Prolog

12.1K 340 2
                                    

~𝕾𝖔𝖚𝖑 𝕿𝖗𝖆𝖓𝖘𝖒𝖎𝖌𝖗𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓~

"Shafa, ini gue bawain lo makanan. Gue tadi udah nelfon lo berulang-ulang tapi gak Lo jawab, karna gue khawatir lo kenapa-napa akhirnya gue kesini. Takutnya lo sakit, ditambah kata Mommy Lo, Lo lagi di apart. Jadinya sekalian deh gue bawain lo buah tangan."

Gadis yang memakai pakaian santai itu nampak mengangguk. Gadis itu bernama Shafa Lussiana Angie. Dia tadinya sedang berleha-leha di balkon apartnya, tapi tidak lama kemudian sahabatnya yang bernama Karenina Sunny Leone datang ke apartnya.

"Thanks, padahal gue gak sakit," ujar Shafa datar.

Shafa memang dikenal dengan pribadinya yang dingin dan kejam, mungkin faktornya karna dia adalah seorang pemimpin kumpulan rahasia atau mafia yang dibangun oleh kakeknya. Dan sialnya diturunkan kepadanya, tapi tak apa dia menyukainya.

Bahkan dia tidak menyesal sudah memimpin organisasi tersebut. Nama organisasi itu adalah Crudeltà.

"Nggak papa. Ini gue taruh di dapur aja, ya? Jangan lupa makan. Gue harus pulang nih, pacar gue ternyata ngajak gue jalan," gadis itu melihat handphone nya.

"Ya, sekali lagi thanks. Hati-hati, Karen," Karen mengacungkan jempolnya kemudian menutup pintu apart.

Shafa dan sahabatnya yang lain tidak tahu bagaimana rupa dari kekasih Karen. Katanya, kekasih Karen ingin tetap backstreet. Makanya mereka sampai saat ini belum mengetahui rupa kekasih dari seorang Karenina.

Shafa sih tidak peduli, karna bagaimana pun setiap orang punya hak masing-masing. Tetapi tidak dengan yang lain, mereka sangat penasaran dengan kekasih Karen itu

Karna sekarang sudah siang, Shafa pun menuju dapur untuk makan siang. Dia jadi teringat yang dibawakan oleh Karen tadi.

Shafa mengambilnya.

Tampak yang dibawa oleh Karen adalah seporsi bubur ayam dan juga spaghetti bolognese, makanan yang cukup menjadi kesukaannya.

Shafa segera mengambil piring, sendok dan garpu. Shafa membawanya ke meja bar kecil yang ada di dapur.

Ia mulai melahap bubur ayam itu hingga setengah lagi. Setelahnya ia minum terlebih dahulu dan mulai memakan spaghetti nya.

Baru juga dua suapan, Shafa sedikit merasa pening. Dirinya terbatuk-batuk besertai darah. Shafa melototkan matanya tak percaya.

Inikan racun yang dibuatnya? Pikir Shafa.

Sedetik kemudian dirinya sudah tidak ada tenaga lagi. Mulai memejamkan matanya.

"Bangsat lu Karen. Gue salah apa? Andai ada kehidupan kedua, gue akan bales ulah lo ini," gumamnya. Setelahnya dirinya pun tak sadarkan diri.

Disisi lain, tampak seorang gadis yang masih memakai seragam sekolahnya tengah berjalan kedalam mansionnya.

Ketika melewati ruang keluarga. Samar-samar dirinya mendengar beberapa orang berbincang. Dirinya memilih untuk mendengar terlebih dahulu karna sayup-sayup terdengar ada yang menyebut namanya.

"Wah, jadi kita bakalan ke New Zealand Ma, Pa?" Gadis itu terlihat girang.

"Iya sayang," balas Mama-nya.

"Apa Acha bakalan ikut?" Gadis itu terlihat tidak suka ketika menyebut nama itu.

"Ngga dong, Mor, cukup kita berlima. Mama, Papa, kamu, Lashifa, sama Kai." Ungkapnya. Tak tahu saja mereka bahwa sekarang ada yang sedang mendengarkan.

"Tapi kan..."

"Kalo dia dibawa, takutnya malah bawa sial. Dia 'kan anak pembawa sial," wanita parubaya itu berucap ketus.

Sedangkan di ambang pintu. Acha yang mendengar semuanya tersenyum getir. Sebegitu bencikah keluarganya?

Gadis itu bernama Marshava Evannie Smith, gadis yang selalu tak dianggap dan dianggap sebagai anak pembawa sial.

Amora, gadis itu tahu bahwa sedari tadi ada yang mendengarkan dan itu adalah Acha. Amora tersenyum miring kearah Acha. Melihat Acha pergi menjauh Amora mengetikan sesuatu di telfon genggamnya.

Tabrak dia. isi pesan yang entah kepada siapa.

Sedangkan Acha nampak menangis sambil berjalan tak tentu arah. Dirinya berjalan di trotoar, sialnya jalan itu cukup sepi. Acha berjalan dengan tatapan kosong sampai tak menyadari ada sebuah mobil yang melesat maju kearahnya.

Acha yang memang tidak menyadari langkahnya malah kesisian jalan, memudah mobil itu menabraknya.

BRUK...

Acha terlempar cukup jauh ditambah karna mobil itu yang melaju sangat kencang.

Setelah melihat targetnya sudah tergeletak, mobil itupun melaju kembali meninggalkan Acha yang tengah berjuang hidup dan mati.

Darah mengalir deras dikeningnya karna bertubrukan dengan pembatas jalan. "Ya Tuhan, kalo ini akhir dari Acha, Acha ikhlas. Acha udah ngga sanggup, kalo bisa Acha meninggal sekarang aja." Hembusan nafas terakhir dari Acha lolos begitu saja.

Tak lama terdengar riuk piuk warga yang mulai mengerubunginya.

~𝕾𝖔𝖚𝖑 𝕿𝖗𝖆𝖓𝖘𝖒𝖎𝖌𝖗𝖆𝖙𝖎𝖔𝖓~

Hallo teman! Bantu cerita ini berkembang dengan komen dan vote kalian!!

Shafa's Transmigrationحيث تعيش القصص. اكتشف الآن