𝟜

3.9K 521 121
                                    

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertemuan Gadis Terpilih


𝕂afeinnya bekerja di sini. Brie tak tahu harus mengklasifikasikan itu termasuk berita bagus atau bukan. Semalaman ia terjaga. Tak membiarkan sedetikpun matanya untuk terlelap, meski badannya terasa sangat letih. Bukan letih karena malam liar terjadi, tentu. Pria itu, Achilles, tak menyentuhnya. Nah, itu baru berita bagus.

Maksudnya menyentuh dalam artian menjajalnya. Kalau menyentuh karena ditodong bilah perunggu, itu hal lain untuk didiskusikan. Intinya adalah tak terjadi apapun diantara mereka berdua semalam. Meski Brie sempat takut setengah mati bila dia akan disetubuhi paksa. Tetapi ketika Achilles —dengan rahang mengeras dan alis masih bertaut, pasca aksi penodongan— menyuruh Brie naik ranjang, pria itu hanya rebahan menyebelahinya. Lalu tak lama dengkuran halus mengalun. Ketika Brie melongok pria itu terbujur di sisi kanan dengan memunggunginya.

Kalau boleh jujur, Brie sebenarnya bukan tipe konservatif atau religius. Mungkin ia pernah satu atau dua kali —mungkin bisa jadi tiga— terlibat one night stand. Jadi ketika ada seorang asing terbangun di sebelahnya, ia akan tetap bisa menjalani hari-harinya seperti biasa. Namun, kali ini jauh berbeda. Sosok yang terbaring satu ranjang dengannya adalah entitas kuno.

Oh, dan perlu diingat, saat Brie melakukan one night stand statusnya adalah seorang gadis lajang merdeka, bukan budak. Tapi kini, ia terbangun dengan gelar baru yang disandangnya, bersama orang yang benar-benar asing baginya.

Ayolah... pertemuan pertama mereka sangat jauh dari kata normal. Mereka tak bertemu suatu malam di club dengan insiden saling sapa di meja bar. Bukan karena tidak sengaja seirama saat menari konyol di dance floor. Bukan pula karena saling lirik ketika menunggu jemputan taksi di luar club. Pertemuan mereka benar-benar diawali dengan kejadian sangat traumatis berhias tumpahan darah.

Oh... jangan lupakan juga fakta bahwa, pria itu telah merampas apa yang bahkan tak pernah dimiliki oleh wanita pada masa ini. Satu-satunya yang tersisa dalam diri Brie, yang dibawanya sebagai manusia modern yang terjebak di masa lampau.

Haknya untuk bicara.

Tapi apakah Brie akan bungkam? Tidak. Meski harus ditodong lain waktu dengan xiphos atau bahkan tombak, Brie rasa ia takkan biarkan dirinya dibisukan begitu. Tekadnya kembali bertunas, membersamai terbitnya baskara pagi ini.

Achilles bangun pagi-pagi sekali. Dia keluar lewat pintu samping. Ada beranda kecil yang menghadap langsung ke muka teluk. Sayup-sayup Brie mendengar suara orang lain yang sudah menunggu di luar. Suara beratnya menyapa, ketika Achilles sudah keluar pondok. Tidak lama suara langkah bersisian terdengar menjauhi pondokan. Kelak Brie baru tahu kalau ini adalah kegiatan rutin pagi Achilles bersama sahabat karibnya.

The Bride Who Never WasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang