Akibat kecerobohan Nana

1.3K 68 6
                                    

Beberapa kali Nina terjatuh,beberapa kali pula ia mencoba untuk bangkit meskipun dengan kondisi tertatih. Ia diam beberapa saat sambil istighfar, tubuhnya semakin melemah, pandangannya semakin memudar, kepalanya terasa pening. Namun dia masih mencoba untuk melangkah, ia berjalan tertatih menahan perih dan sakit yang luar biasa sambil terus memegangi perutnya supaya isi dalam perutnya tidak keluar. Baju dan celananya bahkan sudah di penuhi oleh darah segar yang terus mengucur dari perutnya.

Suara cekikan Kuntilanak itu masih saja terdengar di telinganya,tapi suara itu terlihat semakin samar dengan semakin melemahnya tubuh Nana. Gadis itu masih tetap bertahan untuk tetap melangkah mendekati lubang buaya tanpa peduli dengan suara tawa kuntilanak ataupun sosok seram yang berdiri tegak memperhatikannya. Seakan semua ketakutan dalam dirinya mendadak hilang. Dalam pikirannya saat ini hanya tertuju pada lubang buaya untuk menancapkan Pring kuning kedalamnya.

Sebisa mungkin ia menjaga kesadarannya untuk tetap terjaga dan tidak tumbang sebelum tugasnya selesai. Akhirnya setelah bersusah payah dia berhasil menancapkan Pring kuning kedalam lubang buaya.

.
.
.
.
.

Seketika jeratan lidah yang melilit tubuh Ratih terlepas, bersamaan terdengar jeritan kesakitan sosok pocong berkain kafan hitam. Ratih meraih keris yang terlempar lalu dengan sigap menikam pocong berkain kafan hitam. Pocong itu meraung berteriak kesakitan. Ia lalu mendorong tubuh pocong itu seraya meminta pertolongan kepada Tuhan dengan membacakan sebuah doa.

"Kurang ajar ! " ucap Makhluk tinggi besar itu menatap Ratih dengan garang.

"Heh, matilah kau."

Serangan kekuatan gaib dari Makhluk itu membuat Ratih muntah darah, dadanya terasa sesak, seperti ada sebuah palu  menghantam dadanya.

"Bajingan !" pekik Ratih mengusap darah di mulutnya sambil melihat makhluk itu dengan kesal.
Ia bangkit dengan tubuh terhuyung membentur dinding.

Ratih merasa sangat kesal, dadanya sakit, perasaannya mulai mengebu untuk menyerang makhluk itu. Ratih kembali melafalkan sebuah mantra, sehingga membuat makhluk itu menjerit kesakitan. Sosok pocong berkain kafan hitam itu juga terdengar kembali menjerit merasa tubuhnya terbakar, lalu ia menghilang.

Kini Ratih mulai mendekati makhluk tinggi besar itu, namun ia terhenti karena dadanya kembali terasa nyeri.

"Hoooek...!"

Ratih kembali memuntahkan darah dari mulutnya. Segera ia mengusap darah yang menempel di bibirnya dan kembali berjalan mendekat kearah makhluk itu dengan nafas terengah.

"Sebelum aku mati, aku harus membunuhmu" Tanpa terasa air mata Ratih menetes.

"Hahahaha.... Jangan pernah berharap kau bisa membunuhku." Ucap makhluk itu meremehkan Ratih

Ratih mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Ia menatap lekat makhluk itu . Deru nafasnya tersenggal , ia bersiap bergerak mengambil keris Eyang Brojo dan menyerang makhluk itu. Namun tubuhnya tersentak ketika mendengar suara gedoran pintu dan suara yang memanggil namanya. Ratih menoleh kearah pintu, ketakutan melanda hatinya.

"Nana, kenapa kau datang kesini ?" Batin Ratih bergejolak takut ketika mendengar suara Nana yang memanggil namanya berulang kali.

Ratih bergeming. Ia tampak berpikir apa yang harus ia lakukan jika makhluk itu menyerang Nana. Ia beranjak kembali kedalam tubuhnya. Segera ia bangkit mencekal pintu.

"Mau apa kamu, Nana?"

"Aku mau bersembunyi di kamarmu?"

"Apa maksudmu, bukankah sudah ku suruh kau untuk tetap diam di kamar?"

Santet Pring Sedapurحيث تعيش القصص. اكتشف الآن