Teluh bereaksi

1.4K 72 4
                                    


Ketika tubuh Sinta sudah sangat lelah berdebat dengan suaminya dan ingin segera berbaring diatas tempat tidur

Saat hampir terlelap tiba-tiba terdengar suara

"aku akan menghabiskan seluruh keluargamu, Mencabik-cabik tubuh mereka, dan menghancurkan kalian semua "

Sinta segera terbangun dengan nafas yang terengah, jantung yang berdebar, dan keringat dingin yang bercucuran

"Apakaah ini hanyalah mimpi menjelang awal tidur saja ?"pikir Sinta dalam diam

"Kenapa aku harus mimpi semengerikan itu ". gerutu Sinta dalam hati

Saat ia ingin kembali tidur, tiba-tiba terdengar suara desahan di sudut kamarnya yang berada didekat jendela, terlihat sesosok bayangan tinggi besar dari balik gorden jendela kamarnya

Bruak!

Sinta melemparkan bantal kearah makhluk itu yang malah bantal itu mengenai kaca jendela kamarnya.

Sosok tinggi besar itu menghilang, namun tak lama setelah itu, tiba-tiba makhuk itu berdiri dihadapan Sinta sambil memegang parang yang sangat besar, matanya menatap kosong ke arah Sinta.

Ia pun mengayunkan parangnya tepat ke arah leher Sinta, dan seketika Sinta berteriak sangat keras!

"Aaaaakkkkhhhh....!"

Mendengar teriakan Sinta , Pak Sholeh dan Nana bergegas menuju kamar Sinta untuk melihat apa yang tengah terjadi.

Pak Sholeh mengoyang-goyangkan tubuh Sinta, menepuk-nepuk pipinya pelan.

"Bu...bangun bu...!"

Akhirnya Sinta kembali terbangun dan merasa lega karena barusan yang  tadi ia alami itu semua adalah mimpi. Sinta memeriksa lehernya untuk memastikan tidak ada luka. Dadanya masih berdegub kencang, rasa ketakutannya benar-benar nyata seperti bukan mimpi.

*****

Pagi telah tiba.. seperti biasa Sinta hendak  melakukan aktivitasnya membantu suaminya berjualan di pasar.

"Bapak, kok belum bangun ya..apa dia tidak kepasar, atau dia kelelahan sampe kesiangan begini?"

"Pak..Pak.. bangun" Sinta menepuk pundak suami nya .

"Ya Allah Pak, badan kamu panas banget..kamu sakit Pak..kita ke Dokter yuk.. berobat"

"Gak usah bu, Bapak tidak mau ke Dokter.. belikan Bapak obat warung aja.."

Sinta pun pergi meninggalkan Suaminya, memanggil Ratih dan menyuruhnya pergi ke warung membelikan Bapaknya obat.

Ratih pun segera pergi, tak lama setelah itu datang  lagi dan langsung memberikan obat itu pada ibunya,

"Sarapan dulu Pak  sebelum minum obat " ucap Sinta sambil menyodorkan sepiring makanan dan beberapa potong pisang goreng untuk suaminya. Namun Pak Sholeh hanya memakan Pisang gorengnya sambil tiduran.

"Ini minum air teh hangat dulu, baru minum obat nya.." kembali Sinta menyodorkan segelas teh hangat untuk suaminya.

Seusai sarapan dan minum obat, Pak Sholeh berasa ingin buang air kecil. Ketika hendak mengerakkan kakinya menuruni ranjang, tiba-tiba wajah Pak Sholeh terlihat pucat. Ada butiran keringat menghiasi dahinya yang nampak berkerut.

"Bu, kok kaki Bapak rasanya kaku banget ya ?"

Sinta menyibak kain sarung yang menutupi bagian kaki suaminya, dan...betapa terkejutnya ia mendapati kaki Pak Sholeh yang membengkak seukuran tiang listrik.

"Ya allah, Bapak..." seketika Sinta berteriak, air mata mulai mengenangi matanya.

"Ada apa toh bu ?" Tanya Pak Sholeh cemas sambil berusaha mengangkat bagian tubuhnya, melihat ke arah kakinya.

Keringat dingin hampir memenuhi wajahnya, kenapa dalam waktu semalam kakinya bisa membengkak sebesar ini ? Sedangkan semalam ia tidak merasakan apa-apa. Hanya hawa panas yang hampir membuat tubuhnya terus berkeringat. Ia bahkan memasang tiga kipas angin menghadap tubuhnya agar bisa sedikit meredakan suhu ruangan yang menurutnya sangat panas malam itu.

