Sinta mulai Linglung dan Mengila

1.4K 77 0
                                    

Semenjak kepergian Adi, kondisi tubuh Sinta mulai menurun. Ia lebih banyak melamun dan terlihat linglung. Setiap hari Sinta selalu duduk termenung di teras rumah. Ia bahkan tidak pernah bernafsu untuk makan, dalam beberapa hari saja berat badannya turun drastis.

"Bu, ayo makan dulu" pinta Nana menyodorkan sepiring nasi lengkap dengan lauk pauknya.

Sinta masih diam tak bergeming dengan tatapan kosong menerawang jauh. Bagian bawah matanya mulai cekung dan menghitam. Beberapa hari ini ia bahkan tidak melakukan aktivitas apapun dan hanya duduk diam melamun.

"Bu..Ayo makan dulu" Ucap Ratih mengelus bagian belakan punggung Sinta.

"Bagaimana ibu bisa makan dengan apa yang telah ibu perbuat ?" Malah pertanyaan seperti itu yang keluar dari mulut Sinta.

"Ibu jangan menyalahkan diri sendiri, orang itu saja yang berhati busuk dan tidak tau terima kasih" ucap Nana kesal.

"Iya bu, bagaimanapun juga ibu gak boleh seperti ini terus, jangan tunjukkan kalau ibu lemah karna itu hanya akan memberikan kepuasan pada manusia jahat itu" sahut Ratih.

Air mata Sinta mulai menetes, ia kembali teringat kenangannya bersama Adi. Kemudian ingatannya mulai mengenang detik-detik terakhir sebelum Adi pamit pulang dan ternyata itu adalah pamitan terakhirnya.

"Lagipula mas Adi juga tidak akan senang melihat kondisi ibu seperti ini" lanjut Nana menundukkan kepalanya, menutupi kesedihannya.

"Jangan biarkan orang itu menertawakan kita karena kelemahan kita, bagaimanapun juga kita harus buktikan bahwa kita bisa melawan mereka" Lanjut Ratih.

Sinta tersenyum, kemudian mengambil piring nasi yang di pegang Nana dengan tangan gemetar, dan mulai menyendokkan nasi masuk ke dalam mulutnya.

Nana mengambil kembali piring nasi di tangan ibunya dan dengan gerakkan yang luwes, Nana memotek daging ikan, lalu menggabungkannya dengan nasi, dan menyuapkan pada Sinta.

Sinta membuka mulut, dan suapan pertama masuk ke dalam mulut nya.
Suapan demi suapan berikutnya masuk kedalam mulut Sinta hingga habis tak tersisa.

Satu piring nasi berpindah ke perut Sinta, yang membuat tubuhnya agak segar, tenaganya pun kembali pulih.

Setelah meletakkan piring di atas meja, Nana menyodorkan cangkir berisi air ke arah Sinta. Dengan cepat Sinta mendekatkan mulutnya ke pinggir cangkir dan menghabiskan seluruh isi cangkir itu.

Perlahan Sinta mulai bangkit dari duduknya . Membuat Nana dan Ratih mendongak , mereka saling melirik melihat ekspresi ibunya yang tiba-tiba penuh semangat yang membara.

"Ibu mau kemana?" tanya Nana, setelah mengembalikan cangkir ke atas meja.

"Ibu mau pergi sebentar ?" Jawab Sinta singkat

"Kemana ?" Tanya Nana lagi

"Tunggu disini saja, ibu akan pergi sebentar." Jawab Sinta sembari melangkahkan kaki panjangnya dengan cepat

Nana kaget, ketika menyadari bahwa Sinta melangkahkan kakinya kerumah Marni. Dengan reflek Nana dan Ratih bangkit. Mereka saling memandang.

"Mbak, bagaimana ini ?" Seru Nana gemetar.

"Ayo cepat kita kejar ibu!" teriak Ratih panik, sambil menyeret tangan Nana.

"Krakkk ...!"

"Aughhhhh ...!"

Suara pukulan dan teriakan terdengar keras, Ratih dan Nana mempercepat langkahnya dengan setengah berlari.

"Plaaaaak....!"

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang