𝟙𝟛

2.4K 385 30
                                    

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

˗ˏˋ ᴀɴ ᴏᴄᴄᴀsɪᴏɴᴀʟʟʏ ᴛʀᴜᴇ ʀᴇᴛᴇʟʟɪɴɢ ᴍʏᴛʜ ᴏʀ ғᴏʀ sᴏᴍᴇ ᴘᴇʀʜᴀᴘs ᴀ ʟᴇɢᴇɴᴅˎˊ˗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Take Me With You!

𝕵arak pondok Agamemnon terbilang paling jauh dari pondok Achilles yang berada di ujung. Brie harus melewati kawasan pondokan Nestor kemudian memutari setengah gelanggang-tanah lapang untuk pertemuan atau turnamen-yang memang berseberangan dengan pondok milik tuan Hecamede itu.

Ketika menapaki gerbang depan pondok, Brie langsung disuguhi pemandangan mengerikan, yang membuat ia jadi berhenti sebentar dan memainkan kembali jemarinya.

Bulu kuduknya meremang tetapi matanya tak bisa lepas untuk mengamati dua onggokan mayat yang ditombak begitu. Rintik darah masih bercucuran meski tak deras. Sekujur wajah dua prajurit malang itu dipenuhi luka dan noda darah. Sementara tanah di bawah dua jasad kembar itu sudah ganti warna tak lagi coklat, tetapi merah tua dengan sedikit kehitaman.

Ibu jari Brie sudah bertengger di sisi mulut. Sambil menggigit kulit kering di sekitar kukunya, ia mengambil langkah kecil perlahan masuk ke komplek pondok Agamemnon. Baru beberapa langkah maju, Brie kemudian mendengar suara sesuatu yang terjatuh dengan keras.

Salah satu tubuh yang ditombak itu ambruk ke tanah, menyisakan hanya kepala saja yang terpancang di runcing tombak.

"Shit!" umpat Brie yang kemudian melesat lari menuju pondokan paling besar di komplek itu dengan beranda di depannya.

Menyesali kepalanya yang reflek menengok ke belakang untuk mencari sumber suara berdebam tadi.

Ada dua wanita yang sudah duduk bersisian di dalam ruang tamu pondok. Keduanya langsung mendongak ke arah pintu masuk, tatkala mendengar suara langkah yang menghentak dengan deru napas terengah-engah.

"Kalian... sudah lihat... di depan? Sinting!" adu Brie agak membungkuk sambil beberapa kali menelan ludah dan menstabilkan napasnya.

"Iya," jawab Hecamede dengan anggukan, sebelum kembali memeras kain basah dan meletakkannya di pelipis Chryseis yang membiru.

Satu kali lagi, Brie disuguhi pemandangan mengejutkan di kompleks pondokan ini. Gadis muda berkulit seputih susu itu terlihat sangat tak baik-baik saja. Maksud Brie, Chryseis biasanya memang tak terlihat baik, entah lemas atau pucat dengan sedikit memar. Namun, hari ini keadaannya jauh lebih buruk dari biasa.

Kedua mata gadis itu bengkak. Yang satu karena dipukul hingga membekas kebiruan, yang satu lagi karena tangis semalaman. Pelipisnya juga terlihat memar. Turun sedikit, leher Chryseis yang sering lebam, sudah ditimpa dengan lebam baru lagi. Yang lama warnanya memekat, sementara yang lain beranjak membiru.

"Apa yang terjadi padamu?" cemas Brie.

Ia tak bisa menanyakan apakah si gadis muda baik-baik saja atau tidak. Rasanya tak etis menanyakan hal yang sudah jelas-jelas kelihatan sebaliknya begitu.

The Bride Who Never WasWhere stories live. Discover now