Chapter XII

207 91 30
                                    

Hai Readers
🥰🥰

maaf baru update

ada kesibukan yang nggak bisa aku sampaikan

Tetap semangat dan jaga kesehatanya yah

Happy Reading
(⁠。⁠♡⁠‿⁠♡⁠。⁠)

Melangkahkan kaki dengan kedua sudut bibir yang terangkat menunjukan sebuah tanda, bahwa selalu ada hari baik disetiap harinya. Semua orang mengenal diri mereka dengan baik, mulai dari cara dia memahami apa yang dia mau, dan apa yang menjadi tujuan hidupnya, namun tidak dengan aku. Renasya Aurora. Aku hanya manikmati apa yang bisa aku nikmati saat ini.

Brakk...!

"Eh, gila lho yah! jalan pakai mata! lho buta?" bentak Jesica ketika bertabrakan dengan Nasya saat sedang berpaspasan.

Melihat keadaan itu, Nasya tak mengubrisnya, keadaan yang tadinya baik membuatnya merasa buruk seketika. Mengingat Jesica itu komplotannya Tiara yang adalah musuh sahabatnya sendiri. Lirikan semakin sinis datang dari seorang Nasya hingga terus memandanginya dari atas sampai ke bawah. Hal ini cukup membuat Jesica sontak membalas dengan tatapannya, Jesica sedikit melangkah dengan keadaan kedua gadis tersebut masih beradu tatapan.

"Lho tu siapa sih?" Jesica membuka suara dengan senyuman sinis sambil menatap tak suka. "lho kira karena udah berani bentak Tiara waktu itu, lho merasa menang dan berani seeenaknya?"

Semakin geram dengan kalimat itu Nasya kambali terkekeh kecil "gue sebenarnya nggak sudi ngeledenin kalian-kalian. Tapi sahabat lho, Tiara, udah jadi penghianat buat sahabat gue"

"hahahaahah.......Renasya, Renasya. Polos banget sih lho" dengan tawa yang terbahak-bahak mengundang penglihatan murid-murid disekitar menoleh kearah mereka.

"Lho akan tau siapa sebenarnya penghianat, Tiara atau Prita" tekan Jesica menatap dalam kearah Nasya. Namun Nasya hanya terkekeh lucu mendengar kalimat itu. Hal ini membuat Nasya sedekit bingung juga namun memilih untuk tak mengahabiskan banyak waktu meladeni gadis itu.

"Dan lho juga akan sadar betapa menyedihkannya diri lho sekarang" balas Nasya semakin mendekat menatap intens kedua mata Jesica, dadanya seakan sesak membuat nafasnya berpacu cepat penuh amarah. Melihat respon itu Nasya beranjak pergi.

"Oh yah lupa" belum melangkah jauh dirinya seketika membalikan tubuhnya 180% "lho pernah liat orang jalan pakai mata? pakai kaki, bukan mata" balas Nasya.

"Lho yang akan jadi orang paling menyedihkan" mendengar hal itu dirinya tak ingin menoleh hanya terus melangkah tidak mempedulikan Jesica.

Tak lepas dari pandangannya gadis tersebut tersenyum miris penuh arti "sayang banget hidup lho" batinnya penuh kemenangan.

"Ngapain disini?"

"Eh, baru nyampe?

Kedatangan Tasya membuat Jesica sedikit kaget dari lamunanya. "tadi gue habis ngobrol asik sama si Nasya" ucapnya tersenyum senang sambil melangkah jauh meninggalkan Tasya penuh kebingungan.

"ngobrol sama Nasya?" gerutu Tasya hanya terdiam ditempat penuh kebingungan, "kok senyum smirk gitu".

*****

Dari depan pintu kelas, ekspresi gadis itu terlihat kembali bersemangat saat melihat sahabatnya sedang menulis, terlihat sedang menyalin catatan.

"Hai Pritaaaaaa!!" sapa Nasya melihat sahabatnya sudah dikelas terlebih dahulu. Suara itu membuat pemiilik nama menoleh sambil melontarkan senyum kecil. "nggak papa kan?" Tanyanya riang sambil menduduki tempatnya, yang memang sebangku dengan sahabatnya, Prita membalas dengan anggukan kepala sedangkan Nasya hanya tersenyum sambil mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas.

Aurora (END)Where stories live. Discover now