YOU HAVE NO CHOICE

Mulai dari awal
                                    

Taehyung sama sekali tidak merespon. Ia hanya mengangguk setelah melirik sebentar paperbag yang kuberikan. Ia masih membolak-balikan daging panggangnya. Ia tetap sibuk dengan kegiatannya dan mengabaikanku.

"Kamu tidak datang padahal kamu yang mengucapkan janji," ucapku menggerutu.

"Maaf, sebenarnya aku agak sibuk," jawab pemuda itu lalu melanjutkan acara makannya membiarkan aku masih berdiri di dekatnya.

"Bisa-bisanya kau tetap makan padahal aku sedang marah padamu."

Dia menghentikan makannya lalu menatapku. "Kau mau aku pergi dan tidak membayar makananku?"

Hufftttt, aku menghela napas saking kesalnya. Melihat botol soju di mejanya, rasanya ingin sekali melemparkannya ke kepala pemuda itu.

"Duduklah, kau harus menemaniku makan," katanya singkat.

"Kukira hubungan kita hanya karena jaket kulit itu. Karena sudah kukembalikan, jadi aku tidak perlu menemanimu makan," jawabku menolaknya.

"Aku akan mentraktirmu makan sesuai janji," kata Taehyung membuatku yakin pemuda ini sungguh menyebalkan dan aku mungkin tidak akan bisa bertahan untuk meladeninya. "Kau tidak punya pilihan."

Mau tak mau aku duduk di hadapannya. Aku hanya memegang sumpit dengan kesal sambil memandang heran Taehyung yang makan dengan lahap. Aku baru sadar ada plester luka yang menempel di dahi pemuda itu, serta luka sobek di sudut bibirnya dan lebam-lebam di pipinya.

"Wajahmu terluka?" tanyaku membuat Taehyung berhenti mengunyah.

"Oh, ini. Ada sedikit masalah. Jungkook menyelamatkanku tadi siang di kampus. Dia adikmu, kan?"

"Ya. Ehm, kalian satu kampus?"

"Ya, Jungkook adik kelasku di fakultas bisnis. Kami baru berkenalan tadi sore," ucap Taehyung lalu melanjutkan makan.

"Aku juga di universitas yang sama. Jurusan seni lukis," ungkapku begitu obrolan tiba-tiba terasa nyaman.

"Benarkah? Kalau begitu, kenapa kamu tidak mengenalku? Aku terkenal di universitas," kata Taehyung membusungkan dadanya sombong.

"Kalau ada yang tidak kenal berarti kamu belum terkenal."

Taehyung mengerutkan alis dan mengerucutkan bibirnya. "Tanyakan pada Jungkook kalau kamu tidak percaya."

Aku terkekeh saat melihat ekspresi Taehyung yang cemberut sambil membolak-balikkan daging panggang. Aku pun inisiatif mengulurkan tangan meminta pencapit daging yang ia genggam. Kurasa Taehyung tidak mengerti bagaimana memanggang daging yang benar.

"Tingkat kematangan daging itu mempengaruhi rasanya."

Taehyung mengangguk-anggukan kepala saat aku menjelaskan. Ia mengajakku bicara sesekali, mengangguku yang sedang serius memanggang daging untuknya.

"Aku ini sibuk. Aku ikut di beberapa proyek pameran dan harus bekerja di Daeppan setiap hari," kataku sambil meletakkan daging di atas nasi dalam mangkuk Taehyung. "Jadi, jangan marah kalau aku tidak mengenalmu. Aku tidak tahu gosip yang tersebar di kampus. Bahkan soal pria paling tampan di kampus kita yang sering dibicarakan itu, aku tidak tahu apa-apa."

Taehyung malah tertawa seolah menganggap ucapanku tadi adalah candaan. Ia pasti heran karena ada seorang gadis yang tidak mengetahui gosip itu, sementara semua gadis di kampus kami sibuk mencari tahu jadwal kuliah pria paling tampan itu.

"Makanlah yang banyak," ucap Taehyung tiba-tiba lalu menukar mangkuk miliknya yang dipenuhi daging dengan mangkuk milikku yang cuma terisi penuh oleh nasi putih. "Sejak tadi kau hanya memanggang dan memberikannya untukku. Padahal aku mau menraktirmu makan."

SPINE BREAKERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang