Peringatan Dukun Bayi

1.7K 101 4
                                    

Saat itu juga mereka langsung bersiap kerumah Pak Darno,  salah satu tukang pijat bayi yang terkenal bisa nyuwuk dan mengobati sawan. Entah apa yang terjadi pada Adi, sejak pulang dari pemakaman semalam dia banyak diam. Saat istrinya bicara atau bertanya dia tidak mau menjawab, bahkan kadang dia akan mengalihkan pembicaraan.

Di tengah perjalanan, tiba tiba Adi menghentikan laju kendaraannya. Ia melihat banyak orang berkerumunan didepan.

"Ada apa itu, Pah?" tanya Bella

"Gak tau " jawab Adi bergegas keluar untuk melihat

"Ayo, mah ikut Papa" ajak Marsel gak mau ketinggalan Papanya.

"Jangan, disini aja, sapa tau di depan ada kecelakaan" jawab Bella was-was

"Tapi Acel mau ikut Papa" rengek Marsel.

Bella melihat Adi dari balik mobil, suaminya terlihat berbincang dengan seseorang yang ada disana. Adi terlihat begitu tegang, terlihat ia mengangguk angguk memegangi dagu.

Tak beberapa lama kemudian sekitar sepuluh menitan, Adi kembali. Tanpa bicara sepatah katapun ia memutar balikkan mobilnya.

"Loh, kok putar balik, Pah?" tanya Bella

"Didepan jalanya ditutup, ada orang tabrakan," jawab Adi

"Terus gimana Pah, apa kita balik lagi?"

"Kita lewat jalan lain aja"

Memang ada jalan lain menuju Rumah Pak Darno tapi jalan itu harus memutar lebih jauh dan mungkin akan memakan waktu agak lama.

Setelah melewati beberapa antrian karna memang tempat Pak Darno ini tidak pernah sepi pengujung, bahkan ada beberapa pasien yang datang dari luar kota. Tibalah giliran Adi dan Bella maju ke depan.

Merekapun masuk, dan mengatakan maksud dan tujuan datang kesitu.
Setelah mendengar tujuan mereka datang, Pak Darno meriksa tangan dan kaki Marsel, lalu menyuruh Bella melepas pakean anaknya karna Pak Darno mau memijat sedikit tubuh Marsel.

"nduk, bawa garam, gula, sama dringu!" Tanya Pak Darno pada Bella istri Adi ketika sudah berhadapan dengan Pak Darno

"nggeh, Pak." Jawab Bella

Bella memandangi Marsel yang masih tertidur pulas, semalam mungkin tidurnya tidak nyenyak. Rasanya tidak tega membangunkan Marsel. Tapi dia harus bangun karna Pak Darno akan segera memijat tubuhnya. Marsel menangis merasa tidurnya terganggu saat Bella mulai melepas pakaiannya satu demi satu.

"Orang ndak apa-apa gini kok " ucap Pak Darno kemudian.

"Tapi semalam dia itu bicara sendirian katanya ada buyutnya, padahal buyutnya sudah meninggal " jelas Bella

"Trus tadi pagi dia juga nangis kejer katae lihat hantu, padahal sebelum-sebelumnya anak saya gak pernah seperti itu Pakdhe" lanjut Adi

"Setiap maghrib, numbuk deringu sama bawang putih ya !, jangan lupa sering sering baca ayat al-qur'an. Bacakan shalawat, sama surah surah pendek ketelinganya setiap dia mulai kelihatan aneh" ujar Pak Darno

Kemudian Pak Darno mengambil segelas air putih, melutnya terlihat sedang membacakan sesuatu.

"ini, diminumkan ke anaknya, insya allah sembuh"

Ketika hendak berpamitan Pak Darno ini memanggil Adi dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

Bella yang penasaranpun tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa memandangi mereka dari luar jendela. Nampak mereka sedang berbincang. Sepertinya pembicaraan mereka cukup serius ,sebab Bella tidak bisa mendengar apa yang tengah mereka bicarakan.

Terlihat Adi mendengarkan Pak Darno bicara dengan muka serius.
Cukup lama Bella melihat mereka bicara, sampai membuat orang-orang yang mengantri giliran pijat pada mengerutu. Tak lama kemudian Pak Darno dan Adi berjalan kearah pintu.

"Hati-hati ya le !" ujar Pak Darno setelah mereka keluar.

