle untuk mengirim paket pada Karen. Tentunya kalian mengerti bukan kalo itu bukan sekedar paket biasa?

Kayle yang mengerti langsung mengiyakan dan mengirim paket seperti yang diminta Marsha. Awalnya dia bingung itu apartemen itu milik siapa, dan Marsha memberitahu bahwa alamat itu adalah apartemen milik Karen. Dengan senang hati Kayle akhirnya langsung mengirim paket itu.

Dan seperti yang kita tau. Sekarang Marsha tengah menonton Karen di kamera CCTV yang ia pasang pada saat Karen mengundangnya waktu itu.

"Karen, Karen. Lo itu baik, gue juga gak tega giniin lo. Tapi sayangnya pengkhianat tetaplah pengkhianat," Marsha sangat menyayangkan akan keputusan Karen yang lebih memilih menjadi pengkhianat.

Mungkin bagusnya, jika saat itu Karen berhasil melenyapkannya. Walau sebenarnya berhasil. Namun, bukannya ikut mati dengan raganya, Shafa malah kembali dengan raga yang berbeda. Dan tentunya itu tidak akan ia sia-sia 'kan, bukan?

Sudah cukup Karen bersenang-senang menikmati hidupnya yang aman dan tentram setelah menghilangkan nyawanya. Sekarang, baginya untuk membayar apa yang ia perbuat.

"Silakan katakan good bye bagi kehidupan aman dan tentram lo, Karenina." Marsha menyandarkan punggungnya pada kursi kebesarannya, di putarnya menghadap belakang yang langsung di suguhkan dengan pemandangan malam di kota.

Memasukan kedua tangannya ke saku jasnya seraya memandang langit malam yang di penuhi bintang. Ah, ia jadi teringat bahwa ia juga mempunyai masalah sebagai Acha yang tentunya harus ia bereskan juga.

Marsha berdiri dari duduknya dan melipat tangannya di dada, "Sorry Acha, setelah semuanya selesai gue bakalan pergi dari keluarga lo. Keluarga lo terlalu brengsek buat lo yang baik."

"Gue heran, lo anak kandungnya atau bukan, sih? Atau lo anak selingkuhan, maybe?" Marsha menghela nafas pelan.

"Dan sorry karna gue ganti panggilan lo jadi Marsha. I just want to prove that Acha, who used to be weak, is no longer there. Walau kenyataannya lo emang udah gak ada."

Terkadang Marsha juga menyayangkan dengan kehidupan Acha yang terlalu lemah dan mau saja di tuduh. Bukan ingin menyalahkan takdir, namun bukankah Acha terlalu baik untuk lahir di keluarga brengsek seperti mereka?

Ya, Shafa juga akui, dia bukan orang baik. Dia juga bukan orang jahat. Dia Manipulative. Tentunya di dunia bawah itu tidak semua jahat dan tidak semua baik. Ya, Shafa akui itu. Apalagi dia juga sering membunuh. Namun, perlu ingatkan meskipun begitu mereka tetap menghargai yang lemah. Terutama keluarga.

Shafa's TransmigrationWhere stories live. Discover now