MS. 10

5.1K 255 1
                                    

Alangkah baiknya sebelum membaca tekan bintang terlebih dahulu yagesyaa~

Makasih, makasih banget yang udah luangin waktu mampir ke cerita ini😍

Apalagi buat yang udah kasih bintangnya, beuhh makasih banget lohh!!

Masukan cerita ini ke perpus kalian yaa!!

Selamat Membaca kalian...

***

Di sinilah sekarang mereka. Ruang keluarga berisikan seluruh penghuni-yang sedang menginap dan juga penghuni aslinya. Inti Xerois tentunya, Amora, Lashifa, Sheila, Lussy, Kayle, dan Marsha. Tak lupa juga dua orang parubaya ikut berkumpul disana.

"Nah, sekarang gue yang puter botolnya." seru Reno yang langsung mengambil alih botol yang dijadikan untuk mereka bermain-TOD saat ini. Iya, mereka bermain bersama. Lucu 'kan? Awalnya Marsha dan kedua sahabatnya tidak akan ikut. Tapi Lashifa memaksa mereka dan tanpa persetujuan langsung menyeret mereka ke ruang keluarga dari kamar Marsha.

Dan di sinilah mereka sekarang. Walau ogah-ogahan tapi tetap ikut berkumpul. Mana kesal karna ada si 'pick me' dan si 'banci'-kalo kata Lussy sih.

Dan... botol itu tepat berhenti menghadap-Alvano. Mereka langsung bersorak riuh dan berebutan untuk memberi pertanyaan. Akhirnya Reno-lah yang memberikan ajuan pertanyaan.

"Ekhem, truth or dare?" dan di balas truth oleh Alvano.

"Ah, gak gentle lo. Masa mau truth sih?" protes Reno yang di balas kedikan bahu acuh.

"Aelah buruan ah, Ren, mau lo atau gue yang kasih pertanyaannya?" sentak Shaka. Yang lain hanya menyimak, pun dua orang parubaya itu sedari tadi tetap disana. Entah apa yang mereka lakukan dengan bergabung bersama para anak muda.

"Oke, oke. Lo cinta nggak sama Amora?" pertanyaan itu lolos begitu saja. Sontak semua orang langsung memusatkan perhatian mereka pada Alvano.

Alvano melirik sekilas pada Marsha kemudian menjawab. "Gak tau." acuhnya. Amora yang mendapat jawaban seperti itu kecewa tentunya. Sedangkan Lussy mati-matian menahan tawa karna memperhatikan komuk Amora yang menurutnya lucu.

"Diem, Ci," kesal Kayle karna dirinya lah yang menjadi sasaran empuk tepakan Lussy. Lussy menyengir kemudian menormalkan kembali ekspresinya.

"Oke, oke, lanjut-lanjut." Shaka berceletuk ketika suasana tiba-tiba berubah menjadi canggung.

"Sekarang siapa yang mau puter?" lanjutnya bertanya. Shaka melirik mereka yang ada disana.

"Gue, gue!" Shaka mengangguk ketika Sheila mengajukan dirinya.

Sheila memutar botol itu lagi. Dan... tepat mengarah Marsha. Marsha menatap datar botol itu karna pasti akan mendapatkan pertanyaan tak terduga.

"Truth, oke?!" Lussy berantusias. Sedangkan Marsha sudah was-was pertanyaan apa yang akan di layangkan Lussy. "Ekhem, berapa banyak orang yang udah lo bunuh alias KOIT? Dan target lo selanjutnya siapa?" suasana tiba-tiba tegang. Pertanyaan macam apa itu menurut mereka.

"Lo nggak usah ngadi-ngadi deh. Mana mungkin Acha bisa bunuh orang?!" seru Kai tak percaya yang mendapat anggukan setuju yang lain.

Tapi jawaban Marsha a.k.a Shafa atau Acha membuat mereka seketika menegang tak percaya.

"You know it, Lussy, Kayle. Nggak kehitung. Buat apa lo nanyain kek gini? Lo sendiri tau jawabannya. Target? Kalian juga tau." Lussy menyengir, benar juga. Lalu kenapa dirinya harus bertanya?

"Nggak mungkin kamu bunuh orang, Cha." sahut Lashifa tak percaya mendapati jawaban sesantai itu dari Acha. Adeline dan Ragas juga tak kalah terkejutnya mereka menatap satu sama lain.

"Target? Maksud lo apaan? Lo mau bunuh orang?" serobot Alvano memicingkan matanya. Sedangkan Amora sedang bergetar, takut-takut dirinyalah target itu 'kan?