Adi terlihat berkeringat kemudian mengangguk paham. Kemudian berpamitan pulang.

Sesampainya di mobil Bella yang masih penasaran dengan pembicaraan suaminya dan Pak Darno pun lantas bertanya.

"Pah, apa yang Pak Darno katakan tadi di dalam ? " tanya Bella

"Udah , kamu gak perlu tau"

"Kenapa aku tidak boleh tau?"

"Soalnya ini rahasia"

"Apa yang terjadi? Kenapa pakai rahasia segala"

"Udahlah, yang penting kan Marsel sekarang udah gak kenapa-kenapa"

Bella pun terdiam, namun dalam hatinya masih penasaran dengan apa yang di bicarakan Pak Darno pada suaminya hingga Pak Darno nampak serius dan membiarkan beberapa orang pasiennya yang lain menunggunya cukup lama.

Setelah mengantar Istri dan anaknya pulang Adi tak lantas turun dari mobil , ia justru malah Pamit ke istrinya untuk bertemu orang tuanya karna ada beberapa hal penting yang harus ia sampaikan kepada orang tuanya.

Adi pun langsung bergegas ke rumah almarhumah neneknya, karna memang dari semalam Sinta tidak pulang ke rumah dan berencana akan menginap di rumah orang tuanya sampai selesai acara tahlilan 3 hari almarhumah Ibunya.

Sesampainya di rumah neneknya Adi langsung menemui ibunya. Dengan tergesa gesa Adi mengajak ibunya keruangan yang agak sepi supaya tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.

"Bu, kita harus secepatnya mencari orang pintar " Ucap Adi serius

"Kenapa memangnya, kok kamu tiba-tiba ketakutan gini " tanya Sinta binggung.

"Adi yakin kematian Nenek pasti ada sangkut pautnya dengan Santet Pring Sedapur"

"Kenapa kamu tiba-tiba ngomong gitu ?"

"Semalam Marsell udah di ganggu mahluk-mahluk kiriman itu "

"Lha kok bisa ?"

"Semalam dia itu ngomong-ngomong sendiri teriak teriak bilang kalau iyutnya di tarik tarik sama hantu, eh paginya dia nangis kejer katae lihat hantu. Pas Adi bawa ke rumah Pakdhe Darno katae gak apa-apa udah di kasih sikep buat Marsel. Tapi tadi Pakdhe Darno berpesan kalau ada lingkaran hitam di keningku jadi aku di minta untuk waspada dan berhati hati karna ada sesuatu yang bakal mengincarku. Adi takut Bu..."

"Terus Pak Darno gak ngasih solusi ?"

"Tadi Adi udah di bikinkan sikep Bu, cuma untuk sementara waktu karna kemampuan Pakdhe terbatas" Adi mengeluarkan sebuah buntelan kertas yang berapalkan tulisan Arab yang tidak bisa ia baca.

"Ibu sudah tanya ke beberapa saudara dan ibu juga sudah dapat alamat orang pintar yang katae cukup terkenal di daerah itu. Minggu depan kita kesana "

"Iya bu, Adi takut jadi korban selanjutnya"

*****

Hari semakin gelap, matahari sudah tenggelam, awan sudah berganti menjadi hitam. Suasana malam sangat sunyi dan sepi, acara tahlilan Almarhumah Mbah Ratmi di gelar ba'da isya. Setelah acara tahlilan selesai sudah tidak ada perbincangan lagi antara Adi dan Sinta.

Tak lama setelah acara tahlilan selesai Adi pamit pulang.  Adi sebenarnya sedikit ngeri dan merinding dengan suasana pada malam ini, Apalagi setelah kejadian demi kejadian yang dia alami, di tambah lagi kata-kata Padhe Darno tadi.

Tiupan angin dingin yang menerpa kulitnya melalui jendela mobil yang terbuka menambah kehororan malam,  membuat bulu kuduknya merinding.
Untuk menutupi ketakutan, Adi memutar musik di audio mobilnya dengan agak keras.

Firasatnya mulai tidak enak saat melihat ke kaca spion mobil.
Ia mulai merasakan hal yang tidak beres dan juga merasakan hawa yang mengandung kehororan pada malam ini.

Adi melihat arloji di tangan kirinya, jam sembilan malam

Santet Pring SedapurWhere stories live. Discover now