𝟙𝟡

2K 340 44
                                    

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

The Closer The Better: But The Issues Is, I Don't Want To!


𝕸ereka berdiri paling ujung dari barisan wanita yang tengah mengibas-ngibas atau menyikat cucian. Posisinya hampir-hampir menyentuh bibir belantara. Sudah ada tiga minggu, ketiga wanita dengan chiton paling beda itu mengambil titik tersebut sebagai tempat cuci baru mereka. Kali pertama mengambil dekat jembatan, lalu minggu kedua agak ke tengah. Setelahnya minggu ketiga makin meminggirkan diri dan lebih rapat ke tepi hutan. Semuanya dilakukan secara bertahap. Sengaja agar keberadaannya tidak begitu diperhatikan oleh prajurit yang berjaga.

"Bagaimana jika dia tak kembali?" lontar Iphis memecah hening. Tangannya sibuk membersihkan noda tak kentara yang ada pada kain cucian di dekapan.

"Dia pasti kembali," tandas Hecamede. Berusaha menyembunyikan keraguan yang menjalar tipis dalam dirinya. Ia tak ingin teman-temannya lebih panik karena Brie membutuhkan waktu yang jauh lebih lama dari kemarin untuk kembali ke tepi sungai.

Chryseis mengamati satu per satu budak-budak cuci di seberang yang sudah mulai berbaris bubar. Sisi seberang menjadi agak lowong dibuatnya. Karena mereka sudah kelar dengan tugas cuci itu. "Bagaimana jika dia ditangkap?" lirihnya ngeri.

Kecemasan memang mudah ditularkan dalam situasi genting. Terbukti dengan kusut muka Iphis sekarang.

"Mereka pasti akan membunuh Briseis," resah Iphis. Atmosfer menyeramkan seketika menyelubungi mereka. Kepala Iphis menghadap penuh ke arah Brie tadi lenyap diantara pepohonan. Gurat cemas muncul beriringan kemudian.

"Briseis lebih cerdik dari kita, dia takkan membiarkan dirinya tertangkap begitu saja," tegas Hecamede.

"Tetap saja akan ada kemungkinan dia disergap dan mereka membunuhnya," ringis Iphis, suaranya agak bergetar. Seolah otaknya sudah mulai memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa jadi menimpa temannya itu.

"Iphis..." Hecamede berjalan ke arahnya, menyentuh pundak gadis itu untuk menenangkannya. "Dia cukup terkenal diantara para prajurit Yunani."

"Itu bahkan lebih buruk lagi," timbrung Chryseis. Berspekulasi tentang kekejian yang dapat dihadapi Briseis di hutan seorang diri, terlebih sebagai perempuan, membuatnya jadi gigit bibir sendiri.

"Benar bukan? Ba-bagaimana... jika... jika mereka memperkosanya?" lirih Iphis.

"Mereka takkan berani melakukan apa pun pada Briseis..." Hecamede mengambil jeda sejenak, menggelengkan kepala sedikit sebelum akhirnya berucap, "kecuali bila mereka berharap untuk cepat dipertemukan dengan Hades."

Baik Chryseis dan Iphis kini terdiam. "Semua juga tahu kebiasaan Achilles terhadap apa pun yang sudah menjadi hak miliknya, bukan? Kurasa kau kenal benar akan hal itu, Iph?" sambung Hecamede.

The Bride Who Never WasWhere stories live. Discover now