Chapter XXVII

94 31 8
                                    


Happy Reading

Setelah keluar dari ruang guru, belum selangkah seseorang menarik paksa tangannya berjalan ke arah taman belakang sekolah. “Apa sih, bisa lepas gak? Jangan kasar” tolak Nasya menghempaskan tangannya terlepas dari genggaman Langit.

“Lo kenapa giniin gue?”

“Kok aku!” tanya Nasya balik dengan ekspresi bingung.  Jujur, pertanyaan itu mengundang Nasya ingin mengeluarkan banyak sumpah serapah dan makian dengan kata-kata kasar, mengapa Langit sama sekali tak merasa bersalah atau memikirkan kesalahannya sedikitpun. “Pertanyaan tadi aku gak mau jawab!”

“Kenapa?”

“Yah harusnya kamu yang jawab!” bentak Nasya dengan nada tinggi. Di tambah tatapannya benar-benar capek, tatapan sendu yang membuatnya tak muak merespon Langit di hari itu. 

“Sya lo bisa jelasin kenapa sikap kamu gini?” Nasya kembali melirik ke arahnya dengan malas,

“Gak bisa!  Kenapa? Maksa?” Nasya pergi tak menghiraukan Langit kebingungan.

“Nakal yah?” ucap Langit terkekeh, gadis itu melangkah melangkah cepat mendapati cewek itu.

Langkahnya terhenti saat Langit menarik tangan gadis itu, berjalan sedikit jauh di dekat halaman belakang sekolah dekat kolam.

“Apaan sih Langit! lepasin gak!” bentak Nasya berusaha melepaskan genggaman Langit.

“Kalau gue gak mau?”

“Langit kalau murid lain gimana?” tanya Nasya di penuhi raut wajah dan ekspresi panik. Masih mengimbangi langkah cowok itu.

“Kamu kemarin sore kenapa keluar sama Tasya?” pertanyaan itu membuat Langit berdenyit bingung melepaskan tangan gadis itu lalu menoleh ke belakang menatapnya diam.

Nasya semakin terkejut saat Langit melangkah terlalu dekat, gadis itu panik dengan posisi mereka yang terlalu dekat, dengan wajah yang berjarak hanya berapa senti, ia semakin tak bisa bernafas tenang, detak jantungnya berdetak cepat. 

Dengan pelan Nasya melangkahkan kakinya ke belakang namun berujung pada dinding sekolah yang akhirnya mengunci pergerakannya sendiri.

Hal yang membuatnya tak bisa bernafas adalah saat wajah Langit dekat manambah kadar ketampanannya dengan ukiran yang sempurna, Tuhan pasti gak tidur saat menciptakan cowok ini, batinnya gugup.

“Kenapa nanya soal Tasya? Hmm?”

“Yah kamu jelasin!” bentaknya berusaha menahan kegugupannya, namun terdengar lucu di telinga cowok itu, Langit berusaha menaham rasa gemasnya namun tak bisa membuat gadis yang di depannya mulai salah tingkah.

“Sorry yah, buat kamu khawatir, kemarin gak sengaja ketemu aja sih, lagian itu tempat makan, ya wajar gak sengaja ketemu” ucap Langit sembari jari jemarinya menyentuh pipi gadis itu dengan lembut.

“Gak apa-apa sih tapi ngapain kamu klarifikasi?, aku juga bukan siapa-siapa kamu” ucap Nasya berusaha memalas, agar menahan gerakannya yang ingin sekali melompat kegirangan.

“Kalau bukan siapa-siapa situ ngapain cemburu?” ejek Langit mencolek dagu gadis itu. “Santai aja hubungan kita akan selalu baik baik aja kok”

 “Kita? Kenapa kita? Kita gak ada hubungan apa-apa” balas Nasya berusaha judes mengontrol detakan nafasnya.

“Hm? Emang iya?” Langit tersenyum miring penuh ejekan menatap lekat kedua matanya, seakan sedang berbicara lewat tatapan. Mata yang tajam, namun kali ini mata elang itu seakan tersenyum.

Aurora (END)Where stories live. Discover now