Marsha mengedikan bahunya tak peduli. Tapi, seruan Amora membuat mereka langsung menatap intimidasi pada Marsha. "Acha nggak targetin aku 'kan?" Marsha, Lussy, dan Kayle menyeringai mendengarnya.

"Kalaupun lo langsung dibunuh sama Marsha, harusnya lo bersyukur. Karna biasanya Marsha nggak akan lepasin targetnya dan eksekusinya juga nggak main-main." bukan bualan semata. Memang benar apa yang di ucapkan oleh Kayle. Dia juga sebenarnya sengaja, agar mereka tidak main-main dengan seseorang seperti Marsha yang jiwanya adalah Shafa, si Queen of Death.

"Mungkin kalian mikirnya ini lelucon. But, nggak bagi kita yang tau." setelah mengatakan itu Lussy segera menarik kedua sahabatnya nyelonong begitu saja menuju kamar Marsha.

Sedangkan yang di ruang keluarga tampak membeku mendengarnya. Apakah benar? Dia seperti bukan Acha, tapi dia adalah Acha?! Tidak! Acha mereka tidak akan sesadis itu 'kan?

"Hiks... hiks... Acha nggak mungkin targetin aku 'kan?" mereka sontak mengalihkan pandangannya pada Amora yang sudah terisak.

"Nggak mungkin. Lagian nggak mungkin Acha ngelakuin itu." Kai mencoba menenangkan walau dalam hatinya juga resah.

"Udah ya, sayang. Mungkin itu cuma bualan aja," sahut Adeline langsung memeluk putri kesayangannya itu.

"Ini sudah malam, sebaiknya kalian istirahat." interupsi Ragas langsung di patuhi oleh mereka yang langsung beranjak ke kamar.

Sedangkan di kamar Marsha. Sedari tadi Lussy tak berhenti ketawa-ketiwi mengingat komuk mereka semua ketika bermain TOD. "Anjir, anjir, gue ngakak banget. Komuknya itu loh," Lussy memegang perutnya yang terasa keram karna tertawa terus-menerus.

"Lagian lo kenapa malah nanyain yang jelas lo sendiri juga tau jawabannya." Marsha menaikan sebelah alisnya menatap heran Lussy.

Lussy menetralkan ketawanya. "Hehe, sorry tapi gue sengaja." Lussy berujar dengan wajah watadosnya. "Sebagai peringatan aja sih, biar mereka nggak main-main sama lo."

Marsha menggelengkan kepalanya pelan. "Suka-suka lo, Ci," balasnya lalu melangkahkan tungkainya menuju kasur Queen Size-nya. Lussy dan Kayle mengikuti di belakang.

Ting...

Satu pesan masuk, mereka celingukan mencari asal suara.

"Bukan punya gue." kata Marsha setelah memeriksa ponselnya.

"Bukan punya gue juga." sambung Lussy. Marsha dan Lussy pun sontak menatap Kayle. Kayle pun langsung memeriksa ponselnya dan benar saja, itu berasal dari ponselnya.

Kayle membulatkan matanya. "Sha, kayaknya lo harus cepet-cepet kasih tau markas kalo elo masih hidup. Setidaknya inti aja." Kayle memberikan ponselnya pada Marsha dan Marsha langsung memeriksanya.

Kayle, lo sama Lussy harus hati-hati. Musuh mulai bergerak. Baru aja mereka buat Leon hampir sekarat. Gue nggak tau kalian kemana, tapi, kata Karen lo sama Lussy nggak satu sekolah lagi sama dia. Gue harap kalian baik-baik aja.

Isi pesan itu yang dari salah satu inti Crudelta. Marsha mengeraskan rahangnya, giginya bergemelatuk, tangannya mengepal erat mencengkeram ponsel itu kuat-kuat.

Lussy yang melihatnya penasaran kemudian merebut paksa ponsel di genggaman Marsha. Lussy memelototkan matanya. "Anjir, gila sih."

"Bener kata Kayle, Sha. Tapi nanti kalo Karen tau gimana?" mereka bimbang.

Marsha menghela nafas pelan. "Besok kita ke markas. Pastiin aja si Karen nggak ada disana. Gue akan kasih tau inti dulu agar tidak menyebar sampai ke telinga si Karen." putusnya mantap diangguki setuju mereka berdua.

"Bagus. Lagian udah saatnya lo membalas Karen. Nggak mungkin 'kan lo langsung bunuh dia?" Kayle bersedekap dada.

Marsha menyeringai, matanya menajam. "Of course."









Tinggalkan bintang kaliann!!

Shafa's TransmigrationWhere stories live. Discover now