Chapter XI

228 93 51
                                    

Hello Readers jangan lupa vote dan spamkomennya yahh🥰

Btw part yang ini cukup panjang
♡♡

Happy Reading
(⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。⁠)

"What the hell!! definisi ukiran Tuhan yang sempurna bangeeeet anjirr!!" teriaknya heboh tak habis pikir dengan apa yang dilihatnya melalui layar laptopnya. Idol yang sempurna tak bisa di deskripsikan hanya dengan sebuah kalimat.

Ruangan yang bertebaran banyak poster, album-album Exo, Blackpink, StrayKids dan BTS. Membuat dunianya berasa sempurna bagaikan hidup yang terus di temani kehangatan. Kedua kakinya terus melompat-lompat kecil sambil duduk, suara cekikikan bahagia menambah rasa senang yang tak ada batas, sambil di temani tontonan  Blackpink House. Terlihat dari betapa bahagianya, dunia bahkan tak ada cela penderitaan bagi seorang Renasya Aurora, karena hidupnya sudah lebih dari cukup di temani idolnya.

Jika bahagia itu ada, maka nikmatilah karena tak selamanya dia akan terus datang.

"Eh lupa" sontak Nasya melupakan sesuatu yang tak kalah penting. Ia harus menanyakan kabar sahabatnya. Melakukan panggilan keluar dengan handphonenya yang sementara masih di charger lalu mempause vidio mini vlog yang sedang diputar di laptopnya tadi.

                       _Dalam Panggilan_

"Hai Prit?, kamu masih sakit?"

"Udah baikan kok"

"Benaran?"

"Iya, besok gue dah masuk."

"Baguslah. Maaf yah nggak bisa jenguk."

"Nggak apa-apa"

"Tadi aku dapet surat panggilan"

"Kenapa?"

"Gara-gara si Dilan"

"Kenapa? emang lho buat masalah apa sama dia?"

"Kamu sakitnya satu hari aja, si Dilan sama Tiara makin berlebihan tau nggak, yah aku sebagai sahabat kamu, nggak terima lah!"

"Oh"

"Kok OH doang?"

"Itu pilihan dia. Kita nggak bisa maksa orang buat mencintai kita kan?"

"Hmm iya sih. Tapi..._"

"Udah ah, gue mau istirahat. Bye."

         _Panggilan dimatikan sepihak_

Nasya mengerutkan keningnya bingung "judes amat sih nih anak, nggak biasanya kayak gini."

Nasya menepis pikirannya sembari ingin melanjutkan video yang sejak tadi di pause. Namun soal Prita, masih terbawah aneh dengan cara bicaranya. Hal ini tentu mengganjal bagi Nasya.

"Kok bisa, tadi Prita tadi pakai kata GUE dan LHO?" gerutu Nasya heran.

Tok.....tok tok

"Aneh" cibir Nasya, seketika menoleh ke arah pintu kamarnya yang tiba-tiba diketuk.

"Masuk aja bunda"

Nasya melihat ke arah pintu kamarnya, didatangi seorang wanita yang masuk dengan melontarkan senyuman menghiasi wajahnya, dari awal pintu terbuka. Tiada hari tanpa senyum dari seorang Nia Daniaty untuk putri semata wayangnya.  Sosok Ibu yang membesarkan dirinya dengan kasih sayang, kasih sayang yang tak pernah berubah hingga dirinya menginjak masa remaja. Walaupun ayahnya selalu sibuk dengan segala pekerjaan, namun setiap kasih sayang yang didapatkan membuatnya bersyukur telah lahir di keluarga ini.

Aurora (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang