𝟛𝟙

2.3K 336 106
                                    

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

please please keep praying for the victim of genocide. they deserved to be seen and be safe. #ceasefirenow #freepalestine #freecongo

─── ⋆⋅⚘⋅⋆ ───

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

You Say That I'm Messing With Your Head


𝓚emampuan membaca adalah sesuatu yang amat berharga. Saat huruf-huruf berkelindan merangkai kata yang dapat dipahami maknanya, dari situlah pintu menuju dunia tanpa batas terbuka. Brie beruntung dan bersyukur kemampuan bacanya tak direnggut.

Sederhananya, Brie tidak buta huruf di sini dan ia baru sadar akan itu. Hal mendasar lainnya yang baru dia sadari adalah ketiadaan hambatan ketika Brie berinteraksi. Itu sangat aneh ketika dipikir terus-menerus. Brie tidak yakin bagaimana, tetapi otaknya selalu bisa menafsirkan apa yang keluar dari mulut orang-orang di sini. Ibarat aliran mulus sungai Scamander yang bermuara ke Hellespont.

Dalam telinganya, semua orang terdengar layaknya menggunakan bahasa sehari-hari Brie di dunia asli. Brie juga menimpali mereka dengan bahasa sehari-harinya, dan entah bagaimana mereka tetap memahami ucapannya. This is very strange, because how come ancient people could understand such modern language? 

Kecuali jika di telinga mereka Brie terdengar menggunakan bahasa mereka.

Brie dengan mudah dapat membaca perkamen yang Chryseis miliki. Nama-nama kota yang ada dan ditulis dalam aksara kuno tidak menyulitkan dirinya. Brie tidak tahu bagaimana ia dapat membaca rangkaian tulisan itu. Amat mengejutkan baginya. Tidak bagi yang lain. Mereka mengira beberapa bangsawan wanita, memang pasti tidak buta huruf. 

Teman-temannya itu malahan lebih terkejut pada fakta bahwa Brie seolah terkesima dengan kemampuannya menafsirkan apa yang dapat dibacanya.

Dua kesimpulan yang dapat ia tarik sendiri mulai mengambang di benaknya. Satu, Brie merasa yakin benar bahwa situasi terpentalnya ke sini adalah ciptaan atau buatan. Karena demi penghuni seluruh alam semesta, Brie bukan seorang jenius yang dapat membaca aksara kuno dari tiap belahan bumi. Terutama tidak untuk aksara Yunani, menilik seberapa kurang minatnya dia pada bagian mata kuliah itu. Lebih jauh, tidak mungkin kapasitas otaknya bisa menafsirkan semua itu tanpa bantuan buku pandu. Let's be real, she is not a brilliant linguist who could understand Linear B in just one blink while doing her essay in the library.

Ini membuat Brie tercenung, mungkinkah dirinya melakukan reality shifting? Apakah sesuatu seperti itu memangnya benar-benar ada? Tapi kemudian batinnya membantah, jika dia ingin melakukan shifting, di mana ia hendak pindah ke dunia paralel lain, sudah jelas dia akan lebih memilih masuk ke negeri dongeng.

The Bride Who Never WasWhere stories live. Discover now