Chapter XIV

186 88 21
                                    

Happy Reading

Menjelang sore Nia menunggu putri semata wayang nya, yang belum juga pulang. Pak Samsir di suruh balik begitu saja, saat menjemputnya di sekolah. Sudah banyak pesan yang dikirim, sudah banyak panggilan yang keluar namun tak kunjung mendapat balasan.

"Sore tante" sapa seseorang membuat wanita itu menoleh

"eh nak Langit, ada apa?"

"mau jemput Nasya katanya dia mau sepedaan sore ini" balas Langit menyampaikan tujuannya.

"Jadi kamu tidak tau, dia dimana? anak tante belum balik, padahal ini sudah hampir magrib, harusnya sudah pulang, bahkan Pak Samsir, supir kita di suruh balik saat di sekolah" ucapnya panik sambil berjalan kesana-kemari dengan khawatir.

Melihat kepanikan tante Nia, Langit merasa iba, tapi masih rada bingung mengapa anak itu tidak kunjung balik.

"Nak Langit, bisa bantu tante buat nyari Nasya kan?" pinta wanita itu dengan tatapan penuh harap.

"Langit akan usahakan, untuk dia bisa pulang"

"makasih yah nak, tante ngerepotin kamu" tak ada pilihan selain meminta tolong anak itu, bahkan pak Samsir pun kewalahan dalam mencari gadis itu.

"saya pamit dulu" kata Langit berpamitan.

Setelah cukup jauh berjalan dari rumah gadis itu, terpaksa cowok itu menekan tombol hijau di salah satu nomer yang ada di ponselnya melakukan penggilan keluar.

Nomer yang anda tujui sedang tidak..._

Tut...

Bosan banget dengar suara wanita yang selalu datang membawa kabar buruk ketika melakukan panggilan keluar, beralih ke room chatt, lalu menekan beberapa kali tombol send ke nomer gadis itu, namun hanya centang satu, alhasil membuatnya dirinya menelfon seseorang.

"dimana lho?" tanya cowok itu diseberang pangggilan

"bantu gue dulu"

"apa?"

"Nasya belum balik, gue harus cari dia, ibunya panik di rumah"

"kok jam segini belum balik?"

"makanya bantuin, ajak yang lain kalau perlu"

"nggak usah biar gue aja, kalau memang butuh bantuan lebih baru barangan cari dia"

"gue sharelok"

"ok"

Tut...

Panggilan dimatikan sepihak.

*****

Pukul 19:00 malam seorang gadis masih setia duduk di sebuah café, tepatnya di lantai 3 yang di temani lampu remang reming. Seragamnya bahkan masih melekat rapi ditubuh gadis itu.

Sejak tadi gerakan tangannya terus bermain dengan tinta hitam di atas kertas putih, mungkin ini saatnya harus berusaha keras demi mewujudkan sebuah harapan.

Dia  kembali menghidupkan ponselnya yang sudah sejak tadi di nonaktifkan, rentetan panggilan dan chatt masuk tak henti, namun ada notifikasi yang muncul membuatnya sedikit kaget saat saat Langit mengirimnya pesan. 

"lho dmn?"

"plng"

"skrng"

"Sya bunda lho pnik"

"lho panik karena karena peduli atau emang diperintah?" monolognya

gadis itu kembali ke tujuan awal menelfon seseorang.

Aurora (END)Where stories live. Discover now