Korban Santet mulai berjatuhan

1.8K 102 8
                                    

Sore itu mendadak Mbah Sani menjerit kesakitan sembari meremas perutnya,

"Aaahhh...sakiiiittt !!"

"Tolong...!!"
Teriak mbah Sani histeris

"Mak kenapa...mak ?"
Ucap Sastro panik

"Mereka menusuk perutku! Aah, sakiiiiit !!"

"Siapa mak ?" Tanya Sastro binggung

"Aah, sakiiiittt, hentikan...!!"
Teriak mbah Sani semakin histeris.

Sastro yang melihat kondisi ibunya menggeliat kesakitan langsung berupaya memberikan pertolongan sebisanya seperti mengolesi perutnya dengan minyak kayu putih, memijit kakinya, serta memberinya obat pereda nyeri. Namun hasilnya nihil, mbah Sani terus saja meronta kesakitan dan berteriak kalau perutnya tengah ditusuk-tusuk oleh mahluk hitam yang selalu mengintainya.

Mendengar itu istri Sastro yang sudah mendengar gosip dari para tetangga tentang Mertuanya yang katanya ketempelan pun berinisiatif mengambil garam kasar dan melemparkannya di depan rumah, di atas genteng, terus garam di oles ke perut Mbah Sani.

Benar saja, beberapa saat kemudian keadaan mbah Sani mulai sedikit tenang , namun kondisi itu tak berlangsung lama. Beberapa menit kemudian Mbah Sani kembali berteriak , menjerit kesakitan dengan meremas perutnya.

Bergegas Istri Sastro memanggil sesepuh desa untuk melihat kondisi Mbah Sani karna ia merasa kalau sakit mertuanya ini tak wajar dan bisa jadi yang di katakan ibu-ibu di kampungnya itu benar, kalau mbah Sani ini ketempelan atau sedang di ganggu mahkluk halus.

Namun sayangnya ketika sesepuh desa ini datang ,Mbah Sani ini semakin menjerit dan terus menjerit. Ia meronta-ronta kesakitan seperti orang gila, sampai membuat ranjang yang ia gunakan tidur itu bergoyang dengan sangat keras. Dan pada akhirnya dia tidak kuat lagi dan menghebuskan nafas terakhir.

Sore itu merupakan hari terakhir Mbah Sani hidup, wanita tua malang yang tidak tau apa-apa itu mengehembuskan nafas terakhirnya di dalam kamarnya saat sesepuh desa hendak ingin menengoknya.

Mendengar kabar kematian ibunya Pak Sholeh sangat syok akan kepergian orang tua satu-satunya yang ia miliki . Sedangkan Sinta justru kembali kalut dalam pikirannya , ia yakin kalau kematian mertuanya itu ada sangkut pautnya dengan Santet Pring Sedapur yang menimpa keluarganya. Menginggat malam sebelumnya ia mendengar suara ledakan persis ketika Sebelum suaminya sakit.

Hati Sinta berdebar tak karuan , ia sangat takut kalau dugaannya itu benar. Itu artinya Santet Pring Sedapur mulai beraksi lagi. Sedangkan dia tidak tau harus mencari Pria musafir itu kemana lagi. Karna ia yakin Pria musafir itu mampu membantu keluarganya membebaskannya dari Santet Pring Sedapur.

Karena semenjak bertemu Pria musafir itu, luka suaminya perlahan mulai sembuh dan mengering meskipun kondisi warna tangan pak Sholeh sudah tidak seperti tangan orang normal lagi. Karna bagian bekas lukanya dari siku sampai jari itu kondisi warna kulitnya menghitam dan terasa mengeras. Meskipun begitu Sinta sudah bersyukur karna Pak Sholeh sudah tidak mengeluh sakit lagi .

Selepas proses pemakaman, Sinta berencana akan mencari Pria musafir itu lagi, bagaimanapun caranya ia harus menemukan Pria Musafir itu. Atau paling tidak dia harus menemukan dukun lain untuk menangkal Santet Pring Sedapur yang menimpa keluarganya. Ia tidak ingin ada korban lain yang jadi korban dan kehilangan satu persatu orang yang disayanginya.

Ia pun meminta Ratih untuk menghubungi teman-temannya dan mencari tau keberadaan Pria Musafir itu.

"Ratih udah menghubungi teman-teman Ratih tapi semuanya gak ada yang tau kemana arah Pria musafir itu pergi bu" ucap Ratih lesu

"Kamu titip pesan saja keteman-temanmu barang kali ada yang tau atau melihat keberadaan Pria musafir itu"

"Iya bu"


Sebulan berlalu semenjak kematian Mbah Sani , Sinta masih belum saja menemukan Pria musafir itu.
Tak lupa juga ia bertanya pada beberapa orang kenalannya tentang orang pintar yang bisa menangkal Santet Pring Sedapur yang tengah melanda keluarganya.

