𝟜𝟚

2.3K 296 151
                                    

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

remember that genocide is still happening and boycotting works. #ceasefirenow

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

Antara Sang Abadi dan Yang Dapat Mati


𝒫ekikan Mel terdengar begitu melengking. Saking kerasnya mungkin dapat membangunkan tikus-tikus di kolong pondok. Serta merta menyentak kelelawar atau burung hantu untuk menyingkir dari atap pondok. Namun, semua itu masih belum cukup juga mengalihkan perhatian—apa pun yang tengah terjadi—diantara Menelaus dan budak belia di pangkuan sang pria. 

Wanita berbusana hijau tersebut menyesal setengah mati sukarela membuka bungkus kain kiriman prajurit utusan Achilles di atas meja. Kain yang membalut itu cukup tebal, sehingga rembesan cairan merah tidak begitu kentara. Kala disingkap barulah nampak rambut kusut dari onggokan organ tak bernyawa.

Nestor mengerutkan hidungnya sambil tetap meneguk anggur dari cawan. Pemandangan itu bukanlah sesuatu yang asing meski tetap saja cukup mengganggu buatnya. "Hadiah yang sangat berkesan untukmu, Odysseus."

"Apa yang terjadi dengannya?" todong Odysseus pada dua prajurit yang mengantar kepala buntung itu, sesaat setelah ia menyudahi aksi menganga. "Bagaimana bisa?"

"Thersites bertengkar dengan kekasih dari Tuan Achilles tadi, Tuan Odysseus," jawab sang serdadu.

"Bertengkar?" ulang Nestor sambil mendekat untuk mengamati bersihnya luka di sekitar leher naas itu.

"Benar, Tuan Nestor. Kami tidak tahu pasti duduk perkara yang terjadi, tetapi Thersites bahkan sampai memukul kekasihnya."

Odysseus menggerutu, "sudah kuperingatkan untuk jangan macam-macam dengan Achilles, dia tak pernah mau mendengarkan." Satu sesap anggur ia telan, berharap dapat meredakan kejengkelan akan aksi yang terlanjur terjadi ini. "Apa yang dilakukannya kali ini terhadap Patroclus? Bagian mana dia dipukul oleh Thersites? Apakah sampai memanggil Machaon untuk diobati?"

Serdadu itu berdehem sebentar, menelan liur kering yang tidak ada rupanya. "Bukan... Patroclus, Tuan. Tapi... sang gadisnya. Lady Briseis of Lyrnessus."

Mendengar penuturan tanpa aba-aba itu, membuat Odysseus tersedak oleh anggur yang ditelannya sendiri. Mel yang berdiri tak jauh dan ikut mendengarkan mulai mengerutkan alis, penasaran akan kejadian yang sebenarnya sampai membuat nyawa Thersites sungguh melayang. Sedangkan Nestor kini malah mulai menarik senyum dan menghentikan aksinya mengamati kepala dari bawahan Odysseus tersebut.

The Bride Who Never WasTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon