16. | Perundungan namanya

35 3 0
                                    

*
*
*

16. | Perundungan namanya

"Silent love ga selamanya berakhir tragis, tetap diam meskipun lo pengen bersuara" -Vilas Sebasta

"Kenapa?"

"Karena lo suka sama dia" Tuduh Yara pada Vilas, sedangakan yang di ajak bicara malah terdiam tidak menjawab saat kalimat itu muncul. "Lo suka kan sama Anwa?" Monolog Yara.

"Ga" Jawab Vilas singkat.

"Orang buta aja bisa tau kalo kalo lo bohong" Timpal Yara, cowok di depanya ini menampilkan senyum smirk .

"Lo lupa? Gue masih simpen vidio, yang faktanya lo jadi dalang diba-"

"Gue tau!! Okeh gue salah, tapi lo lupa? Lo yang ngasih saran ke gue waktu itu" Serka Yara, kenapa seakan ia yang disalahkan? .

"Lo nyalahin gue? Stop bothering Anwa and you will be safe, fair, right?"

Yara menahan emosinya, ia tau ia salah, tapi ia juga benci di saat bersamaan. "Okeh, selama Anwa ga ganggu gue duluan, gue ga bakal ganggu dia" Putusnya meski merasa sangat keberatan. Gadis bernama Anwa itu tidak mungkin mengganggu dirinya, kerena memang itulah fakta.

"Deal"

◇◍𝓐𝓶𝓮𝓻𝓽𝓪◍◇

Faswan, ia melangkahkan kakinya ke dalam ruangan kelas. Seperti sekolah pada umumnya saat jam pelajaran kosong, kebanyakan dari mereka sibuk dengan dunianya sendiri, tak sedikit yang memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur dari kelas. Bahkan murid yang di gada-gada berprestasi pun hanya menikmati dengan gadget. Pandanganya jatuh pada sosok Anwa, gadis yang baru saja di rundung tanpa adanya pengadilan maupun pembelaan.

Begitu juga pihak sekolah yang seakan tuli dengan laporan pembullyan, dengan anggapan jika itu akan merusak nama baik sekolah. Mereka malah bernasihat agar setiap murid duduk patuh dengan peraturan, tertulis maupun tidak tertulis. Sudah menjadi rahasia umum jika yang dimaksud adalah perundungan untuk Anwa, tugas mereka di sekolah hanyalah belajar, belajar dan belajar. Hapus semua kata selain belajar.

Faswan merasa canggung, apalagi sekarang ia duduk dengan Anwa di kursi sebelahnya. Yah meskipun setiap bangku terpisah, Faswan melirik dari ekor matanya, gadis itu terus menunduk tanpa mengangkat kepalanya. Ia jadi merasa khawatir, ia bisa melihat setetes air mata itu lagi-lagi keluar dari mata seorang murid berbakat.

Faswan jadi tau, Anwa menunduk bukan wajahnya jelek, tapi karena ia menangis. Yup, menangis dalam diam, itulah yang bisa ia lakukan. Mybe?

Entahla, itu hanya dugaan Faswan. Guru matematika datang memasuki kelas, membuat ruih di dalam kelas menghilang entah kemana. Sunyi itulah yang mereka rasakan saat Bu Dhara memasuki kelas, padahal tepat 24 menit lagi bel pulang berbunyi, bahakn murid sekelas sudah prepare menuju pulau kapuk, tunggu bu Dhara? Kenapa guru UKS itu ada disini?

"Karena pak Bagas ada kegiatan lain jadi saya yang akan mengajar sekitar, 23 menit kedepan"

"Bu padahal bentar lagi pulang

"Nanggung bangett"

"Ga usah kasih tugas yah pliss"

"Ente kadang-kadang"

Bu Dhara hanya tersenyum simpul menanggapi setiap celotehan tak Terima itu "ga kok, ibu cuma mau kasih kalian kuis, siapa yang jawab paling cepat dia yang pulang lebih dulu" Ujarnya tak lupa dengan senyum di wajahnya.

AMERTA [END]Where stories live. Discover now