Dan tepat di hari ke 40 kematian Mbah Sani di kediaman Mbah Ratmi ibu sinta.
Sepulang dari ngelayat ke rumah Mbah Sani, angin tiba-tiba berhembus dengan kencang. Padahal cuaca di langit terlihat sangat cerah.

"Sari ! Lampu depan kok ngga di hidupkan?" tanya mbah Ratmi ke menantunya saat sudah sampai rumah.

"Iya mak Sari kelupaan sari kira masih sore" celetuk Sari asal.

Mbah Ratmi diam saja dan melenggang pergi. Biasanya dia akan menanggapi kecerobohan menantunya dengan omelan tapi sekarang tidak, mungkin karena mbah Ratmi lelah?

Mbah Ratmi lewat di hadapan menantunya, membawa aroma kapur barus yang menyeruak tajam. Bulu kuduk Sari seketika berdiri, darah dalam nadinya berdesir hebat. Padahal mertuanya ngelayat 40 harian tapi kenapa seperti ngelayat ke orang yang baru meninggal. Bayangan orang meninggal membuat bulu kuduk Sari bergidik.

"Mak gak mandi?" tanyanya pada ibu mertuanya.

Hening.

Tak ada jawaban apa pun dari mbah Ratmi di kamar. Bahkan nampaknya tak ada sama sekali pergerakan seseorang di dalam sana.

"Apa emak capek banget ya dan langsung tidur ?" Pikir Sari

Kakinya pun melangkah untuk melihat Mertuanya yang berada di dalam kamar. Hatinya penasaran sekali mengapa mertuanya diam saja tak menyahut.

Sari mulai membuka Knop pintu kamar Mbah Ratmi, matanya melotot melihat pemandangan di hadapan. Mbah Ratmi sudah tertidur dengan keadaan terlentang dan mulut mengangga.

Sari mengantupkan mulut mertuanya, awalnya ia mengira kalau mertuanya tertidur karena kelelahan.

Ia pun kembali duduk di kursi lalu menenggelamkan wajah diantara lengan dan tangannya sambil menunggu suaminya pulang.
Matanya sudah sangat mengantuk. Tiba-tiba bayangan mertuanya terlintas di benaknya. Ia memikirkan tidak biasanya mertuanya tidur dalam kondisi seperti itu dengan mulut mengganga tanpa suara dengkuran.

Ia pun segera kembali bergegas masuk ke dalam kamar mertuanya.

"Mak...mak...bangun mak !" Panggil Sari sambil menepuk pundak Mertuanya pelan

Hening...

Tak ada jawaban apapun dari mertuanya, kembali Sari mengoyangkan tubuh mertuanya sedikit lebih kencang

"Mak...mak....ayo bangun mak...!!"

Tubuh Sari mulai gemetaran karna mertuanya tidak merespon panggilan dan gerakan tangannya yang mengoyangkan tubuh mertuanya.

Wuuusshh!

Tiba-tiba angin berhembus sangat kencang

Braakk!!

Sari terjingkat kala angin kencang membuka kasar jendela hingga terbanting menatap dinding luar. Untung saja kacanya tak pecah, jika tidak pecahan kaca itu pasti akan mengenai Mertuanya.

Aroma kapur barus itu kembali menyeruak tajam. Sekilas Sari seperti melihat bayangan sosok tinggi besar yang sangat mengerikan . Tapi ia menampisnya dan hanya menganggapnya sebagai halusinasinya saja.

Kemudian ia mencoba memaksakan diri untuk menggerakkan badan. Di kuatkan iman dan keberaniannya untuk menutup jendela yang terbuka lebar itu.

Dengan was-was tangannya bergerak menutup jendela kaca di kamar mertuanya. Namun saat akan menutup jendela mata Sari menyipit karna seperti melihat sesuatu di kegelepan, dia antara semak-semak yang ada di pinggir jalan.

Sesosok bayangan tinggi besar dengan bulu sangat lebat yang hampir memenuhi seluruh bagian tubuhnya berdiri di kegelapan malam dengan taring yang sangat panjang serta mata merah penuh darah melotot ke arahnya.

Segera Sari menutup jendela cepat dan ingin berbalik. Tiba-tiba ia menatap Mertuanya yang ternyata mulutnya kembali mengangga lebar dengan mata melotot.

"Maaaaak.....!!!"


Bersambung...

Maaf ya gaes sengaja ceritanya gak di bikin keluarga yang tinggal serumah mati duluan biar agak panjang dikit ceritanya hahaha...🙏😂

Santet Pring SedapurWhere stories live. Discover now