Chapter VIII

226 106 13
                                    

Happy Reading
♡⁠‿⁠♡

"Dilan!" Teriak Nasya dari kejauhan sambil berlari mengejar Dilan yang berada sekitar lima meter didepannya.

Menjadi gadis yang heboh dan selalu cerewet, itulah yang melekat dalam diri Renasya Aurora. Keceriaan selalu ada, menjadi seorang yang penuh kepedulian tak terlepas dalam dirinya. Terlahir dan terdidik dari orang tua yang baik pula, sangat terpampang nyata dari sikap dan perilakunya. Namun siapa sangka dia tak pernah mau mengalah jika memang tidak bersalah bahkan tak bisa di pandang sebelah mata.

"Kamu pulangnya langsung jenguk Prita yah?" tanya Nasya. Karena Dilan pacarnya Prita, etlis tanya ke dia juga.

Selain itu gadis itu belum mengetahui alamat rumah Prita. Wajar dia anak yang tidak sembarang keluyuran kecuali pergi ke les.

Oleh karena itu, pertanyaan ditujukan hanya bertujuan ingin menanyakan alamat rumah Prita. Karena selama mereka berteman di kelas XI. Nasya dan Prita tidak saling mengetahui alamat rumah masing-masing.

"Emang dia kenapa?"

"Pertanyaan bodoh macam apa itu? pacar kamu sakit!" bentak Nasya saat mengetahui ketidaktahuan Dilan tentang kondisi Prita.

"Prita sakit?" dengan ekspresi yang sedikit terkejut Dilan masih tidak percaya dengan mengulangi pertanyaannya.

"Haii beib" sontak pergelangan tangan Dilan tiba-tiba digandeng Tiara. Sambil melihat ke arah Nasya dengan tersenyum sinis. Pun sebaliknya dibalas ekspresi menjengkelkan dari Nasya.

Tatapan Nasya penuh kebencian melihat sosok Tiara. Mengingat sahabatnya sedang sakit, sedangkan dia harus menyaksikan Tiara seenaknya sama Dilan.

"Owww, gara-gara si menor, makanya sampai gak tau kondisi pacar sendiri?"

"Apa!, ulangi dong kalimatnya" cetus Tiara sambil menyisihkan rambutnya ke belakang, memastikan kalimat Nasya.

Semakin jengkel Nasya tak tinggal diam. "Gue bilang gara-gara loh, siang malam makanya pacar Dilan sakit gak dia peduli"

"Ngapain peduli! pacarnya kan gue, trus siang malam? Maksudnya apa!!"

"gak sadar loh mbak menor? Wajah loh siang, leher loh malam"

"Ngapain gandeng-gandeng pacar orang!" Sontak tangan Nasya membentak lalu reflek berusaha melepaskan genggaman tangan Tiara dari tangan Dilan.

Tiara seketika mendorong keras tubuh Nasya jatuh dengan kasar ke bawah.

"Kurang ajar loh yahh" merasa kesakitan. Nasya langsung bangun. Dengan gerak cepat tangan kanan menarik keras rambut perempuan itu. Karena tidak terima di dorong dengan kasar.

"Auuuuhff apa-apaan sih loh" Jerit Tiara kesakitan sambil berusaha melepaskan tangan Nasya dari kepalanya.

Karena kesusahan Tiara membalas lebih keras. Dengan menarik keras rambut Nasya.

Dilan yang melihat itu kaget dan langsung memisahkan mereka. Tapi nyatanya sangat kesusahan memisahkan dua gadis ini.

"Apaan sih loh berdua. Bikin malu-malu tau nggak. Udahh woii!!, mau di panggil guru BK?" Ucap Dilan terlihat pusing memisahkan mereka.

Aurora (END)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz