Chapter XVII

211 81 63
                                    

Happy Reading

_Belum siap ada titik dia tak menganggap ku ada, namun aku  menganggapnya ada_

🦋🦋

"Langit! jangan cepat dong jalannya" teriak Nasya sambil berlari kecil mengejar Langit yang sudah 2 meter menjauh di depannya.


"Bukan gue yang kecepatan, lho yang kelamaan!" ketusnya terus melangkah hingga ke parkiran, tak mempedulikan gadis itu sedang berusaha melangkah cepat mengejar.

"Nih, pakai helm"

Helm itu di lempar begitu saja tanpa menoleh, untuk memastikan apakah gadis itu berhasil menangkapnya atau tidak. Nasya menangkap dengan gesit lalu berusaha memakai helm.

Semakin lama entah apa yang membuatnya kesusahan, Nasya malah tak berhasil-berhasil mengaitkan pengait helmnya.

"Susah" rengeknya dengan nada manja.

"Manja lho!"

"Emang susah Langit!" balas Nasya kembali membentak

"Gak susah, lho yang manjanya kelewatan!"

"Gak!!" teriak Nasya mulai merasa kesal.

"MANJA! gue bilang"

"Langit!!" bentak Nasya balik semakin naik darah, dengan nada yang meninggi.

Langit terkekeh kecil, berhasil menjahili Nasya yang sudah merasa kesal. Tatapan mereka bertemu cukup lama seakan-akan percakapannya berlanjut lewat tatapan, hingga perdebatan itu di akhiri dengan tawa renyah. “huh aneh lho!” cibir Langit masih dengan ekspresi tertawa.

Plaakk......

"Cepat, jangan kelamaan" perintah Nasya sambil menepuk kecil di pundak Langit.

"Iya bawel"

Hubungan ini hanya berstatus sahabat, dan aku berharap semua akan baik-baik saja setelah ini. Seumur-umur, gadis ini bahkan engan mendekati cowok dari awal.

Yahhhh, aku memang tak ingin mendekati siapapun, lebih tepatnya tidak ingin menjalani sebuah hubungan bersama cowok manapun, bukan trauma, namun hidup ku sudah lebih dari kata bahagia tanpa kaum adam.

Tapi mengapa aku takut ketika sampai di titik dia tak menganggap ku ada, dan malah aku menganggapnya  ada.

Setiba di perpustakaan kota, entah mengapa pandangan Nasya berhenti dan menatap di salah satu titik tepat di samping gedung perpustakaan kota.

Fokusnya tak teralih saat melihat Prita bersama seseorang yang sangat di kenalnya. Walaupun tidak terlihat jelas menembus kaca jendela café.

"Ayah kenal Prita?" batin Nasya bingung secara dia tidak pernah mengenalkan Prita pada kedua orangtuanya, sosok yang Nasya sangat kenal, tapi sangat tidak masuk akal, Herman yang berangkat ke luar kota selama seminggu ini mendadak ada di sini?.

"Masih mau di sini?" tanya Langit namun tak digubris sama Nasya, cukup lama terdiam cowok itu ikut menatap kemana arah mata Nasya menatap.

Aurora (END)Where stories live. Discover now