"Pak kita harus cepat kedokter"

Kali ini Pak Sholeh terlihat pasrah, ia tidak lagi membantah ajakan Sinta untuk pergi kedokter. Namun sayangnya tubuh Pak Sholeh yang sedikit tambun membuat Sinta kesulitan untuk mengangkatnya. Ia pun meminta bantuan Ratih dan Nana untuk mengangkat Bapaknya, namun kekuatam ketiga wanita itu tidaklah cukup kuat untuk membawa Pak Sholeh pergi ke dokter.

Akhirnya mereka berinisiatif memanggil dokter saja kerumah untuk memeriksa Pak Sholeh, mengingat mereka tidak bisa membawa Pak Sholeh ke klinik.

Selang beberapa jam kemudian dokter datang. Dokter itu memeriksa kondisi kesehatan Pak Sholeh, serta memeriksa kakinya. Setelah mengajukan beberapa pertanyaan tentang gejala awal sampai terjadinya pembengkakan , Dokter itu hanya bisa mengeleng-gelengkan kepalanya karena tidak bisa mendiaknosa penyakit Pak Sholeh. Kemudian menyarankan untuk membawa Pak Sholeh kerumah sakit demi pemeriksaan lebih lanjut.

Dengan bantuan Dokter dan beberapa tim medis kenalan dokter tersebut, akhirnya pak sholeh di bawah ke rumah sakit dan menjalani rawat inap. Berbagai pemeriksaanpun dilakukan, namum dokter masih belum bisa menemukan jejak penyakit atau penyebab terjadinya pembengkakan kaki pak Sholeh.

Kurang lebih 10 hari lamanya Pak Sholeh di rawat inap di rumah sakit dan sampai detik ini, dokter juga masih belum menemukan penyakit apapun dalam diri Pak Sholeh. Sampai akhirnya Pak Sholeh merasa jenuh berada terus di rumah sakit. Lalu ia pun meminta pulang dengan paksa.

Hari berganti hari, sakit yang diderita Pak Sholeh pun gak sembuh -sembuh, justru kian hari bengkak di kakinya semakin membesar dan setiap malam Pak Sholeh selalu merintih kesakitan. Namun ketika siang hari Pak Sholeh seperti tidak merasakan sakit apapun, ia bisa makan dan minum seperti biasa meskipun sekarang ia hanya bisa tiduran dan duduk di kursi roda saja.

Sampai suatu ketika Ratih bermimpi di datangi pria musafir yang dulu sempat menyembuhkan sakit bapaknya sebelum menghilang. Pria musafir itu meminta Ratih datang kesebuah lereng gunung di jawa timur untuk menemuinya jika ia ingin menyelamatkan keluarganya. Pria musafir berkata dalam mimpinya akan membimbing Ratih melakukan ritual dan membuka jalur spiritualnya.

Ratih pun segera menceritakan mimpinya itu pada ibunya.

"Pergilah , mungkin ini adalah jalan untuk menyelamatkan keluarga kita."

"Tapi bapak lagi sakit gitu bu, Ratih jadi gak tega ninggalin rumah"

"Disini masih ada ibu, Nana, dan Nina yang akan merawat Bapakmu. Selain itu ibu juga sudah mencari seorang supir untuk mengantarkan kami jika Bapakmu berobat. Kamu persiapkan saja keperluan kamu sebelum berangkat, tidak perlu memikirkan hal lain, urusan Bapakmu dan rumah ini serahkan pada ibu dan adik-adikmu. Kamu cukup fokuslah belajar sampai petaka keluarga kita akan benar-benar berakhir."

Ratih mengangguk, ia pun bergegas mengemasi barang-barang keperluannya. Ia juga tidak tau entah berapa lama ia akan menjalani ritual. Tapi ia merasa itu akan membutuhkan waktu yang cukup lama. Ratih khawatir jika ia tidak segera kembali maka usahanya melakukan ritual untuk menyelamatkan keluarganya akan sia-sia. Namun bagaimanapun ia tidak punya pilihan lain selain mencobanya terlebih dulu.

Dengan berat hati, akhirnya Ratih pergi diantar supir baru keluarganya. Ia mengikuti petunjuk dari mimpinya. Dan di bawah lereng gunung, rupanya ia sudah di sambut dengan sosok pria tua yang jalannya sedikit bungkuk. Pria itu mengenakan ikat kepala berwarna hitam serta membawa sebuah tongkat untuk menompang tubuhnya yang bungkuk.

Bersambung.....

Santet Pring SedapurDonde viven las historias. Descúbrelo ahora