Chapter XXIII

122 38 14
                                    

Happy Reading

🦋🦋🦋

Setelah memasuki ruangan itu, pandangan Nasya tertuju ke segala arah penjuru di setiap sudut, dimana semua murid tampak fokus dengan kesibukan belajarnya masing-masing. Ruangan yang sangat tenang dan jauh dari keributan sekolah. Suara-suara orang yang berbisik sekalipun jarang terdengar. Itulah kenapa perpustakaan menjadi tempat ternyaman yang cocok untuknya belajar dengan tenang.

Gadis itu berjalan ke salah satu rak buku, yang dimana berderet-deret dengan sejumlah buku tentang ilmu MIPA. Setelah mengambil 2 buku paket Kimia, gadis itu berjalan dengan tenang ke salah satu tempat duduk yang kosong. Dengan fokus Nasya tak mempedulikan keadaan sekitar, hanya fokus pada dunianya sekarang.

Nasya berkerut bingung saat melihat sepucuk kertas yang menarik perhatiannya di salah satu halaman buku, awalnya ia mengira itu adalah penanda buku, tapi nyatanya tidak setelah gadis itu mencoba melihatnya dan membacanya.

-Gimana Nasya? Suka sama permainannya?-


"Ternyata bukan sebuah kebetulan aku buka buku ini" batinnya gelisah tak tenang.

"akhir-akhir ini emang aku buat masalah yah?" lirih Nasya dalam diam sedang berpikir keras.

Ya kali Nasya buat masalah sama orang, hidupnya bahkan tenang-tenang aja.

"Permainan?" rasa bingung dan penasaran semakin menguasainya, tentu untuk belajar sekarang tak bisa membuatnya fokus.

"Arrrrrrgh" geram Nasya frustasi lalu melungkupkan kepalanya di atas lipatan tangan, dengan kedua tangannya gadis itu mengacak rambutnya dengan kasar.

"Ada apa Nasya? ada yang perlu di bantu?" tanya salah satu Ibu pegawai perpustakaan. yang memang bingung melihat Nasya sejak tadi, ternyata murid lain juga sedang mengamatinya sejak tadi.

"Nggak Bu. Maaf" jawabnya dengan senyum ramah, dibalas anggukan kepala dari petugas perpustakaan.

🦋🦋🦋

"Dilan lho di panggil kepala sekolah tu!" Informasi itu membuatnya menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan kasar.

Mendengar itu keempat sahabatnya hanya saling menatap dan memberikan semangat untuk Dilan hanya lewat tatapan, tentu Dilan memahami arti dari tatapan mereka.

"bentar yah" ujar Dilan menepuk pundak Angga, keempat sahabatnya hanya mengangguk, mengiyakan.

Dari kejauhan pandangan Langit teralihkan saat seorang gadis melewati depan kelas XII IPA1. Namun tatapan itu lesu saat, gadis yang di maksudnya tak terlihat.

"Kenapa lho? berharap itu Nasya?" tanya Angga seakan memahami.

"Gak!"

"Cih. Kelihatan boongnya!" sambung Julian dengan senyum smirknya.

"Kantin yuk" ajak Dimas lesu, karena sejak tadi kepalanya hanya tertidur di atas tas yang tersimpan rapi di mejanya.

Keempatnya berdiri bersamaan lalu bergegas ke kantin. "Eh semalam Nasya kenapa?" tanya Angga memecahkan keheningan mereka.

"Kenapa dia?" Langit balik bertanya.

"Yah kan semalam dia gak di rumah, makanya Prita keluar jam 10 malam buat nyari dia, untung ada Dilan, kalau gak juga kasian Prita nya, di luar rumah dengan jam segitu"

"Ngapain Prita repot-repot buat nyari?"

"ya karena Nasya yang hubungin dia" timpal Dimas menambahkan.

Aurora (END)Where stories live. Discover now